TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Terapis di Pantai Kuta Akan Dilatih Ethnowellness dan Tersertifikasi

Membekali terapis dengan kemampuan yang mumpuni

Pexels.com/SocialButterflyMMG

Denpasar, IDN Times – Indonesia Wellness Spa Professional Association (IWSPA) bersama Wellness & Healthcare Entrepreneur Association (WHEA), Indonesia Wellness Master Association (IWMA), dan Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN), rencana menargetkan 10 ribu terapis yang dilatih dan tersertifikasi pada tahun 2023 mendatang.

Pelatihan ini ditujukan untuk beberapa kepentingan, di antaranya untuk membekali terapis dengan kemampuan yang mumpuni dan mengikuti sertifikasi. Seperti apa nantinya pelaksanaan pelatihan ini?

Baca Juga: Awali Ethnowellness Nusantara di Bali, Target Latih 10 Ribu Terapis

1. Dinas Pariwisata Provinsi Bali diminta terlibat rekrutmen terapis yang akan dilatih

Pexels/Pixabay

Ketua Umum WHEA, sekaligus founder IWASPA, WHEA, dan IWMA, Agnes Lourda Hutagalung, meminta bantuan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun, untuk proses rekrutmen 10 ribu terapis dan calon terapis di Bali. Rencananya para terapis itu akan mengikuti pelatihan pada 2023 mendatang.

Dari data yang ia kantongi, bahwa di Indonesia terdapat sekitar 3.500 spa. Dari angka itu, 1.100 spa di antaranya terdapat di Bali. Namun 34 persennya sudah mati dan tidak sanggup kembali.

“Tolong bantu kami untuk bisa rekrutmen. Supaya mereka bisa menjalankan teknik yang benar. SOP yang benar sesuai dengan SKKNI dan sebagainya. Mereka nanti tersertifikasi,” jelasnya.

Para terapis yang sudah tersertifikasi ini akan mendapatkan pin kehormatan untuk disematkan. Artinya para terapis tersertifikasi ini boleh memakai pin tersebut untuk mengatakan bahwa dirinya tersertifikasi.

Dengan begitu, diharapkan akan menjadi kebanggaan bagi mereka secara pribadi mengingat sebagian besar terapis di Bali tingkat pendidikannya antara Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

2. Tak hanya kaum berduit, backpacker yang ke Bali juga bisa menikmati Ethnowellness

IDN Times/Imam Rosidin

Lalu siapa target pasar Ethnowellness ini? Diungkapkan oleh Agnes Lourda bahwa tidak dipungkiri target Ethnowellness ini merupakan orang-orang berduit. Secara umum besaran biaya yang dikeluarkan untuk wellness yang benar, untuk satu orang bisa mencapai Rp10 juta hingga ratusan juta.

“Sepuluh juta itu mungkin untuk katakanlah membeli paket slimming tanpa alat ya,” ungkapnya.

Pengembangan pelayanan Ethnowellness ini juga tidak mengesampingkan para backpacker. Karena nantinya mereka juga tetap bisa menikmati wellness di pantai-pantai di Bali. Rencana IWSPA yang segera dijalankan adalah untuk melatih para penyedia jasa pijat di sepanjang pantai, terutama Pantai Kuta. Mereka akan dimasukkan dalam kuota 10 ribu terapis yang akan dilatih tahun depan.

“Saya ingin menjual charmingnya Ethnowellness, jadi mohon maaf, kami benahi dulu Ibu-ibu pantai,” terangnya.

Atas riset lapangan yang ia lakukan di pantai ikonik di Bali, seorang penjual jasa pijat pantai tidak memiliki skill bagaimana membuat penikmat jasa nyaman, serta dengan pakaian yang dianggap ngasal. Ia menceritakan ditawari pijat, sementara pemijat di pantai itu sendiri sedang menghandle tamu. Kemudian penampilan dengan memakai jam tangan yang cukup besar dan pakaian yang diungkapkan tidak dicuci berhari-hari.

Jadi untuk tahap pertama membangkitkan Ethnowellness ini, ia menyampaikan memang belum melibatkan terapis penyandang disabilitas karena beberapa alasan yang melatarbelakangi.

Berita Terkini Lainnya