TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kasihan, Potret Monyet Ekor Panjang di Bali Diperdagangkan Seperti Ini

Apa pendapatmu setelah melihat foto ini?

Makaka di Pasar Burung Satria Denpasar menjadi perhatian (Dok.IDN Times/instagram profauna)

Denpasar, IDN Times – Kondisi Pasar Burung Satria Kota Denpasar kembali menjadi sorotan, setelah akun Instagram profauna-Indonesia memperlihatkan foto kondisi monyet-monyet ekor panjang (Makaka) yang diperdagangkan. Foto yang diunggah pada 28 September 2020 lalu tersebut sejatinya merupakan dokumentasi seminggu sebelumnya. Pihak profauna menilai tidak patut kondisi itu terjadi di daerah tujuan wisata utama seperti Bali.

Menanggapi hal itu, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Sumarsono, mengungkapkan meskipun fauna jenis ini tidak dilindungi, tetapi para pemelihara harus memerhatikan kesejahteraan satwanya.

Baca Juga: Viral 2 Orang Lanjut Usia di Bali 'Disekap' di Rumah, Ini Faktanya

1. Berharap Pemerintah Provinsi Bali mengeluarkan aturan khusus

Foto hanya ilustrasi. (YouTube.com/Daftar Sejarah Bali)

Profauna dalam postingan itu menyampaikan, bahwa kondisi monyet ekor panjang di Pasar Burung Satria Denpasar sangat menyedihkan. Mereka dirantai. Kondisi ini dianggap tidak patut terjadi di Pulau Bali.

Profauna berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali bisa mengeluarkan peraturan daerah yang melarang perdagangan monyet di Bali. Meskipun kenyataannya, satwa ini tidak dilindungi.

2. Makaka memang tidak dilindungi. Hanya saja kesejahteraan satwanya harus jadi perhatian

instagram.com/tessafeikens

Sumarsono ketika dikonfirmasi, mengungkapkan Makaka memang tidak dilindungi secara undang-undang. Populasinya terus naik karena mereka mudah berkembang biak di manapun berada. Bahkan keberadaannya sering dianggap sebagai sumber masalah.

“Jadi memang nggak dilindungi,” kata Sumarsono.

“Mungkin yang jadi komplain cuma kesejahteraan satwanya saja. Secara, mungkin kelayakan kandangnya dan kesejahteraannya dia (Makaka) saja yang jadi komplain teman-teman,” tambahnya.

Oleh karena itu, ia berharap pemelihara lebih bertanggung jawab atas satwanya.

3. Pemilik dianggap tidak bertanggung jawab, BKSDA kewalahan

Monkey Forest SibagandingDanau Toba (IDN Times/Prayugo Utomo)

Sumarsono menambahkan, permasalahannya adalah pemilik yang tidak bertanggung jawab dalam memelihara Makaka. Pemilik lebih suka memelihara Makaka ketika masih kecil karena dianggap lucu. Namun begitu mulai besar, Makaka dilepas begitu saja dengan alasan galak.

“Dilepas di Mangrove, di tetangga, ditinggal pergi. Jadi BKSDA yang ngumpulin monyet-monyet dari orang yang nggak bertanggung jawab itu. Masalah besarnya di situ. Kecilnya dipelihara. Setelah galak, dilepas,” keluhnya.

Selama enam bulan pertama tahun 2020, Sumarsono mengaku lebih dari 10 kali menangani masalah Makaka yang mengganggu di hotel, menganggu rumah orang, hingga menggigit orang.

Berita Terkini Lainnya