TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pariwisata Bali Bisa Dibuka Kembali Asal Ada Suntikan Dana Rp5 Triliun

Bali tengah bersiap-siap untuk reopening

IDN Times/Ayu Afria Ulita

Badung, IDN Times – Belum lama ini Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau akrab disapa Cok Ace, menyampaikan terkait kesiapan Bali untuk reopening sektor pariwisatanya dengan menerapkan new normal (Normal baru). Dalam sektor pariwisata, para pelaku usaha jasa pariwisata perlu menyiapkan tiga hal dasar. Yaitu kebersihan, kesehatan, dan keamanan (CHS atau Clean, Healthy and Safety).

“Terkait kebersihan kita perlu memikirkan sanitasi tempat-tempat yang dikelola. Apakah sudah dilaksanakan penyemprotan disinfektan secara rutin apa belum. Apakah sudah disiapkan tempat cuci tangan dan sebagainya,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Sedangkan dalam aspek kesehatan harus mengutamakan pelaksanaan rapid test, swab, kesiapan Alat Pelindung Diri (APD), serta keamanan yang meliputi mobilitas orang-orangnya, hingga physical distancing.

Untuk diketahui, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia berharap pada Oktober mendatang sudah bisa reopening di sektor pariwisata, khususnya Bali. Asalkan Bali berhasil mempertahankan tingkat infeksi di angka kematian yang rendah yaitu 1,2 persen dari angka rata-rata 6,4 persen.

Berikut berbagai tanggapan kesiapan normal baru menjelang reopening pariwisata Bali:

Baca Juga: Tidak Ada Pertunjukan Tarian Jika Bali Terapkan Normal Baru

Baca Juga: Bali Jadi Percontohan Normal Baru, Bupati Tabanan: Harus Steril Betul

1. PHRI Badung akan membuat SOP terkait CHS, yang rencananya rampung bulan Juni nanti

Ilustrasi pegawai hotel yang rentan PHK di tengah wabah COVID-19. (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, kepada IDN Times menyampaikan bahwa normal baru untuk Bali ini sesuai rancangan dari Pemerintah Pusat. Yaitu menjadikan Bali sebagai role model, termasuk dua daerah lainnya seperti Yogyakarta, dan Kepulauan Riau.

“Tiga destinasi ini, Bali yang menjadi pertama role model-nya, menjadi lokomotif pariwisata nasional. Nah dalam new normal ini, kami sudah buat kesepakatan namanya CHS. Ini sedang dalam tahap penyelesaian mengenai SOP (Standar Operasional Prosedur). Jadi semua asosiasi terkait harus memiliki SOP masing-masing, khususnya di bidang CHS ini,” terang Suryawijaya.

SOP ini disebutnya akan selesai pada pertengahan Juni 2020 mendatang. Sehingga bisa segera disampaikan kepada Gubernur Bali. Setelah itu, PHRI bersama pemerintah mengeluarkan era baru pariwisata budaya Bali.

“SOP pertengahan Juni selesai. Nanti kami informasikan. Kami berikan ke Gubernur, ini lho kesiapan kami. Persiapan reopening mulai SOP kesehatan, kebersihan, sanitizer dan segala macam, dan standar kamarnya. Manajemen hotel siap melakukan ini,” lanjutnya.

Baca Juga: 10 Kemungkinan New Normal Layanan Hotel Setelah Pandemik

2. Reopening pariwisata Bali diperkirakan akan dilakukan pada Juli 2020. Sebab Oktober 2020 terlalu mundur dan persoalan ekonomi semakin parah

Suasana di Terasering Tegalalang Ubud, Bali. (IDN Times/Dewi Suci)

Dari pengalaman 30 tahun berkecimpung di sektor pariwisata, reopening pariwisata Bali yang awalnya direncanakan pada bulan Mei 2020 ini dinilainya tergesa-gesa, apalagi saat ini sudah masuk akhir Mei. Begitu pula jika direncanakan bulan Juni, tetap dinilai tergesa-gesa. Kalau bulan Oktober 2020 mendatang ia justru pesimis, karena terlalu mundur. Sebab akan berdampak pada persoalan ekonomi yang semakin parah.

“Saya pribadi punya prediksi yang sangat realistis Juli. Juni itu ada penurunan grafik penyembuhan akan lebih banyak. Kalau Juni kita ini kan, kita justru takut nanti second wave, gelombang kedua. Ini bahaya. Apalagi Pak Jokowi sudah memberikan apresiasi sistem penanganan COVID-19 ini untuk Bali dua jempol. Ini harus ekstra hati-hati,” ungkapnya.

Baca Juga: Dianggap Mampu Tekan COVID-19 Tanpa PSBB, Bali Dirancang Jadi Contoh

Berita Terkini Lainnya