18 Koreografer Muda Berkarya di Ubud, Napak Tilas Pura Samuan Tiga
Rangkaian Festival Mega Event Indonesia Bertutur 2022
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Gianyar, IDN Times - Kegiatan Temu Seni Tari yang berlangsung di Ubud, Kabupaten Gianyar, pada 18-24 Juli 2022, menjadi rangkaian Festival Mega Event Indonesia Bertutur 2022.
Kegiatan ini diikuti 18 koreografer muda yang memiliki beragam latar genre dan berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Para koreografer muda ini menampilkan karya kolaborasi spontan, karya tunggal, dan karya yang sedang dalam proses penciptaan atau work in progress.
Baca Juga: Indonesia Bertutur 2022 di Ubud Hadirkan 18 Koreografer Seni Tari
1. Pementasan pamungkas digelar di Pura Samuan Tiga, napak tilas situs cagar budaya
Para koreografer menjalani dan melaksanakan 4 agenda utama Temu Seni yaitu Laboratorium Seni, Diskusi dan Sarasehan, Kunjungan Situs, dan Kunjungan Budaya, dalam arahan dan bimbingan 2 fasilitator. Mereka mempersembahkan karyanya dalam 3 sesi pertunjukan, baik dibawakan secara tunggal maupun kolaborasi dengan sesama peserta.
Pementasan pamungkas acara ini dilakukan di Pura Samuan Tiga, sebuah situs cagar budaya di Banjar Bedulu, Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Pura Samuan Tiga ini dikenal sebagai tempat pertemuan bersejarah penyatuan sekte dan pembentuk konsep Tri Murti dan Kahyangan Tiga.
Pemandu dan narasumber napak tilas Pura Samuan Tiga, Dewa Gede Yadhu Basudewa, mengatakan dalam Lontar Tatwa Siwa Purana, menyebutkan bahwa Pura Samuan Tiga dibangun pada masa pemerintahan Raja Candrasangka. Apabila Prabu Candrasangka seperti disebutkan dalam Lontar Tatwa Siwa Purana sama atau nama lain dari Raja Candrabhayasingha Warmadewa, seperti disebutkan dalam prasasti Manukaya, maka Pura Samuan Tiga sudah ada sekitar abad X. Secara etimologi, Samuan Tiga berasal dari kata Samuan berarti pertemuan/penyatuan/rapat, sedangkan tiga berarti bilangan tiga.
“Uraian lontar di atas, menunjukkan bahwa nama Samuan Tiga dikaitkan dengan adanya suatu peristiwa penting, yaitu adanya musyawarah tokoh-tokoh penting dalam suatu sistem pemerintahan,” jelas Dewa Gede Yadhu Basudewa.