Pelatih Surfing Menilai Kondisi Bali Sekarang Mirip Tragedi Bom Bali 2
Menurun semenjak wabah virus corona muncul
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Badung, IDN Times – Daya tarik Pulau Bali selain budaya dan alam adalah wisata adventure, yaitu surfing. Hampir di sepanjang pantai yang ada di Bali selalu jadi target para surfer untuk mencoba ombaknya. Tetapi itu kemarin. Semenjak wabah COVID-19 atau virus corona merebak, kondisinya sekarang berbeda.
Banyak pelatih surfing (Surf guide) yang kehilangan pendapatan karena sepinya tamu yang datang ke Bali. Bahkan beberapa di antara mereka mengaku kondisi sekarang tak jauh berbeda ketika tragedi Bom Bali II tanggal 1 Oktober 2005 silam terjadi. Seperti apa keluhannya?
Baca Juga: 7 Cara Mencegah Penyebaran Virus Corona di Tempat Kerja Menurut WHO
1. Biasanya surf guide handle tamu tiga kali sehari tiga kali. Kini hanya seminggu dua kali
Seorang Surf Guide, Made Suastika (30), mengaku kondisi Bali sekarang ini membuatnya jarang melayani tamu yang ingin belajar surfing. Sebelum wabah virus corona merebak, dalam sehari saja dia setidaknya handle tamu tiga kali dalam sehari. Namun begitu wabah tersebut merebak, melayani dua kali seminggu saja sudah bersyukur.
“Sebelumnya saya biasanya tiga kali. Minimal dua kali. Sekarang seminggu satu atau dua kali. Itu pun dari teman luar ke Bali yang datang ke Bali yang nggak takut isu virus. Mereka datang. Teman-teman dari Jerman, Eropalah,” kata Suastika kepada IDN Times, Rabu (11/3).
Baca Juga: 5 Saran Diskes Bali Tangkal Virus Corona, Masker Langka Tak Masalah!