Hari Pertama PTM di Denpasar, Siswa Antusias Bertemu Teman-temannya
Semoga proses belajar mengajarnya berjalan lancar ya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Denpasar, IDN Times - Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas resmi dilaksanakan di Kota Denpasar mulai hari ini, Jumat (1/10/2021), sebagaimana Peraturan Walikota Nomor 29 tahun 2021. Pada hari pertama penerapan PTM Terbatas ini, Plt. Kadisdikpora Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Eddy Mulya, bersama Anggota DPRD Kota Denpasar, AA Putu Gede Wibawa, melakukan peninjauan di SDN 18 Pemecutan dan SMP PGRI 3 Denpasar.
Seperti apa respons siswa dan orangtua siswa dengan pelaksanaan PTM Terbatas ini? Berikut tanggapan mereka:
Baca Juga: Kisah Ayu 11 Tahun Naik Turun Bukit Demi Mengajar di Nusa Penida
1. Orangtua siswa masih khawatir akan kesehatan anaknya
Seorang warga yang tinggal di Denpasar, Yudha Maruta, ikut memantau pelaksanaan PTM Terbatas di sekolah anaknya di SDN 4 Sibang Gede. Ia mengatakan bahkan anaknya takut telat masuk sekolah di hari pertama ini.
Sejauh pengamatannya, hari pertama PTM Terbatas semua berjalan dengan baik. Pihak sekolah berusaha menjaga protokol kesehatan (prokes). Akan tetapi, menurutnya kerumunan agaknya sulit dihindari karena mereka masih anak-anak.
Ia melihat anak-anak dan orangtua sangat antusias menyambut PTM ini, apalagi sudah hampir 1,5 tahun belajar daring. Menurutnya hal itulah yang menambah euforia PTM di hari pertama. Ia berharap nantinya tidak akan muncul klaster setelah pelaksanaan PTM Terbatas ini.
“Sayangnya, namanya anak-anak ya, masih suka main. Jadi sepertinya agak susah dikontrol atau diatur oleh gurunya. Saat pergantian sesi, kerumunan sulit dihindari," ungkap Yudha.
Sementara itu, Tri Widiyanti Prasetyo mengatakan anaknya yang sekolah di SD 27 Pemecutan, Kecamatan Denpasar Barat, senang PTM kembali dilaksanakan. Namun Tri Widiyanti juga khawatir terhadap kesehatan dua buah hatinya yang saat ini duduk di bangku kelas 2 dan kelas 5.
“Cuma pembelajaran 1,5 jam dibagi dua sesi sesuai urut absen. Habis itu langsung pulang, gak boleh kemana-mana lagi. Jadi semoga amanlah,” harapnya.
Sedangkan orangtua lainnya, I Gusti Ngurah Sujana (43), menyampaikan dirinya menyambut baik penerapan PTM Terbatas tersebut. Tentunya dengan penerapan prokes yang dilakukan ekstra ketat agar tidak timbul klaster PTM. Ia menilai belajar daring malah membuat anak-anak tidak bisa menerima pelajaran dengan baik karena kebanyakan bermain gadget.
“Hampir dua tahun anak-anak belajar di rumah. Di mana secara psikologis, menurut saya kurang baik. Karena keterbatasan interaksi mereka dengan lingkungan sosial mereka. Terlebih teman sekolah. Ya, mereka lebih banyak bermain gadget ketimbang belajar,” jelasnya.