Kisah Ayu 11 Tahun Naik Turun Bukit Demi Mengajar di Nusa Penida

Hormat mimin buat Bu Guru Ayu

Klungkung, IDN Times - Tidak mudah menjadi guru di daerah kepulauan dan harus jauh dari keluarga. Hal itulah yang dialami oleh Anak Agung Ayu Eka Samudera Yanti (36). Sudah 11 tahun perempuan asal Abiansemal, Kabupaten Badung itu menjadi guru seni dan budaya di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Satu Atap (Satap) 2 Batukandik, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.

Menjadi guru di daerah kepulauan yang jauh dari keluarga, membuat Ayu Samudera harus berkorban. Ia tidak bisa intens mengurus anak-anak dan keluarganya secara langsung. Ibu dari dua anak ini hanya bisa pulang dan bertemu keluarga setiap akhir pekan.

Berikut kisah Ayu Samudera yang selama 11 tahun menjadi guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) di wilayah kepulauan.

1. Ayu Samudera setiap hari harus naik turun bukit untuk mengajar ke sekolah

Kisah Ayu 11 Tahun Naik Turun Bukit Demi Mengajar di Nusa PenidaGoogle Maps

Ayu Samudera (36) tidak pernah menyangka jika dirinya akan ditempatkan di Nusa Penida. Ia sudah lama bercita-cita menjadi guru tari, dan hal itu berhasil dicapai. Hanya saja ia harus ditempatkan di Kepulauan Nusa Penida.

"Awalnya tidak terbayang akan jadi guru di Nusa Penida, yang tempatnya jauh dan nyeberang lautan. Tapi justru diangkat jadi guru di Nusa Penida," ungkapnya, Rabu (29/9/2021).

Sejak awal ditempatkan di Nusa Penida, Ayu Samudera langsung dipercaya menjadi guru seni dan budaya di SMPN Satap 2 Batukandik. Lokasi sekolahnya berada di wilayah perbukitan. Sebelas tahun lalu, jalanan menuju desa setempat banyak yang rusak. Jarak rumah kos dan sekolah tempatnya mengajar sekitar 18 kilometer.

Sehingga Ayu Samudera setiap hari harus naik turun bukit, ditambah kondisi jalanan yang rusak.

"Saat berangkat ke sekolah, tidak jarang juga diguyur hujan deras dan angin kencang karena wilayahnya di perbukitan," jelasnya.

Ayu Samudera lalu menceritakan pengalaman yang tidak akan pernah ia lupakan, ketika harus berjuang menjalankan kewajiban sebagai seorang guru.

Dalam kondisi hamil besar, ia harus mengendarai sepeda motor ke Desa Batukandik untuk mengajar. Ia pernah diguyur hujan lebat dan harus melalui jalan rusak, sehingga menghambat dia pergi ke sekolah. Kemudian mesin sepeda motornya mati.

"Motor saya mati di jalanan sepi dan itu wilayah perbukitan. Saya harus dorong motor cari bengkel yang lumayan jauh. Tapi astungkara sampai saat ini masih dalam lindungan Tuhan dan selalu diberikan keselamatan," katanya.

Banyak pengalaman lain yang harus ia jalani selama mengajar di Nusa Penida. Mulai dari menghadapi gelombang jelek, hujan badai, dan pernah boat yang ditumpanginya oleng ketika menyeberangi ke Nusa Penida untuk mengajar.

2. Jauh dari anak-anak, ia kerap bersedih karena tidak bisa mendampingi anaknya kalau jatuh sakit

Kisah Ayu 11 Tahun Naik Turun Bukit Demi Mengajar di Nusa PenidaDok.IDN Times/Istimewa (foto sebelum pandemi)

Sebagai seorang ibu, Ayu Samudera tidak bisa intens bertemu serta mengurus anak-anak dan keluarganya secara langsung selama berada di Nusa Penida. Ia hanya bisa pulang dan bertemu keluarga setiap akhir pekan.

Ia tetap menjalin komunikasi melalui smartphone. Jika mendapatkan sinyal bagus, ia mengupayakan video call supaya bisa melihat anaknya. Namun jika sinyal jelek, ia harus menahan rindu dengan hanya mendengar suara anaknya.

"Sedih banget seperti itu, terutama di saat anak sakit. Saya tidak bisa dampingi anak yang mestinya harus lebih berperan untuk mengasuh anak," ungkapnya.

Tidak hanya itu, menjadi seorang guru di kepulauan membuatnya harus mengeluarkan biaya lebih. Khususnya untuk biaya boat ketika harus pulang ke rumah setiap pekan, biaya kos, dan kehidupan sehari-hari di Nusa Penida.

"Terkadang pengeluarannya lebih banyak dibandingkan penghasilan gaji yang diterima. Namun kewajiban sebagai guru membuat saya bertahan."

Baca Juga: Kisah Ketut Tantri, Perempuan Viking yang Jatuh Cinta Pada Bali

3. Menjadi guru di kepulauan merupakan pengalaman berharga bagi Ayu Samudera

Kisah Ayu 11 Tahun Naik Turun Bukit Demi Mengajar di Nusa PenidaDok.IDN Times/Istimewa (foto sebelum pandemi)

Banyak cerita dan pembelajaran yang diperoleh Ayu Samudra selama mengajar dan mendidik anak-anak di SMPN Satap 2 Batukandik.

Menurutnya, masih banyak anak-anak di sekolah itu yang niat belajarnya masih kurang. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu membantu orangtua di ladang, dan terkesan dipaksa untuk ke sekolah.

Selain itu anak-anak ada juga yang tidak membawa bekal ke sekolah, karena keluarganya tidak mampu. Mereka harus berjalan kaki berkilo-kilometer jauhnya untuk pergi ke sekolah.

"Bagaimana anak di sini sebagian harus belajar dengan penuh keterbatasan. Banyak pelajaran berharga yang saya dapat. Satu sisi menjadi seorang pendidik dan satu sisi menjadi ibu dari siswa siswa yang terkesan jauh dari perhatian orangtua," terangnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya