10 Sketsa Ogoh-Ogoh di Denpasar 2026

Tahun Baru Saka 1948 atau Hari Raya Nyepi 2026 bakal dilaksanakan pada Kamis, 19 Maret 2026. Nyepi identik dengan pawai ogoh-ogoh yang dilaksanakan sehari sebelum Hari Raya Nyepi atau pada Hari Pengerupukan.
Setiap sekeha teruna (ST) dari setiap banjar berlomba untuk menampilkan ogoh-ogoh terbaiknya. Walaupun masih tahun depan, beberapa banjar sudah mulai proses pembuatan ogoh-ogohnya. Berikut adalah daftar sketsa atau gambar rancangan ogoh-ogoh di Kota Denpasar.
1. Bhuta Wana Raja dari ST Yowana Sari, Banjar Umasari, Ubung Kaja

Bhuta Wana Raja merupakan makhluk gabungan dari beberapa hewan. Ia memiliki sisik seperti ikan, tanduk seperti kerbau, sayap seperti burung, belalai seperti gajah, dan kaki seperti harimau. Bhuta Wana Raja merupakan simbol kemarahan alam atas keserakahan umat manusia yang merusak dan mengeksploitasi alam. Cerita dari ogoh-ogoh ini mengajak umat manusia untuk mulat sarira dengan menjaga kelestarian alam agar tidak menimbulkan kerugian bagi kehidupan manusia.
2. Sayan Kaon dari ST Yowana Samhita Dharma, Banjar Balun, Pemecutan Kaja

Sayan Kaon bercerita tentang keseimbangan alam. Alam terdiri dari sisi negatif (kejahatan) dan sisi positif (kebaikan). Jika sisi negatif telah mendominasi, maka dunia secara perlahan akan mengalami kehancuran. Ogoh-ogoh ini mengingatkan umat manusia untuk menjaga keseimbangan alam agar terhindar dari bencana.
3. Jalasanta dari ST Dharma Duta Cesana, Banjar Dukuh Tangkas, Kepaon

Jala berasal dari Bahasa Jawa Kuno yang berarti air. Sedangkan santa berarti tenang, halus, lembut, dan damai. Jalasanta memiliki makna air yang menenangkan,, menyadarkan, dan membuat damai, seperti yang tersirat dalam kekawin Arjunawijaya gubahan Mpu Tantular.
Ogoh-ogoh ini mengangkat cerita saat Sang Rahwana menculik istri Arjuna Sahasrabahu yang bernama Dewi Citrawati. Arjuna Sahasrabahu kemudian memberikan wejangan kepada Sang Rahwana seperti laksana Jalasanta.
4. Janma Ring Santaya dari ST Yowana Dharma Laksana, Banjar Tegeh Kori, Ubung Kaja

Janma memiliki makna kelahiran, ring memiliki makna di dalam, dan santaya berarti kekosongan. Janma Ring Santaya memiliki makna kelahiran dalam kekosongan. Ogoh-ogoh ini menggambarkan proses kelahiran kembali. Selain itu, karya ini juga memperlihatkan kekuatan spiritual dan fisik yang menunjukkan proses kelahiran itu tidak sesederhana seperti yang terlihat kasat mata.
5. Nyeleg dari ST Eka Yowana Giri, Banjar Jaya Giri, Dangin Puri Klod

Nyeleg dalam Bahasa Bali bisa diartikan sebagai sebuah ketulusan. Ogoh-ogoh ini menceritakan diskriminasi yang dialami warga Pande pada era Kerajaan Gelgel. Saat itu, ada seorang brahmana yang tulus menyelamatkan warga Pande di sebuah goa daerah Tukad Unda. Oleh karena itu, terdapat sebuah bhisama (kesepakatan atau petunjuk suci) bahwa warga Pande tidak boleh memakan Ikan Gabus atau be jeleg dalam Bahasa Bali.
6. Tan Pewaris dari ST Brahmarya, Banjar Abiantimbul, Sanur Kauh

Ogoh-ogoh Tan Pewaris mengangkat sistem patriarki di Bali, yang mana pewaris utamanya adalah pihak laki-laki. Sedangkan pihak perempuan tidak mendapatkan hak sebagai pewaris. Namun, setiap anggota keluarga harus tetap menghormati dan menyayangi anggota keluarganya yang perempuan.
7. Hidimba dari ST Dharma Bakti Mandala, Banjar Petangan Kaja, Ubung Kaja

Hidimba merupakan tokoh raksasa pemakan daging manusia dalam cerita Mahabrata. Hidimba yang hidup di hutan hendak memangsa Panca Pandawa saat berada dalam pengasingan. Bima mengalahkan dan membunuh raksasa tersebut. Adik dari Hidimba, Hidimbi, kemudian dijadikan istri oleh Bima.
8. Durga Murti dari ST Wira Dharma, Banjar Liligundi, Ubung Kaja

Ogoh-ogoh ini mengangkat kisah Dewi Durga saat mengalahkan Mahishasura. Dewi Durga sebagai simbol perempuan kuat, mandiri, dan berani yang tidak takut menghadapi tantangan, menjadi inspirasi untuk bersikap tegas dan bermartabat. Walaupun sering digambarkan sangat menyeramkan, Dewi Durga memiliki sifat keibuan dengan cintanya yang tulus dan tanpa pamrih.
9. Maya Denawa dari ST Segara Madu, Banjar Medura, Sanur

Ogoh-ogoh ini mengangkat kisah sosok raksasa Maya Denawa yang berkuasa dengan kejam. Dewa Indra kemudian turun ke bumi untuk membunuh Maya Denawa. Dalam peperangan, Dewa Indra menancapkan anak panahnya sehingga keluar air suci untuk menetralisir racun yang dilepaskan oleh Maya Denawa. Sumber air suci ini sekarang dikenal sebagai Pura Tirta Empul yang ada di Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, tempat yang sering dipakai melukat atau ritual mandi suci.
10. Kala Rawa Bhairawa dari ST Yowana Bija Citta, Banjar Bun, Dangin Puri

Ogoh-ogoh ini mengisahkan raksasa yang menguasai rawa-rawa dan hutan bakau di pesisir Kota Denpasar. Ia akan meluapkan amarahnya saat manusia tidak lagi memelihara rawa dan alam. Bau busuk, air yang tercemar, hingga banjir bandang ia kirim untuk menyadarkan umat manusia bahwa alam tidak butuh manusia, tetapi manusialah yang membutuhkan alam.
Sketsa ogoh-ogoh di Denpasar 2026 tersebut sangat menarik untuk dilihat proses pengerjaannya. Kamu penasaran melihat skesta ogoh-ogoh yang mana nih?


















