GUPBI Sebut Ada Dua Kluster Peternak Babi di Bali yang Belum Terbantu
Terbanyak ada di Kabupaten Gianyar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Denpasar, IDN Times – Belum lama ini Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali, Ketut Hari Suyasa menyampaikan wabah African Swine Fever (ASF) semakin meluas. Ada tiga kluster kondisi peternak babi di Bali di antaranya peternak babi yang sudah terdampak, sedang terdampak, dan belum terdampak. Kluster peternak yang sudah dan sedang terdampak wabah, sejauh ini diklaim masih lepas dari pertolongan dan belum merasakan bantuan.
“Ini kan ada tiga yang terjadi. Ada peternak yang belum terdampak, lagi terdampak, dan ada peternak yang sudah terdampak. Yang lagi dan sudah ini tidak ada yang menolong. Gitu lho. Bingung. Sepertinya belum kami rasakan (bantuan pemerintah),” ungkapnya.
Meskipun bantuan riil yang diharapkan belum diterima sampai saat ini, namun diakui mereka difasilitasi untuk duduk bersama dengan pihak Kesehatan Hewan untuk melakukan edukasi ke peternak keliling Bali sebelum adanya COVID-19 di Bali. Sayangnya, bantuan riil maupun konsep beternak saat pandemik, hingga saat ini belum ada.
Baca Juga: Wabah di Peternakan Babi Meluas, Peternak di Bali Mengaku Sudah Apatis
Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar, I Wayan Masa Tenaya dikonfirmasi IDN Times menyampaikan bahwa dari sampel uji lab yang dikirim ke Medan beberapa bulan lalu hasilnya sudah ada di tangan pihak terkait. Artinya pihak BBVet tidak berkewenangan untuk mengumumkan penyebab kematian massal babi di Bali yang hingga saat ini disebutnya sebagai wabah.
“Wah itu sudah di Jakarta, sudah gak (tidak) ranah ke situ lagi. Sudah lama itu, kami sudah mengeluarkan, membantu GUPBI (Bali) mengirim (babi) ke Jawa. Itu sudah ranahnya Pak Gubernur itu, men-declair akan Bali ini kena ASF. Itu sudah barang lama itu. Sekarang dokumennya itu di Provinsi Bali yang punya Bali,” jelasnya.
Sementara itu Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, drh. IKG Nata Kesuma meyampaikan bahwa perternakan babi suspek ASF. Sampai saat ini obat dan vaksinnya pun belum ditemukan.
“Suspek ASF. Suspek,” jawabnya. “Selama dua bulan ini kan vaksin belum ada sehingga hanya mengandalkan edukasi kepada peternak dengan melakukan biosekuriti dan desinfektan. Dan membatasi lalu lintas perdagangan ternak babi,” jelasnya.