Fakta-fakta Tentang TPA Suwung, Warga Diteror Bau & Lalat Sejak 1985
TPA inilah yang menampung sampah kalian
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Denpasar, IDN Times – Sekitar dua hektare lahan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarbagita Suwung mengalami kebakaran kebakaran, Jumat (25/10) lalu. Selain asapnya mengganggu warga dan wisatawan, kebakaran itu membuat sejumlah truk pengangkut sampah tidak dapat masuk dan mengular. Terlebih warga Banjar Pesanggaran, Banjar Pedungan dan pecalang juga menutup akses masuk bagi truk-truk itu sejak kebakaran sampai Senin (28/10).
Setelah aksi menutup akses selama tiga hari itu ramai, pihak Pemerintah Provinsi Bali yang mendengarnya mengaku bertanggung jawab atas kondisi ini. Dengan berbagai pertimbangan, Gubernur Bali akhirnya mengadakan pertemuan dengan Kelian Banjar Pesanggaran, Bendesa Adat Pedungan, pecalang, hingga tokoh masyarakat secara pararel untuk mengebut solusi terbaik terkait penyelesaian masalah itu, Selasa (29/10) kemarin.
Apa hasil pertemuan itu?
1. Warga sekitar kena dampak polusi TPA Suwung sejak 1985
Kelian adat Banjar Pesanggaran I Wayan Widiada telah bertemu Gubernur Bali, I Wayan Koster, di Suwung pada Selasa (29/10) siang pukul 13.00 Wita. Pihaknya sengaja mempertanyakan terkait pengelolaan sampah yang menjadi kebutuhan bersama.
"Tadi kami ingin pertanyakan gimana rencana proses pengolahan, beliau berjanji prosesnya masih lanjut sudah ada komitmen dari Pak Gub sendiri," ucapnya.
Kondisi TPA Suwung sendiri secara teknis disebutnya sudah tidak representatif. Lahan sudah overload dan warga sekitar yang merasakan dampaknya sejak tahun 1985. Baik karena polusi debu, asap kebakaran, lalat, hingga bau sampah yang menyengat.
Baca Juga: Cerita TPA Suwung Terbakar Seluas Dua Hektare, Medan Sulit Dijangkau