TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fakta-fakta Kain Gringsing Dari Karangasem Bali, Ikon Uang Rp75 Ribu

Diyakini mampu menolak wabah

Penukaran uang Rp75 ribu. IDN Times/Debbie Sutrisno

Denpasar, IDN Times - Kain pegringsingan Bali yang dipilih menjadi salah satu ikon dalam uang kertas Rp75 ribu ternyata menyimpan banyak sejarah. Uang kertas baru tersebut diluncurkan menandai Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 Tahun pada Senin (17/8/2020). Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof. I Wayan Kun Adnyana mengungkapkan bahwa pihak Bank Indonesia (BI) dan Peruri sempat berdiskusi dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan Desa Adat Tenganan.

“Ya. Itu kan sepenuhnya gagasan dari pihak Bank Indonesia. Terus tanggal 19 Juli 2019, jadi prosesnya itu satu tahun ya. Itu sudah mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh, baik Banjar Adat maupun Desa Adat Tenganan Pengringsingan,” jelasnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (18/8/2020). Pada pertemuan tersebut, semua pihak mengapresiasi inisiatif menjadikan motif tenun gringsing yakni motif lubeng sebagai bagian dari motif uang Rp75 ribu. 

Terpilihnya kain gringsing sebagai ikon tentu dengan berbagai pertimbangan. Apa sajakah keunggulan dari tenun asal Desa Tenganan, Karangasem ini?

Baca Juga: Bangga! Kain Gringsing Bali Jadi Ikon Uang Kertas Baru Rp75 Ribu

1. Tenun Gringsing sudah ditetapkan menjadi warisan budaya

ilustrasi tenun di Bali (IDN Times/Ayu Afria)

Menurut Kun Adnyana, tenun gringsing sudah ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda nasional tahun 2016. Selain itu tenun gringsing juga masuk menjadi indikasi geografis.

“Jadi memang motif ini jadi motif yang menarik ya, yang merepresentasikan sosok kalajengking,” ucapnya.

Tenun gringsing berasal dari Desa Tenganan dan dikenal sebagai desa kuno di Bali yang memiliki perbedaan tradisi dan adat istiadat dengan Desa Adat lainnya di Bali.

“Ini ribuan tahun karena Desa Tenganan Pegringsingan sendiri adalah desa kuno di Bali. Jadi dibangun oleh tatanan tradisi, adat istiadat yang khas. Yang pada beberapa bagian itu memiliki perbedaan dengan tradisi adat istiadat di Desa Adat Bali yang lain,” ungkapnya.

2. Kain gringsing relevan dengan COVID-19

Ilustrasi virus corona. IDN Times/Arief Rahmat

Sementara itu, secara filosofi menurutnya jika dikaitkan dengan kondisi pandemik saat ini, tenun gringsing memiliki makna supaya terhindar dari wabah. Pihak BI dan Peruri, menurut Kun Adnyana, secara tidak langsung sudah diarahkan oleh alam supaya mengambil motif ini.

“Seluruh tenun gringsing kan maknanya itu biar terhindar dari gering atau terhindar dari wabah penyakit gitu. Jadi kan sangat relevan juga secara tidak langsung pada era pandemik COVID-19 ini,” jelasnya.

Berita Terkini Lainnya