Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Masih Rendah

ilustrasi bayi (pixabay.com/bongbabyhousevn)
ilustrasi bayi (pixabay.com/bongbabyhousevn)

Denpasar, IDN Times - Pemberian ASI eksklusif oleh ibu di Indonesia masih mengalami sejumlah tantangan dan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kebijakan maupun implementasinya. Ketua Umum AIMI 2007-2018, Mia Sutanto, dalam sebuah diskusi mengatakan bahwa pemberian ASI bukan hanya memenuhi hak ibu dan anak, tetapi juga memiliki banyak manfaat jangka panjang.

Sedangkan hingga saat ini Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan besar dalam meningkatkan angka  pemberian ASI eksklusif.

"Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi, khususnya bayi berusia 0-6 bulan, yang tidak dapat tergantikan oleh makanan atau minuman lainnya," terangnya.

1. Penyebab rendahnya tingkat menyusui di Indonesia

ilustrasi bayi lucu (pexels.com/cnet.com)
ilustrasi bayi lucu (pexels.com/cnet.com)

Menurut Mia, Kemenkes menyebutkan angka ASI eksklusif di Indonesia terus  menurun dari 64,5 persen pada 2018 menjadi 52,5 persen pada 2021. Penyebab utama penurunan ini adalah kurangnya dukungan di tempat kerja, adanya promosi susu formula yang tidak etis, dan kesenjangan informasi mengenai pemberian ASI yang benar.

Meskipun hasil dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) pada 2023 menyebutkan proporsi ASI  Eksklusif 0-5 bulan secara nasional adalah 68,6 persen, namun angka ini masih jauh dari target nasional yaitu 80 persen untuk capaian ASI Eksklusif.

"Anak yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki peluang lebih tinggi untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, dan tidak mudah sakit. Menyusui juga mempererat ikatan  emosional antara ibu dan anak, yang penting untuk membentuk ketahanan pribadi dan kemandirian anak di masa depan," jelasnya.

2. Indonesia tercatat banyak melakukan penundaan pemberian ASI

ilustrasi botol susu bayi (pexels.com/Helena Lopes)
ilustrasi botol susu bayi (pexels.com/Helena Lopes)

Sedangkan menurut WHO dalam laporannya pada Agustus 2023 juga mencatat, bahwa Indonesia mengalami penurunan signifikan dalam pemberian ASI pada jam pertama kehidupan bayi. Hanya 48,6 persen bayi yang disusui dalam satu jam pertama setelah kelahiran pada tahun 2021, turun dari  58,2 persen pada 2018.

"Penundaan pemberian ASI pada bayi baru lahir memiliki dampak negatif terhadap kelangsungan hidup bayi, serta meningkatkan risiko infeksi dan penyakit," jelasnya.

3. Dukungan kebijakan tidak sepenuhnya berjalan

ilustrasi ASI di dalam kantong khusus (vecteezy.com/Dechai Huyyai)
ilustrasi ASI di dalam kantong khusus (vecteezy.com/Dechai Huyyai)

Selama 18 tahun Indonesia telah membuat kemajuan dalam kebijakan terkait perlindungan ibu menyusui. Beberapa kebijakan signifikan yang telah diterapkan antara lain:

  • Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 yang mengatur pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan  pertama
  • Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 yang semakin memperkuat regulasi tentang pemasaran susu formula dan produk pengganti ASI
  • UU Nomor 4 Tahun 2024 tentang Kesejahteraan Ibu dan Anak yang menegaskan hak anak dan ibu dalam menyusui, termasuk hak pendonor ASI, serta  kewajiban penyediaan ruang laktasi di tempat kerja dan fasilitas umum.

Meskipun ada kemajuan, penurunan angka ASI eksklusif di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama. Pihaknya meminta agar WHO dan UNICEF juga terus mendorong Indonesia untuk meningkatkan dukungan kepada ibu menyusui, terutama pada minggu pertama kehidupan bayi yang sangat penting untuk keberhasilan pemberian ASI.

“Perjalanan kebijakan pemberian makanan bayi dan anak di Indonesia memang telah menunjukkan kemajuan. Namun kita masih menghadapi banyak tantangan. Kita harus memperkuat kebijakan yang  mendukung pemberian ASI eksklusif dan mengurangi pengaruh negatif dari pemasaran susu  formula," terangnya.

Share
Topics
Editorial Team
Ayu Afria Ulita Ermalia
Irma Yudistirani
Ayu Afria Ulita Ermalia
EditorAyu Afria Ulita Ermalia
Follow Us