Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Manamu Bali Hidupkan 2 Kerajinan Sumba yang Hampir Punah

Kerajinan asal Sumba dilestarikan Manamu di Bali (Dok.IDN Times/Ayu Afria)
Kerajinan asal Sumba dilestarikan Manamu di Bali (Dok.IDN Times/Ayu Afria)

Denpasar, IDN Times - Pulau Sumba yang dikenal dengan kain tenunnya, ternyata memiliki kerajinan yang berusia lebih tua dibandingkan kain tenun itu sendiri, dan saat ini hampir punah. Nama kerajianannya yaitu Lulu Amah dan Mamuli. CEO dan Founder Manamu Artisanal Storytelling Center, Melania Karolina, sengaja membuat wadah untuk melestarikan kerajinan asal Sumba yang hampir punah tersebut di Bali, sehingga bisa lebih luas dikenal khalayak.

Lokasinya berada di Jalan Batur Sari, Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan. Selain melestarikan kerajinan asli Sumba, Manamu di Bali juga memfasilitasi tur ke wilayah Pulau Sumba. Hal ini agar menyatukan kerajinan dan Pulau Sumba itu sendiri.

"Manamu Artisanal Storytelling Center ini adalah wadah kami untuk memperkenalkan kerajinan dari Sumba yang sudah mulai punah, yang diturunkan secara beberapa gerasi, yang namanya itu Lulu Amah dan Mamuli. Lulu Amah dan Mamuli ini satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan," terangnya.

1. Pengrajin Luluh Amah dan Mamuli tinggal sedikit

Kerajinan asal Sumba dilestarikan Manamu di Bali (Dok.IDN Times/Ayu Afria)
Kerajinan asal Sumba dilestarikan Manamu di Bali (Dok.IDN Times/Ayu Afria)

Founder Manamu Artisanal Storytelling Center, Melania Karolina, mengatakan Lulu Amah adalah seni kerajinan tenun tangan menggunakan kawat baja, tembaga, dan kuningan. Hasilnya berupa berbagai macam produk home decor seperti lampu, artwork, dan aneka macam perhiasan. Lerajinan yang dikenal dengan nama Mamuli juga menjadi perhatiannya. Mamuli ini terbuat dari kawat kuningan yang ditempa dengan teknik turun temurun.

"Pengrajin Lulu Amah itu di seluruh Pulau Sumba cuma tinggal 100 (orang). Pengrajin Mamuli di seluruh Pulau Sumba cuman tersisa 2 (orang)," terangnya.

Menurutnya, saat ini tidak banyak anak muda dari Pulau Sumba yang tertarik untuk melestarikan kerajinan ini karena pekerjaannya yang memakan waktu cukup lama. Selain itu, kerajinan ini diapresiasi sangat rendah di pulau asalnya. Sehingga melalui Manamu, kerajinan tersebut dibawa keluar Pulau Sumba, terutama Bali, agar mendapatkan apresiasi yang lebih tinggi. Pun, kini sebanyak 20 orang anak muda asal Sumba telah diberdayakan oleh Manamu di Bali.

"Semua dari Sumba. Kami tidak mengajarkan ke orang lain. Kenapa tidak, karena unsur originalitasnya hilang. Spiritnya gak ada, tidak ada ikatan secara emosional," katanya.

2. Perempuan pengrajin lebih suka membuat aksesori

Kerajinan asal Sumba dilestarikan Manamu di Bali (Dok.IDN Times/Ayu Afria)
Kerajinan asal Sumba dilestarikan Manamu di Bali (Dok.IDN Times/Ayu Afria)

Seorang perempuan perajin asal Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Anggi (26), baru belajar kerajinan Lulu Amah pada usia 20 tahun. Itu pun karena tidak sengaja melihat teman-temannya sedang mengerjakan kerajinan tersebut. Ia ikut tertarik untuk mencobanya sendiri, dan hingga saat ini terus menekuninya. Dari sekian aksesori, Anggi lebih suka membuat berbagai jenis perhiasan. Menurutnya, aksesori ini lebih banyak diminati wisatawan asing.

Waktu untuk membuat anting paling lama dua hari, sedangkan kalung paling lama seminggu. Kecepatan tersebut tergantung dari desain dan jenis bahan atau kawat yang digunakan.

"Kesulitannya sih gak ada. Kita cuma awal-awalnya yang sulit, karena harus mulai dari awal, jadi untuk anyam membentuknya itu lumayan susah," jelasnya.

3. Kerajinan Sumba sudah tembus pasar ekspor

Kerajinan asal Sumba dilestarikan Manamu di Bali (Dok.IDN Times/Ayu Afria)
Kerajinan asal Sumba dilestarikan Manamu di Bali (Dok.IDN Times/Ayu Afria)

Melania Karolina mengatakan, pelestarian kerajinan Pulau Sumba yang hampir punah ini mendapat dukungan dari tiga kementerian, di antaranya Kementerian Ekonomi Kreatif yang telah memfasilitasi pameran dan inkubasi. Kemudian dukungan Kementerian Perindustrian melalui program CBI atau Creative Business Incubator dengan pelatihan, serta Kementerian Perdagangan yang membantu Manamu lolos kurasi untuk acara Summit Business Meeting, Osaka World Expo.

Keunikan Lulu Amah dan Mamuli banyak diabadikan, selalu dijadikan motif tenun kain Sumba. Kedua kerajinan tersebut sangat unik karena dibuat oleh tangan-tangan masyarakat Sumba, yang hingga saat ini telah dikembangkan menjadi tiga teknik. Desain-desain kerajinan Sumba tersebut juga fleksibel, bisa dilipat untuk diekspor.

"Sekarang kami sudah mengekspor ke Maldives, Jepang, Bulgaria, USA, dan Australia," ungkapnya.

Share
Topics
Editorial Team
Ayu Afria Ulita Ermalia
Irma Yudistirani
Ayu Afria Ulita Ermalia
EditorAyu Afria Ulita Ermalia
Follow Us