Filmmaker Asal Indonesia Mewakili Indonesia ke Skotlandia

Denpasar, IDN Times - Seorang filmmaker Indonesia asal Semarang, Haris Yuliyanto terpilih untuk mewakili Indonesia diajang internasional Glasgow Short Film Festival (GSFF) di Skotlandia. Haris yang juga staf laboratorium program studi D4 Film & Televisi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro itu akan berangkat pada 9 Maret 2025.
Haris berharap dapat mengembangkan cerita untuk filmnya saat kesempatan residensi seminggu di Cove Park, sebuah lokasi residensi seniman di Skotlandia. “Ini pertama kali saya ke luar negeri, kebetulan juga di bulan puasa,” ungkapnya, Jumat (7/3/2025).
1. Glasgow menginspirasi ide film dan cerita yang akan dibuat Haris

Haris telah mengikuti beberapa sesi pra-keberangkatan bersama Minikino dan GSFF yang mencakup berbagai persiapan teknis, wawasan budaya, serta strategi networking untuk memaksimalkan pengalamannya di Skotlandia. Persiapan lain keberangkatan Haris dilakukan bersama produsernya, Annisa Dewi, untuk menyiapkan skenario draft pertama dan pitch deck dari proyek film pendek berikutnya.
Glasgow adalah kota yang menarik bagi Haris karena sejarahnya dalam pengembangan dan salah satu pusat pembuatan kapal uap terbesar di dunia pada abad ke-19 dan awal abad ke-20. Haris memiliki ketertarikan khusus terhadap laut, kapal, dan pelayaran karena latar belakang keluarganya.
Ketertarikannya ini juga menginspirasi penelitian serta ide cerita filmnya. Oleh karena itulah, Cove Park menjadi salah satu lingkungan yang pas untuk proses pengembangan ceritanya.
2. Cove Park dirancang untuk mendukung seniman berkarya

Direktur Cove Park, Alexia Holt menjelaskan situs Cove Park seluas 50 hektare menghadap ke Loch Long dengan pemandangan Argyll di pantai barat Skotlandia. Lokasi hanya berjarak sekitar satu jam dari Glasgow. Hal ini memungkinkan para seniman residensi dapat bekerja di lokasi pedesaan yang tenang serta mengakses acara dan organisasi budaya lainnya di Skotlandia.
"Residensi Cove Park dirancang untuk mendukung seniman lokal, nasional, dan internasional pada berbagai tahapan karir dengan beragam bentuk seni," ungkapnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Cove Park beruntung karena dapat bekerja dengan seniman asal India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, dan Myanmar. Sedangkan di bulan Maret 2025, juga akan menyambut para musisi Vũ Hà Anh dan Trần Uy Đức dari Vietnam dalam kolaborasi dengan Counterflows Festival.
Pada bulan yang sama, kegiatan filmmaker Indonesia Haris Yuliyanto dalam kolaborasi dengan Glasgow Short Film Festival.
3. Juri asal Indonesia berkomitmen untuk meraih perhatian global

Fransiska Prihadi juga menjadi salah satu juri kompetisi internasional di GSFF tahun ini. Pihaknya berkomitmen untuk memperkenalkan film pendek Indonesia ke kancah dunia. Karya-karya ini akan membuka ruang bagi penonton global untuk melihat Indonesia di luar eksotisme dan pariwisata, melainkan sebagai lanskap yang kompleks, penuh ketegangan, dan sarat dengan dinamika perubahan.
Program pertukaran filmmaker dan program film pendek ini merupakan bagian dari komitmen Minikino dalam mendukung pertukaran budaya dan ekspresi kreatif melalui film pendek. Bali-Glasgow Short Film Exchange 2025 merupakan langkah penting dalam memperkuat hubungan antara komunitas film pendek di Indonesia dan Skotlandia, membuktikan bahwa film pendek Indonesia makin mendapat perhatian di panggung internasional.
“Sebagai programmer dan juri di GSFF mendatang, saya selalu melihat kesempatan seperti ini untuk memperkenalkan beragam perspektif dari film pendek Indonesia kepada audiens internasional," terangnya.
Berbagai kegiatan festival, seperti pemutaran film, diskusi panel, serta kesempatan networking dengan sineas dan profesional industri film dari berbagai negara akan menjadi bagian dari pengalaman Haris. Film pendek terbaru Haris juga akan menjadi bagian dari program film pendek persembahan Minikino bertajuk Indonesian Spice Route.
Tercatat ada lima film pendek dalam kurasi Minikino yang diwakili Direktur Program Fransiska Prihadi diantaranya Pelabuhan Berkabut (sutradara: Haris Yuliyanto, 2024), Blue Poetry (Muhammad Heri Fadli, 2023), Kelompok Penerbang Roh (Tunggul Banjaransari, 2023), She and Her Good Vibrations (Olivia Griselda & Sarah Cheok, 2023), dan Basri & Salma in a Never-Ending Comedy (Khozy Rizal, 2023).