Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Dampak Negatif Jika Kamu Terlalu Perfeksionis

freepik.com/ijeab

Siapa nih yang merasa dirinya selalu mengejar dan menuntut kesempurnaan dalam melakukan berbagai hal? Biasanya kita mengenalnya sebagai sikap perfeksionis. Karakter itu ditunjukkan dengan keinginan untuk serba sempurna tanpa ada kesalahan sedikitpun.

Kalau ada sedikit saja kekurangan, akan langsung mencari apa penyebabnya. Mungkin terdengar bagus ya. Tapi apakah dampaknya akan selalu baik? Ya, selain memiliki pengaruh positif, sikap perfeksionis juga memiliki dampak negatifnya lho. Nah berikut lima dampak negatif jika seseorang terlalu perfeksionis. 

1.Membawa pengaruh pada kesehatan mental

ilustrasi tidur saat bekerja (pexels.com/energepic.com)

Kalau kamu merasa perfeksionis, sepertinya kamu harus mulai berhati-hati. Dilansir dari laman Medical News Today disebutkan bahwa sebagian besar peneliti menyimpulkan perfeksionisme adalah kombinasi standar pribadi yang terlalu tinggi dan evaluasi diri yang terlalu kritis. Tuntutan untuk selalu sempurna dan ekspektasi yang terlalu tinggi inilah yang bisa memengaruhi kesehatan seseorang, baik secara fisik maupun mental.

Thomas Curran, seorang dosen di Departemen Kesehatan, University of Bath, di Inggris, dalam penelitiannya mengemukakan bahwa secara sosial seorang yang perfeksionis meyakini bahwa lingkungan sosial sekitar selalu menuntut dan menilai seseorang dengan keras. Oleh sebab itulah seorang perfeksionis akan berusaha menunjukkan kesempurnaan untuk mendapatkan pengakuan secara sosial.

2.Terlalu memaksakan sesuatu di luar kendali diri

ilustrasi stres kerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Seseorang dengan sikap perfeksionis akan selalu berusaha dan berharap segala sesuatu ada di dalam kendalinya. Semuanya sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan tujuan yang telah ditetapkan. Semua harus berhasil seperti yang dirancang.

Pada laman Medical News Today, Ana Sandoiu menggambarkan orang yang perfeksionis hidup dengan dialog internal yang keras antara diri dan batinnya. Adanya suara batin yang terus menerus memberitahu bahwa apa yang sudah mereka lakukan tidak cukup baik, meskipun mereka telah bersikeras melakukan yang terbaik.

Sikap ini yang membuat seorang perfeksionis selalu memaksakan keadaan dan sulit untuk menyesuaikan diri dengan segala kemungkinan situasi yang terjadi.

3. Lebih mudah mengalami overthinking

Ilustrasi perempuan overthinking (Pexels/Ekaterina Bolovtsova)

Menginginkan segala sesuatu untuk dapat berjalan dengan sempurna memang sah-sah saja. Namun, hal tersebut membutuhkan upaya dan pemikiran yang lebih banyak. Ini merupakan ciri yang paling dominan pada orang perfeksionis. Terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran membuat orang perfeksionis cenderung lebih mudah mengalami kekhawatiran yang berlebihan.

Dilansir dari laman Forbes Health, kekhawatiran yang berlebihan biasanya menunjukkan kecemasan seseorang terhadap hal terburuk yang mungkin akan terjadi. Dalam waktu lama, hal tersebut dapat menjadi kebiasaan overthinking terhadap berbagai hal.

Lebih lanjut, overthinking ini juga bisa menjadi penyebab seseorang lebih mudah terserang stres dan depresi. Karenanya, harus belajar mengendalikannya agar terhindar dari dampak buruk berkepanjangan.

4. Sulit mencapai goals atau tujuan hidup karena terlalu banyak pertimbangan

Ilustrasi wanita sendiri (unsplash.com/JoshuaSazon)

Setiap individu pasti memiliki berbagai impian dan tujuan hidup. Dalam mencapai sesuatu yang diinginkan, memang perlu upaya dan usaha yang keras untuk mewujudkannya. Nah, sayangnya sikap terlalu perfeksionis ini, di satu sisi dapat mempersulit seseorang untuk mencapai tujuan mereka lho.

Ketakutan akan kegagalan dan sikap penuh kehati-hatian seringkali berujung pada penundaan yang bisa menghalangi mereka lama mengambil keputusan. Hal tersebutlah yang kadang membuat orang perfeksionis sulit mencapai tujuan yang diinginkan.

5.Menyusahkan diri sendiri karena menaruh harapan tinggi

ilustrasi stres (pexels.com/Alex Green)

Sikap perfeksionisme yang selalu berupaya mencapai kesempurnaan sangatlah melelahkan. Menuntut diri agar tidak melakukan kesalahan dan selalu ingin mendapat pengakuan dari lingkungan sosial juga tidaklah mudah.

Berbagai tuntutan hidup dan apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, pada kenyataannya memerlukan penyesuaian diri. Perlu adanya sikap yang luwes dalam mengantisipasi segala perubahan yang terjadi.

Hal tersebut dilakukan agar terhindar dari rasa kecewa karena menempatkan ekpektasi terlalu tinggi. Selain itu, juga untuk menghindari perasaan tidak nyaman karena rasa bersalah atas sesuatu yang terjadi di luar dugaan. Apabila kamu termasuk orang yang perfeksionis, semoga dengan mengetahui dampak negatifnya, bisa mulai lebih rileks ya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ni Ketut Sudiani
EditorNi Ketut Sudiani
Follow Us