Kisah 3 Saudara Sepupu di Bali, Besarkan Anak-anaknya yang Lumpuh

Mereka tinggal di atas tanah milik Pemprov Bali

Denpasar, IDN Times – Tiga Kepala Keluarga (KK) bersaudara sepupu asal Karangasem ini harus hidup merawat anak-anaknya yang menderita lumpuh sejak puluhan tahun. Ketiganya tinggal bersama di atas tanah milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, Jalan Tantular Gang Kehutanan, Renon, sejak empat tahun lalu. Mereka bisa tinggal di tanah tersebut atas belas kasih dari Mantan Gubernur Bali sebelumnya, Made Mangku Pastika.

Sebelumnya, tiga keluarga tersebut tinggal di Jalan Bung Tomo X Denpasar, Banjar Mekar Manis, Pemecutan Kaja, Denpasar. Meski hidup serba kekurangan, mereka tidak pernah mengeluh. Seperti apa kondisinya sekarang?

1. Keluarga Nyoman Sadra dengan tiga anaknya yang lumpuh. Badannya semakin kaku seperti kayu ketika mereka beranjak besar

Kisah 3 Saudara Sepupu di Bali, Besarkan Anak-anaknya yang LumpuhWayan Suantika yang terbaring di kasurnya. (IDN Times/Ayu Afria Ulita)

Keluarga pertama adalah pasangan Nyoman Sadra dan Nengah Sumerti. Mereka dikaruniai enam orang anak, namun tiga di antaranya mengalami lumpuh sejak lahir. Yaitu anak pertama Wayan Suantika (27), anak ketiga Komang Supartika (23), dan anak keenam bernama Luh Ayu Sukarini (7).

Dari keterangan Nengah Sumerti (47), Suantika dan Supartika hanya bisa berguling-guling saja. Keduanya lumpuh total, dan hanya bisa terbaring meskipun dikerumuni semut. Sedangkan kondisi Luh Ayu lebih berbeda dibandingkan kedua kakaknya. Ia masih bisa duduk, bergerak, dan sedikit paham jika diajak berkomunikasi.

“Waktu kecil bisa ngerayap seperti ini dah (Luh Ayu). Komang paling sehat, setahun bisa jalan, tapi dari sini, dari sini jatuh,” jelas Sumerti sambil memperagakan dan menunjuk, Senin (16/9).

Meski demikian, ketiga anaknya sudah pernah menjalani pemeriksaan medis. Mulai dari pemeriksaan di Poli Mata, Poli Anak hingga pemeriksaan syaraf. Mereka memiliki kesamaan yakni kelainan pada mata. Matanya bergerak-gerak sendiri sejak lahir.

Saat kecil mereka bisa duduk layaknya anak normal. Namun seiring bertambahnya usia, badan mereka semakin kaku dan tidak bisa bergerak. “Semakin dewasa semakin kaku. Kayak kayu gini,” jelasnya.

Ketika IDN Times mengunjungi rumah keluarga ini, tampak Wayan Suantika terbaring di atas tempat tidur dalam kondisi telanjang, dan bagian pantatnya dilapisi tas plastik berwarna hitam. Kedua kakinya mengecil dan hanya bisa menggerakkan kepala saja. Sementara Komang Supartika terlihat bisa bergerak dan tengkurap, pun setidaknya bisa diajak berkomunikasi.

Ayah mereka, Nyoman Sadra, bekerja di tempat pembuatan kompos dan harus menghidupi keluarganya seorang diri. Dulunya keluarga ini mendapat bantuan dari pemerintah. Tapi kini sudah tidak dapat bantuan lagi.

“Dulu sih yang dapat dari pemerintah sejuta (Rp1 juta) setahun. Sekarang belum ada info apa. Cuma itu aja dari pemerintah,” terangnya.

2. Keluarga kedua adalah seorang tukang kebun yang keempat anaknya lumpuh

Kisah 3 Saudara Sepupu di Bali, Besarkan Anak-anaknya yang LumpuhIDN Times/Ayu Afria Ulita

Nyoman Darma (55) juga melakoni kehidupan yang sama. Seorang tukang kebun di Kantor Gubernur Bali ini membesarkan dan merawat empat anaknya yang lumpuh. Masing-masing bernama Wayan Sudarma (23), Kadek Sudarsana (21), Ketut Suartama (19) dan Luh Nanda Febri Astari (11). Sementara anak keempat, Nyoman Marianti (18), dan si bungsu, Gede Adi Gunawan, dalam kondisi normal.

Dari penuturan ibu kandung mereka, Nyoman Sarmini (40), sewaktu mengandung keempatnya tidak pernah ada keluhan. Semua berjalan normal sampai waktu melahirkannya. Namun setelah lahir baru diketahui, bahwa kondisi mereka lumpuh. Gejalanya sama. Satu dari bola matanya bergerak sendiri.

“Yang Ketut Suartama, baju ijo (Hijau) itu bisa ke mana-mana. Pakai kursi roda setiap sore. Sendiri bisa. Yang dua itu di sana saja, ndak ke mana,” jelas Sarmini sambil menunjuk ke arah anak-anaknya.

Sedangkan Luh Nanda Febri, meski kakinya lumpuh tapi bisa menggerakkan tubuh. Ia berpindah tempat sambil menyeret kakinya. Jika diperhatikan, mata kirinya selalu aktif bergerak sendiri. "Penginnya normal. Tapi lahir begini lagi,” ujarnya.

3. Keluarga ketiga adalah Nyoman Simpen, yang ingin terus merawat suami dan anaknya

Kisah 3 Saudara Sepupu di Bali, Besarkan Anak-anaknya yang LumpuhIDN Times/Ayu Afria Ulita

Tak jauh berbeda dari keluarga Nyoman Sadra dan Nyoman Darma. Pasangan Made Kari (44) dan Nyoman Simpen (50) pun demikian. Mereka punya tiga orang anak. Namun anak pertamanya, Ni Luh Indah (26), memiliki kelainan sejak lahir tapi tetap mengalami siklus menstruasi layaknya perempuan normal.

“Anak saya sejak lahir memang begini. Kehamilan sudah cukup delapan bulan. Tapi butuh waktu tiga hari untuk lahir dari pembukaan. Baru bisa lahir. Sejak umur empat tahun memang kejang-kejang,” jelas Nyoman Simpen.

Kepala Ni Luh dalam kondisi menengadah terus, sembari menggerakkan tubuhnya di lantai. Ia selalu menggerakkan kepalanya dan menyunggingkan senyum. Kadang pula berusaha berbicara dan mengusapkan jari ke hidungnya jika mulai lapar.

Beberapa volunteer dari Australia kabarnya kerap datang untuk membantu Ni Luh melukis. Mereka berusaha menuntun tangannya agar bisa digerakkan untuk berkreasi. Sedangkan ayahnya, Made Kari, dalam kondisi lumpuh sejak empat tahun lalu. Sebelumnya, Made Kari juga bekerja sebagai tukang kebun di Kantor Gubernur Bali.

Semenjak jatuh sakit, keluarga ini hanya bergantung kepada anak kedua, Made Sumerta (25) yang meneruskan pekerjaan ayahnya. Sedangkan adiknya, Nyoman Sumiasih (15), masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Pihaknya sangat mengharapkan uluran tangan dari para dermawan untuk terus melanjutkan hidup.

Nyoman Simpen mengaku ingin terus merawat mereka sebaik mungkin. “Astungkara, supaya bisa merawat mereka. Kalau bisa dibantu bekal sekolah dan sembako gitu,” ungkapnya.

Baca Juga: 4 Pesan Bijak Tetua Bali yang Tidak Boleh Kamu Lupakan

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya