Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

6 Alasan Suami Diam Padahal Banyak yang Mau Dibilang, Bikin Mewek!

ilustrasi pasangan saling diam (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi pasangan saling diam (pexels.com/Alex Green)

Kadang, suami terlihat tenang, diam, dan gak banyak komentar. Tapi dalam hatinya, sebenarnya ada banyak hal yang ingin disampaikan, entah itu tentang rasa lelah, tentang bingungnya jadi kepala keluarga, atau sekadar pengin dipeluk dan didengar. Sayangnya, gak semua laki-laki tumbuh di lingkungan yang ajarkan cara mengungkapkan perasaan tanpa dianggap lemah.

Sebagai pasangan, kamu mungkin bertanya-tanya, “Kok dia pendiam banget, ya? Ada apa sih, sebenarnya?” Tapi justru di balik diamnya itu, bisa jadi ada cerita panjang yang dia simpan sendiri karena gak tahu harus mulai dari mana. Nah, biar kamu bisa lebih mengerti, ini dia enam alasan kenapa suami kadang memilih diam, padahal isi hatinya udah penuh dan pengin banget didengar.

1. Takut menyakiti perasaanmu

ilustrasi pasangan saling diam (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi pasangan saling diam (pexels.com/Alex Green)

Salah satu alasan suami memilih diam adalah karena dia takut kalimatnya justru melukai kamu. Kadang dia punya unek-unek atau hal yang mengganjal, tapi khawatir kalau diucapkan malah bikin suasana gak enak. Jadi daripada memicu konflik, dia memilih untuk menyimpan semuanya sendiri.

Padahal bukan berarti dia gak peduli atau gak percaya. Justru karena dia sayang, dia jadi terlalu hati-hati. Tapi kalau didiamkan terus, beban itu bisa numpuk dan bikin dia makin menjauh. Makanya penting buat kamu ciptakan ruang yang aman dan terbuka, biar dia gak merasa harus selalu menahan segalanya sendirian.

2. Merasa harus kuat terus-terusan

ilustrasi sedang menyendiri (pexels.com/Siarhei Nester)
ilustrasi sedang menyendiri (pexels.com/Siarhei Nester)

Sejak kecil, banyak laki-laki diajarkan untuk jadi “kuat” dan gak boleh nangis. Akhirnya saat mereka dewasa dan menghadapi tekanan, mereka memilih diam karena takut terlihat rapuh. Suami merasa perannya sebagai kepala keluarga menuntutnya buat tetap tenang, padahal hatinya mungkin sedang kacau.

Kalau dia curhat dan bilang sedang gak baik-baik aja, dia takut kamu jadi khawatir atau kecewa. Jadi dia tahan semuanya sendiri, sambil pura-pura baik. Tapi sebenarnya, dia juga butuh tempat pulang yang bisa nerima sisi lemahnya. Maka dari itu, pelan-pelan yakinkan dia bahwa jadi manusia gak harus selalu kuat, dan kamu siap jadi teman perjalanannya, apa pun kondisinya.

3. Gak tahu cara mengungkapkannya

ilustrasi pria berpikir (pexels.com/Chinmay Singh)
ilustrasi pria berpikir (pexels.com/Chinmay Singh)

Banyak suami sebenarnya punya banyak hal di pikirannya, tapi gak tahu gimana cara mulai bicara. Bukan karena gak mau terbuka, tapi karena bingung harus mulai dari mana. Kadang mereka juga gak punya cukup kosakata emosional untuk menjelaskan perasaannya dengan tepat.

Jadi jangan heran kalau kadang mereka cuma bilang “gak apa-apa” padahal jelas-jelas ada sesuatu. Dalam hati, dia mungkin menunggu kamu untuk membantu membuka percakapan dengan pelan dan penuh pengertian. Bukan mendesak atau menginterogasi, tapi cukup dengan hadir dan tanya, “Kamu capek, ya? Mau cerita gak?”

4. Pernah merasa curhatnya gak didengar

ilustrasi pria menyendiri (pexels.com/Aleksandar Andreev)
ilustrasi pria menyendiri (pexels.com/Aleksandar Andreev)

Mungkin dulu dia pernah coba bicara, tapi respons yang dia terima bikin dia mundur. Bisa jadi dia merasa dihakimi, disepelekan, atau bahkan diabaikan. Sejak saat itu, dia jadi lebih memilih diam karena merasa percuma kalau bicara pun gak ada yang benar-benar mau dengar.

Kalau kamu merasa dia mulai menarik diri, coba ingat-ingat, gimana reaksimu saat dia dulu sempat cerita? Bukan buat menyalahkan, tapi biar kamu tahu di mana letak yang perlu diperbaiki. Karena saat seseorang merasa didengarkan, dia akan lebih berani buat terbuka lagi. Dan dari situ, komunikasi bisa mulai diperbaiki perlahan.

5. Terbiasa memproses segalanya sendiri

ilustrasi pria menyendiri (pexels.com/Sharon Manuel joy)
ilustrasi pria menyendiri (pexels.com/Sharon Manuel joy)

Beberapa laki-laki lebih nyaman menyendiri dulu sebelum bisa ngomong. Bukan karena dia gak peduli sama kamu, tapi memang cara dia memproses masalah beda. Dia perlu waktu untuk berpikir, menyusun kalimat, dan memahami dulu apa yang dia rasakan.

Pada momen seperti ini, yang dia butuhkan bukan desakan, tapi kesabaran. Cukup temani tanpa menuntut. Tunjukkan bahwa kamu siap mendengar kapan pun dia mau cerita. Kadang, kehadiran yang tenang justru jadi pintu buat dia akhirnya mau membuka diri.

6. Takut ditolak atau dianggap gak berguna

ilustrasi pria yang bersedih (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi pria yang bersedih (pexels.com/MART PRODUCTION)

Suami juga punya ketakutan yang gak selalu dia ungkapkan, takut dianggap gagal, takut gak bisa membahagiakan keluarga, takut kehilangan respek dari pasangan. Rasa takut ini bikin dia menutup mulut, bahkan saat sedang benar-benar butuh dukungan. Karena di pikirannya, bicara jujur bisa bikin dia terlihat lemah.

Tapi sebaliknya, saat kamu validasi perasaannya dan bilang, “Gak apa-apa kok kalau kamu lagi capek. Aku di sini,” itu bisa jadi obat buat lukanya. Kamu bisa jadi tempat aman yang selama ini dia cari. Karena cinta bukan cuma soal tertawa bareng, tapi juga saling jaga di saat rapuh.

Setiap suami punya cara sendiri dalam menghadapi hidup, dan kadang diamnya bukan karena gak peduli, tapi karena terlalu banyak yang dipikirkan. Di balik diamnya, ada cerita, ada ketakutan, ada rasa lelah yang gak bisa dia ucapkan. Maka, cobalah untuk hadir tanpa tuntutan, cukup jadi tempat yang hangat dan menerima. Karena dari situlah, pintu hati perlahan bisa terbuka lagi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us