Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Guru Matematika Punya Persona Killer

ilustrasi guru (pixabay.com/geralt)
ilustrasi guru (pixabay.com/geralt)

Julukan guru killer alias galak biasanya sering disematkan pada pengajar dalam bidang hitung-hitungan dan rumus-rumus alias Matematika. Meski gak selalu benar, stereotip tersebut sudah melekat begitu erat dalam pikiran mayoritas murid di banyak sekolah. Padahal, sama seperti guru-guru lain pada umumnya, guru Matematika juga sebenarnya punya keinginan untuk mencerdaskan anak didiknya meski metodenya kerap dianggap berbeda dengan tenaga pendidik lainnya. 

Berikut ini beberapa alasan pengajar Matematika sering disebut guru killer dan menganggap mereka layaknya monster.  Lihat ekspresi mukanya aja bikin mental jadi ciut, kayaknya, ya?

1. Pelajaran Matematika membutuhkan keseriusan dan ketelitian sehingga tidak bisa dilakukan asal-asalan

ilustrasi guru (pixabay.com/jerrykimbrell10)
ilustrasi guru (pixabay.com/jerrykimbrell10)

Karena pelajaran Matematika identik dengan angka-angka, rumus-rumus, dan teori yang sulit, dibutuhkan keseriusan lebih untuk memahaminya. Hasil yang dicari pun harus benar-benar dipikirkan dengan metode yang tepat, bukan berdasarkan logika atau perasaan sesaat. Salah satu angka saja, maka akan membuat seluruh pernyataan menjadi buyar dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Karena butuh ketelitian tingkat tinggi, guru Matematika pun kerap memberikan metode yang cukup ketat saat memberikan pelajaran. Meski ada yang menggunakan trik berhitung yang lebih menyenangkan, namun kebanyakan malah memilih secara serius dan fokus. Jadi gak salah kalau pengajar Matematika sering diidentikkan sebagai guru killer oleh murid-muridnya.

2. Meski gak semua, guru Matematika terkesan kaku, tidak fleksibel, kurang interaktif, dan terlalu fokus pada teori

ilustrasi guru (pixabay.com/Tumisu)
ilustrasi guru (pixabay.com/Tumisu)

Sejalan dengan keseriusannya, guru Matematika sejak dulu memang selalu terkesan kaku, galak, dan kurang fleksibel saat mengajar. Entah karena terlalu fokus dengan teori, kebanyakan dari mereka memberikan pelajaran tanpa dibumbui interaksi sosial dengan murid-muridnya. Beberapa di antaranya malah sering menggunakan trik lama untuk menghukum anak didiknya yang tidak serius mengikuti pelajarannya.

Meski makin ke sini banyak guru Matematika yang menyenangkan, namun kesan menakutkan terhadap hitungan berdampak pada anggapan tak baik pada sosok pengajarnya. Sehangat apa pun cara mengajarnya, mereka tetap diidentikkan sebagai guru yang galak, bengis, dan sering memberikan hukuman bagi muridnya yang malas.

3. Tuntutan profesi dan tanggung jawab yang mengharuskannya memiliki ekspektasi terlalu tinggi terhadap pelajaran

ilustrasi guru (pixabay.com/ArturGórecki)
ilustrasi guru (pixabay.com/ArturGórecki)

Kesan galak dari guru Matematika biasanya bisa juga disebabkan oleh tuntutan profesi sang pengajar itu sendiri. Pelajaran berhitung yang membutuhkan konsentrasi tinggi menuntut pengajarnya untuk lebih giat memberikan pelajaran kepada murid-muridnya. Ekspektasi tinggi agar anak didik bisa memahami pelajaran dengan cepat dan tepat jadi salah satu faktor yang membuat mereka memberikan pelajaran dengan cara yang serius dan ketat.

Selain itu, tanggung jawab sebagai tenaga pendidik juga mengharuskan mereka untuk tetap fokus dalam perkembangan penguasaan ilmu para siswa. Kalau murid sampai tak bisa mengambil ilmu yang diberikan guru, maka sang pendidik tersebut akan dianggap gagal mendidik para muridnya dengan baik.

4. Faktor psikologis sang murid yang terbiasa memahami bahwa berhitung itu menguras pikiran sehingga terkesan menegangkan

ilustrasi guru (pixabay.com/cordens)
ilustrasi guru (pixabay.com/cordens)

Dalam sudut pandang lain, kesan guru killer biasanya justru datang dari pikiran para muridnya itu sendiri. Dalam pemahaman mayoritas murid, pelajaran angka, rumus, dan hitungan, selalu bikin pusing dan menguras kerja otak sehingga sulit konsentrasi. Mau sebaik dan semenyenangkan apa pun sikap guru, selama yang diajarkan ilmu berhitung, murid akan tetap menganggapnya sebagai sosok yang menyeramkan.

Efek psikologis yang dialami murid ini perlahan namun pasti akan surut seiring dengan makin hebatnya guru melakukan pendekatan. Pengajar yang masih menerapkan metode lama dengan bentakan dan emosi akan tetap dianggap sebagai guru killer. Sementara, yang memberikan pelajaran hitungan dengan pendekatan yang hangat akan membuat murid lebih mudah memahami pelajaran.

5. Bisa jadi karena karakter pribadi sang guru itu sendiri yang memang galak dan menakutkan

ilustrasi guru galak (pixabay.com/Miroslavik)
ilustrasi guru galak (pixabay.com/Miroslavik)

Bukan karena pelajaran Matematika-nya, sebutan guru killer bisa jadi disebabkan karena watak asli tenaga pendidiknya itu sendiri. Karena sudah jadi sifat, guru killer selalu memberikan pelajaran dengan serius, fokus, ketus, bahkan bikin nyali ciut terus. Karena kebetulan memberikan ilmu hitungan, guru dengan watak galak akan makin ditakuti sebagian besar murid-muridnya.

Perpaduan pelajaran yang bikin pusing dengan watak guru yang nyebelin biasanya akan bikin suasana kelas tak nyaman. Namun, meski demikian, dalam beberapa situasi, suasana kelas yang seperti inilah yang bikin para murid makin serius mengikuti pelajaran. Terkadang guru killer malah bikin anak didiknya makin giat belajar dan mehamami dengan serius pelajaran yang diberikan.

Mau terkesan killer atau kalem bin lembut, semua guru tentu saja punya tujuan mulia ingin memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi murid-muridnya. Begitu juga dengan guru Matematika yang selalu dilabeli sebagai guru killer yang menakutkan. Lebih baik mulai dari sekarang fokus dengan apa yang diajarkan, bukan malah serius dengan metode yang dilakukan.

Share
Topics
Editorial Team
Iip Afifullah
EditorIip Afifullah
Follow Us

Latest Life Bali

See More

7 Pertanyaan Sunyi yang Muncul Pada Tengah Malam

13 Sep 2025, 07:50 WIBLife