Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

3 Pemikiran Keliru dari Orang yang Sering Diabaikan

ilustrasi perempuan (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi perempuan (pexels.com/Gustavo Fring)

Diperbudak oleh pikiran sendiri adalah hal terburuk. Kamu tidak tahu bila pemikiran itu keliru. Atau, bila kamu tahu, kamu tidak bisa menghindar karena sudah terlalu lama disisipi gagasan itu. Salah satunya, tentang diri sendiri.

Ada banyak gagasan keliru tentang diri sendiri, yang tanpa disadari kamu simpan. Ini yang akhirnya mendasari bagaimana kamu bersikap pada orang lain. Apalagi, bila kamu memiliki luka penolakan atau sering diabaikan oleh orang lain. Yuk, simak pembahasannya di bawah!

1."Aku tidak butuh orang lain, dan orang lain tidak butuh aku"

ilustrasi perempuan (pexels.com/Elijah O'Donnell)
ilustrasi perempuan (pexels.com/Elijah O'Donnell)

Mungkin karena dulu pernah menghadapi penolakan jadi berpikir, bahwa kamu tidak dibutuhkan. Perasaan tidak berharga, tidak dianggap, tidak penting selalu melekat pada dirimu. Akhirnya, kamu menarik diri dari lingkungan sekitar. Memilih untuk tidak dekat dengan siapa pun, karena jauh lebih baik untuk menghindar daripada mencoba namun gagal.

Pemikiran ini sama sekali tidak benar. Setiap orang berharga dengan diri mereka apa adanya. Ingatlah bahwa penolakan di masa lalu tidak mendefinisikan hidupmu. Memang tidak ada jaminan ketika kamu membuka diri atau berbuat baik, orang akan membalas serupa. Tapi setidaknya, kamu telah mencoba.

2."Perasaanku tidak penting, asal mereka senang aku baik-baik saja"

ilustrasi perempuan (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi perempuan (pexels.com/Alex Green)

Mulai sekarang, katakan pada diri sendiri: perasaanmu penting, perasaanmu valid, kamu layak untuk didengar. Jangan takut untuk membagikan suara dan pendapatmu, apalagi bila itu menyangkut kepentingan banyak orang.

Seringkali kamu enggan untuk mengungkap pendapat karena terbayang-bayang oleh penolakan di masa lalu. Penolakan memang sakit, diabaikan memang tidak enak, tapi ini tidak seharusnya menjadi alasan untuk kamu menghindar.

Lagipula, mengenal perasaan dan mengungkapkan pendapat adalah tanda kamu menghargai dirimu. Kamu tidak mau diperlakukan semena-mena oleh orang lain, begitu pula sebaliknya.

3."Aku harus berhenti merasa seperti ini"

ilustrasi perempuan (pexels.com/Ike louie Natividad)
ilustrasi perempuan (pexels.com/Ike louie Natividad)

Hayo, siapa yang sampai hari ini masih sering menghindari perasaannya sendiri? Apalagi, bila perasaan itu negatif dan memberi banyak rasa tidak nyaman. Seperti, rasa kesal, marah, sedih, gelisah. Ketika perasaan seperti ini datang, kamu memilih untuk “kabur” dengan mencari kesibukan atau aktivitas lain sebagai pengalihan. Padahal, perasaan itu normal, lho.

Semua emosi ada untuk dirasakan, dan masalah ada untuk dihadapi. Dengan menghindar, kamu sama saja menumpuk masalah baru. Bagaimana bisa bertumbuh kalau kamu sendiri masih lari-lari dari masalah?

Jangan fokus pada perasaannya, fokuslah pada akar masalahnya. Dengan begitu kamu akan belajar untuk menemukan penyelesaian yang tepat, sesuai dengan situasi yang kamu hadapi sekarang.

Masa lalu memang tidak selamanya menyenangkan. Tapi jangan sampai hidupmu dikendalikan seluruhnya oleh peristiwa buruk yang pernah kamu alami. Apalagi, sampai membentuk pola pikirmu menjadi toksik seperti contoh di atas. Kamu berharga dan kamu layak dicinta, ingat itu baik-baik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Caroline Graciela Harmanto
EditorCaroline Graciela Harmanto
Follow Us