Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tahap Grooming Digunakan Predator untuk Mengendalikan Anak

ilustrasi mainan (unsplash.com/Nareeta Martin)
ilustrasi mainan (unsplash.com/Nareeta Martin)

Child grooming adalah sebuah upaya manipulatif yang dilakukan oleh orang dewasa guna membangun hubungan emosional dengan anak-anak. Tujuan utama dari pelaku child grooming yakni untuk mengekploitasi anak secara seksual.

Sayangnya masih banyak orang yang kurang memahami betapa berbahayanya child grooming ini. Bahkan ketika ada kasus guru dan siswa beberapa bulan yang lalu, masih banyak netizen yang menyalahkan korban.

Para netizen tidak menyadari bahwa grooming adalah taktik pelecehan seksual yang dilakukan secara perlahan dan sistematis. Nah, agar lebih waspada, yuk kenali lima tahap child grooming yang sering digunakan oleh para predator untuk mengendalikan anak!

1. Mengidentifikasi target child grooming

ilustrasi anak broken home (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi anak broken home (pexels.com/cottonbro studio)

Tahap pertama para predator sebelum melakukan grooming terhadap anak adalah dengan mengidentifikasi targetnya. Melansir Psychology Today, predator akan memilih korban berdasarkan penampilan fisik dan karakteristik psikologisnya.

Umumnya pelaku grooming akan memilih korban anak-anak di bawah umur dengan latar belakang psikologis yang rentan. Latar belakang yang rentan ini seperti anak dengan rasa percaya diri rendah.

Juga anak dengan latar belakang keluarga yang kurang harmonis serta anak-anak yang kurang mendapat pengawasan orangtua. Pasalnya anak-anak dengan kondisi tersebut lebih mudah untuk dimanipulasi dengan perhatian dan janji manis.

2. Mulai membangun kepercayaan pada anak

ilustrasi memberi hadiah (pexels.com/Bruno Mattos)
ilustrasi memberi hadiah (pexels.com/Bruno Mattos)

Setelah memilih target, pelaku grooming akan berusaha untuk mendapatkan kepercayaan korbannya. Mereka akan mengumpukan informasi mengenai kebutuhan dan keinginan korban.

Kemudian menggunakannya sebagai alat untuk mendapatkan kepercayaan korban dan keluargannya. Dengan cara memenuhi kebutuhan dan keinginannya melalui kiriman hadiah atau kasih sayang dan perhatian.

Ini membuat korban child grooming dengan kondisi keluarga broken home lebih mudah terjebak. Sebab, korban yang kurang kasih sayang akan merasa lebih dihargai dan disayangi oleh pelaku.

3. Mengisolasi anak

ilustrasi anak sedih (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi anak sedih (pexels.com/Pixabay)

Tahap ketiga yang akan dilakukan oleh predator child grooming yaitu mengisolasi korban secara fisik dan mental. Dilansir Servants University, pada tahap ini pelaku akan membuat banyak skenario agar bisa berduaan dengan korban.

Misalnya menawarkan antar jemput atau berusaha menjadi tutor pribadi mereka. Sementara menurut Maryland Coalition Againts Sexual Assault (MCASA), pada tahap ini mereka juga akan berusaha menjauhkan anak dari orangtua atau walinya.

Pada akhirnya korban akan merasa kalau hanya pelaku yang dapat mengerti dan memahami mereka. Sehingga membuat korban merasa bergantung secara emosional kepada pelaku.

4. Mulai melancarkan kontak seksual

ilustrasi hubungan intim (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi hubungan intim (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Tahap keempat, pelaku child grooming akan mulai melakukan kontak seksual secara bertahap kepada korban. Dimulai dari sekedar memberikan ucapan-ucapan cinta hingga meminta kiriman foto.

Kemungkinan besar pelaku juga mulai meminta foto yang tak senonoh, bila korban sudah mau untuk mengirimkan potret dirinya. Hingga lama-kelamaan permintaan itu bisa ke arah tindakan fisik seperti meminta pelukan dan ciuman.

Bahkan bila terus berlanjut, tindakan ini akan mengarah ke hubungan seksual. Pelaku akan memanipulasi anak jika tindakan-tindakan tersebut merupakan bukti cinta dan wajar dilakukan oleh anak seusianya.

5. Berusaha mempertahankan kontrol pada anak

ilustrasi konseling psikolog (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi konseling psikolog (pexels.com/cottonbro studio)

Tahap terakhir yaitu pelaku child grooming akan berusaha mempertahankan kontrolnya terhadap korban. Cara-cara yang dilakukan dengan manipulasi emosional atau ancaman terselubung. Misalnya dengan mangatakan kalau hanya dia yang bisa menyayangi korban dengan sepenuh hati.

Apalagi dengan kondisi anak yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Pelaku bisa membuat anak merasa bersalah dan takut bila hubungan tersebut terbongkar.

Pelaku mungkin akan mengatakan, "Bila orang-orang tahu kamu begini, kamu pasti akan dibenci semua orang." Ancaman seperti itu tentu mampu untuk membuat anak bungkam dan terus menurut pada pelaku. Sehingga sulit untuk membuat anak korban child grooming bercerita tentang kondisinya.

Dari lima tahap yang dilakukan pelaku di atas, kita tentu harus sadar bahwa child grooming bukanlah bentuk kasih sayang yang wajar. Di sinilah peran kita sebagai netizen sebaiknya tidak menghakimi korban dengan mengatakan kalau sama-sama suka pada kasus-kasus child grooming.

Pasalnya anak yang menjadi korban ini memang telah mendapatkan manipulasi secara psikologis oleh pelaku. Alangkah baiknya netizen mendukung korban dengan empati. Menjadikan suara kita di media sosial menjadi sebuah perlidungan, bukan sebuah mimpi buruk yang menjadi nyata bagi korban child grooming.

Referensi
Psychology Today. (2022). The 5 Stages of Predatory Sexual Grooming. Diakses 15 Maret 2025
Servants University. 6 Stages of Grooming – Child Sexual Abuse. Diakses 17 Maret 2025
Maryland Coalition Againts Sexual Assault (MCASA). (2023). The 6 Stages of Grooming: Preventing Child Sexual Abuse. Diakses 17 Maret 2025

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us