Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Rumah Adalah Sekolah Pertama, Orangtua Guru Pertama

ilustrasi orang tua dan anak (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
ilustrasi orang tua dan anak (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Pendidikan anak gak dimulai dari kursi sekolah atau buku pelajaran. Sebelum mengenal huruf atau angka, anak lebih dulu belajar dari interaksi sehari-hari di rumah. Tempat pertama mereka menyerap nilai, emosi, dan cara memandang dunia.

Peran orangtua dalam hal ini sangat penting. Tanpa disadari, setiap ucapan dan tindakan menjadi pelajaran pertama yang anak lihat dan tiru. Maka, sebelum terburu-buru menyekolahkan anak, mari kita lihat dulu: sudahkah rumah jadi tempat belajar yang menyenangkan?

1. Anak belajar nilai dan sikap pertama kali dari rumah

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Mikhail Nilov)

Sebelum anak bisa membaca atau menulis, mereka lebih dulu memahami cara bersikap lewat apa yang mereka lihat di rumah. Nilai seperti sopan santun, empati, dan kejujuran bukan datang dari teori, tapi dari kebiasaan orang tua. Mereka menyerap semuanya perlahan, dari cara kamu menyapa, menanggapi, hingga memeluk.

Kalau di rumah anak melihat orangtuanya saling menghormati dan menyelesaikan masalah dengan tenang, mereka akan menirunya. Sebaliknya, jika rumah penuh konflik dan amarah, anak bisa tumbuh dengan pola yang sama. Maka, rumah bukan sekadar tempat tinggal—tapi ruang belajar pertama yang membentuk karakter.

2. Kebiasaan baik terbentuk lewat rutinitas kecil di rumah

ilustrasi anak bersama kedua orang tuanya (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi anak bersama kedua orang tuanya (pexels.com/Mikhail Nilov)

Anak gak butuh pelajaran rumit untuk belajar disiplin. Hal kecil seperti merapikan mainan, menyikat gigi sebelum tidur, atau mencuci tangan setelah bermain adalah bentuk pendidikan karakter yang kuat. Semua ini terlihat sederhana, tapi sangat berarti dalam membentuk kebiasaan jangka panjang.

Rutinitas harian di rumah mengajarkan anak tentang tanggung jawab dan kemandirian. Saat dilakukan secara konsisten, kebiasaan baik ini menjadi pondasi yang akan mereka bawa ke sekolah dan kehidupan sosial. Maka, jangan remehkan kekuatan hal-hal kecil yang terjadi di rumah.

3. Anak meniru, bukan hanya mendengar

ilustrasi ayah dan anak (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi ayah dan anak (pexels.com/Kampus Production)

Anak lebih mudah belajar dari apa yang mereka lihat dibanding dari apa yang mereka dengar. Mereka meniru cara bicara, ekspresi wajah, hingga reaksi orangtua terhadap masalah. Bahkan saat kamu merasa sedang gak mengajarkan apa-apa, anak sedang mengamati.

Itulah kenapa teladan lebih kuat daripada nasihat. Jika kamu ingin anak suka membaca, mulailah dengan memperlihatkan bahwa kamu menikmati buku. Kalau kamu ingin anak sopan, pastikan kamu juga memperlakukan orang lain dengan hormat. Karena bagi anak, orangtua adalah cerminan pertama dunia.

4. Komunikasi sehat jadi pondasi belajar yang kuat

ilustrasi sebuah keluarga (pexels.com/Elina Fairytale)
ilustrasi sebuah keluarga (pexels.com/Elina Fairytale)

Anak yang terbiasa didengar dan tidak langsung dimarahi ketika salah akan tumbuh dengan rasa percaya diri. Mereka merasa aman untuk bertanya, mengungkapkan pendapat, dan menerima koreksi. Inilah dasar penting dari proses belajar yang sehat.

Komunikasi di rumah gak harus selalu serius. Obrolan santai saat makan malam, dongeng sebelum tidur, atau sekadar menjawab pertanyaan polos anak bisa jadi momen berharga. Dari sana, anak belajar bahwa suara mereka penting, dan bahwa belajar bisa terjadi kapan saja.

5. Pendidikan di rumah membentuk cara anak melihat dunia

ilustrasi sebuah keluarga (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi sebuah keluarga (pexels.com/RDNE Stock project)

Cara anak memandang orang lain, menyikapi perbedaan, dan menyelesaikan konflik sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat di rumah. Kalau sejak kecil mereka melihat orangtua menghargai perbedaan dan memperlakukan semua orang dengan hormat, nilai itu akan tertanam kuat.

Sebaliknya, jika anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh prasangka atau kekerasan verbal, mereka bisa menganggap itu sebagai hal biasa. Maka, pendidikan karakter dan sosial sebetulnya sudah dimulai jauh sebelum anak duduk di bangku sekolah. Semuanya bermula dari rumah.

Gak perlu terburu-buru mengejar pencapaian akademik. Tapi yang lebih penting adalah memastikan anak merasa dicintai, didengar, dan didampingi. Rasa aman ini yang akan jadi jembatan kuat dalam perjalanan belajar mereka.

Menjadi guru pertama gak harus selalu tahu jawabannya. Kadang, cukup dengan menemani dan memberi pelukan hangat saat anak kesulitan, itu sudah cukup jadi pelajaran yang penting. Karena yang anak butuhkan di awal bukan guru yang sempurna, tapi orangtua yang hadir sepenuh hati.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us

Latest Life Bali

See More

Hari Baik Menurut Hindu Bali 14 Desember 2025, Tidak Baik Belanja

14 Des 2025, 10:19 WIBLife