- Lebih sederhana dan mendalam, karena kurikulum darurat ini fokus kepada materi yang esensial serta pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya
- Peserta didik akan lebih merdeka karena tidak ada program peminatan di SMA. Mereka akan memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya
- Tenaga pendidik atau guru akan mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta didik
- Sekolah memiliki kewenangan untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum serta pembelajaran, sesuai karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.
Kurikulum Merdeka Meniadakan Program Peminatan di SMA

Tabanan, IDN Times - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Makarim, beberapa waktu lalu meniadakan program peminatan atau jurusan seperti IPA, IPS, dan Bahasa di Sekolah Menengah Atas (SMA) pada Kurikulum Merdeka.
Namun tidak adanya program peminatan tersebut justru ditanggapi santai oleh pelajar SMA di Kabupaten Tabanan. Bahkan beberapa pelajar yang berstatus mahasiswa mengaku jurusan di zaman SMA dia kadang tidak sesuai dengan pilihan jurusan ketika kuliah.
1. Program peminatan di SMA lebih mengelompokkan ilmu yang harus dikuasai

Siswi SMAN 1 Tabanan Jurusan IPA, Ni Nyoman Ayu Respani, merasa peminatan di SMA manfaatnya lebih kepada mengotakkan (Mengelompokkan) ilmu yang harus dikuasai. Artinya, ilmu yang harus ia kuasai jauh lebih spesifik lagi dan hanya fokus kepada jurusan itu sendiri. Ayu sendiri mengaku tidak pro maupun kontra terhadap program pemerintah tersebut.
"Lagipula saya juga sudah kelas XII. Sebentar lagi mau ujian akhir," ujarnya, Senin (14/2/2022).
2. Mengambil jurusan kuliah sesuai peminatan di SMA

Meski tidak menanggapinya, namun Ayu akan memilih jurusan di kampus yang sejalur IPA.
"Kalau saya mencari kuliah yang sejalur dengan jurusan yang saya ambil di SMA saat ini. Saya mau masuk ke Psikologi di Universitas Padjajaran," katanya.
Dari pengamatannya, sebagian besar teman satu kelas dengan Ayu memilih jurusan kuliah yang sejalur. Hanya sedikit yang memilih lintas jurusan atau yang tidak sesuai dengan peminatan di SMA.
"Sebagian besar sesuai jurusan. Ada yang juga memilih akademi militer atau akademi kepolisian atau sekolah kedinasan," lanjutnya.
3. Tidak semua siswa SMA berminat pada jurusan yang mereka pilih sampai akhir

Mahasiswi Universitas Udayana (Unud) Fakultas MIPA Prodi Farmasi, Ayu Komang Amanda Gunawan, memiliki pendapat yang berbeda. Menurutnya, ada peminatan atau tidak di SMA tidak memengaruhi pilihan siswa selama mengambil kuliah nanti. Banyak pertimbangan untuk memilih jurusan di kampus. Jadi tidak sepenuhnya diputuskan berdasarkan peminatan saat di SMA karena agak berat.
"Bisa saja misalnya seorang anak memilih IPA di SMA, tetapi di pertengahan ia berubah pikiran mau ke ekonomi. Akhirnya ujung-ujungnya setelah tamat, siswa itu lintas jurusan," ungkapnya.
Hal itu sering terjadi di lingkungannya. Sehingga ada baiknya apabila peminatan atau jurusan di SMA tersebut ditiadakan. Apalagi banyak yang tertinggal pelajarannya selama pandemik.
4. Peserta didik akan lebih merdeka karena tidak ada program peminatan di SMA

Sebelumnya, Nadiem telah meluncurkan program Merdeka Belajar Episode Kelima belas: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar, pada 11 Februari 2022 lalu. Ia ingin menyederhanakan kurikulum, karena pandemik menyebabkan hilangnya pembelajaran (Learning loss) dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran antar wilayah serta kelompok sosial ekonomi.
Dalam situs resmi Kemdikbud.go.id, Nadiem menyebutkan keunggulan Kurikulum Merdeka adalah:
Masih dalam situs yang sama, struktur kurikulum dibagi menjadi dua kegiatan pembelajaran utama, yaitu:
- Pembelajaran reguler atau rutin yang merupakan kegiatan intrakurikuler; dan
projek penguatan profil pelajar Pancasila - Jam Pelajaran (JP) diatur per tahun. Satuan pendidikan dapat mengatur alokasi waktu pembelajaran secara fleksibel untuk mencapai JP yang ditetapkan.
Satuan pendidikan dapat menggunakan pendekatan pengorganisasian pembelajaran berbasis mata pelajaran, tematik, atau terintegrasi. Mata pelajaran IPA dan IPS di Kelas X SMA belum dipisahkan menjadi mata pelajaran yang lebih spesifik.
Satuan pendidikan atau peserta didik dapat memilih sekurang-kurangnya satu dari lima mata pelajaran Seni dan Prakarya di antaranya Seni Musik, Seni Rupa, Seni Teater, Seni Tari, atau Prakarya.
Siswa kelas X tetap mempelajari mata pelajaran umum, dan akan memilih mata pelajaran sesuai minat di kelas XI serta XII.



















