15 Kosakata Bahasa Bali Kuno Masih Dipakai Sampai Sekarang

Bahasa Bali Kuno memiliki pengaruh kuat dari Bahasa Kawi (Jawa Kuno) dan Bahasa Sanskerta. merupakan kosakata tertua yang ada dalam perkembangan bahasa di Bali. Bahasa ini sarat akan nilai-nilai spiritual dan filosofi yang tinggi.
Dalam perkembangannya, Bahasa Bali Kuno masih tetap digunakan hingga saat ini. Berikut adalah kosakata Bahasa Bali Kuno yang masih dipakai sampai sekarang yang dikutip dari Buku Kamus Bahasa Bali Kuno-Indonesia terbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 1985.
1. Alas artinya hutan

Penggunaan kata alas untuk menunjukkan sebuah area dengan pohon-pohon yang rimbun atau hutan. Contoh kalimatnya i pekak ngalih kayu di alase. Artinya adalah kakek mencari kayu di hutan.
2. Bhatara artinya dewa

Dalam kehidupan spiritual umat Hindu di Bali tidak lepas dari kata bhatara untuk menyebutkan kekuatan suci yang ada di sebuah pura. Contohnya Ida Bhatara Pura Dalem Ped yang merujuk pada kekuatan suci atau dewa yang berstana di Pura Dalem Ped. Bhatara merupakan kosakata Bahasa Bali yang memiliki nilai kesakralan dan termasuk dalam Bahasa Bali alus.
3. Bhuta artinya kekuatan negatif

Bhuta digambarkan sebagai kekuatan negatif yang mengganggu umat manusia khususnya di Bali. Ia disimbolkan sebagai makhluk gaib dengan fisik yang menyeramkan. Umat Hindu di Bali mengenal berbagai macam bhuta seperti bhuta kala, bhuta cuil, bhuta bongol, dan lainnya.
4. Dharma artinya kebenaran

Dharma erat kaitannya dengan filosofi dalam Hindu yang berkaitan tentang kebenaran, sesuatu yang baik atau benar. Kata dharma juga sering digunakan sebagai nama orang, tempat, dan lainnya. Lawan kata dari dharma adalah adharma.
5. Kaki artinya kakek

Kaki sama dengan kakiang, pekak, atau cak. Walaupun terdengar kuno atau kurang modern, beberapa keluarga masih menggunakan kata kaki untuk memanggil kakek atau orang yang dituakan. Untuk keluarga yang lebih modern biasanya menggunakan panggilan pekak, cak, atau kakiang.
6. Mandala artinya area atau wilayah

Mandala biasanya digunakan untuk membagi area dalam suatu tempat seperti pura, puri, griya, atau tempat tinggal. Biasanya akan dibagi menjadi utama mandala (area utama), madya mandala (area tengah), dan jaba mandala (area paling luar atau pinggir). Masing-masing area ini memiliki fungsinya tersendiri.
7. Beya artinya biaya

Walaupun kebanyakan orang menggunakan kata biaya dalam Bahasa Bali, beberapa masih menggunakan kata beya untuk menyebutkan biaya. Kata beya ini termasuk dalam Bahasa Bali alus. Biasanya digunakan saat berbicara di depan umum, pertemuan resmi, dan sejenisnya.
8. Cihna artinya ciri-ciri

Cihna termasuk dalam Bahasa Bali alus. Cihna ini biasanya digunakan untuk suatu keadaan alam atau lainnya. Contoh penggunaan dalam kalimat adalah gumine peteng dedet lan anginne baret, puniki cihna lakar ujan bales. Artinya adalah suasana gelap dan angin kencang, ini tandanya akan hujan lebat.
9. Damar artinya lampu tradisional

Damar merupakan lampu tradisional yang menggunakan sumbu dan minyak. Selain damar, lampu ini sering disebut dengan istilah sentir. Jenis lampu ini sudah jarang digunakan saat ini, biasanya hanya digunakan sebagai hiasan saja.
10. Lanang artinya laki-laki

Kata lanang sama dengan muani. Lawan kata lanang adalah wadon. Kata lanang juga sering digunakan sebagai nama anak laki-laki.
11. Labuh artinya jatuh

Labuh memiliki persamaan kata dengan ulung. Labuh termasuk Bahasa Bali alus yang biasanya digunakan untuk hal formal atau sopan. Contoh kalimat adalah Kadek labuh di margine dibi sanja. Artinya adalah Kadek jatuh di jalan kemarin malam.
12. Rahina artinya hari

Selain rahina, nama-nama hari juga termasuk dalam Bahasa Bali Kuno. Nama hari dalam Bahasa Bali disebut sapta wara (nama hari dalam seminggu). Sapta wara terdiri dari Redite (Minggu), Soma (Senin), Anggara (Selasa), Buda (Rabu), Wraspati (Kamis), Sukra (Jumat), dan Saniscara (Sabtu).
13. Manuk artinya burung

Selain manuk, bisa juga menggunakan kata kedis untuk burung. Contoh dalam kalimat adalah manuk tiange caplok meng tuni semengan. Artinya adalah burung saya dimakan kucing tadi pagi.
14. Yajnamana artinya pemilik suatu kegiatan

Dalam suatu kegiatan, upacara adat, dan sejenisnya dikenal istilah yajnamana. Yajnamana merujuk kepada si pemilik hajatan atau acara tersebut. Misalnya dalam upacara pernikahan, maka yajnamana karyanya adalah orangtua pengantin tersebut. Selain yajnamana, juga dikenal istilah manggala yang artinya pemimpin, ketua, atau kordinator.
15. Lara artinya sakit

Sakit yang dimaksud adalah sakit secara fisik atau terkena penyakit. Selain sakit, lara juga memiliki makna kesialan, hidup susah, kesengsaraan, dan sejenisnya. Lara juga bisa sebagai ungkapan perasaan sedih, kesusahan hati, atau duka cita.
Nah itulah Bahasa Bali Kuno yang masih dipakai sampai sekarang. Ini artinya, walaupun terkesan kuno atau ketinggalan zaman, namun Bahasa Bali Kuno masih lestari hingga saat ini.