4 Fakta Kartini Jarang Diketahui, Melawan Perkawinan Anak

Kehidupan Kartini selalu menarik untuk direfleksikan bersama. Ada berbagai sumber yang menjelaskan tentang kehidupannya. Misalnya seri Buku Tempo Gelap Terang Hidup Kartini.
Tulisan di buku ini dikemas dalam pendekatan jurnalistik. Sehingga gaya tulisannya lebih mengalir mendeskripsikan kehidupan dan nilai-nilai yang diyakini Kartini.
Melalui buku ini akan dirangkum empat fakta tentang Kartini dan orang terdekatnya yang jarang diketahui. Penasaran? Ini informasi selengkapnya.
1. Tidak semua surat Kartini diterbitkan dalam Buku Habis Gelap Terbitlah Terang

Tahu gak sih? Buku asli berisi surat-surat Kartini berjudul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang), ternyata sudah diseleksi oleh Rosa Manuela Abendanon, seorang Mandri di Belanda.
Surat-surat yang ‘disensor’ oleh Abendanon di antaranya saat Kartini menuliskan kecamannya terhadap Pemerintah Belanda soal monopoli candu di Jawa. Ia juga mengkritik kepindahan seorang residen dari Jepara. Karena Jepara dianggap sudah aman dan sejahtera. Surat bernada personal juga tidak dimasukkan.
Pada 1987, KITLV menerbitkan surat-surat lengkap Kartini, totalnya ada 150 korespondensi. Surat itu diterjemahkan oleh seorang Guru Besar Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM), Sulastin Sutrisno.
2. Kartini tidak makan daging

Jejak Kartini yang tidak makan daging, dapat dibaca pada suratnya kepada Abendanon. Kartini menyebut dirinya sebagai “anak Buddha” setelah meminum air dicampur abu lidi shio dari sebuah kelenteng di Welahan, Jepara, Jawa Tengah.
Setelah meminum air shio itu, Kartini yang sakit keras perlahan membaik. Suratnya juga menuliskan, “bahwa saya anak Buddha, dan itu sudah menjadi alasan mengapa saya tak makan daging.” Surat ini termasuk yang tidak diterbitkan Abendanon.
3. Nasib tiga adik Kartini setelah ditinggal sang kakak

Adik Kartini yaitu Roekmini, Kardinah, dan Soematri melanjutkan perjuangan Kartini dengan mengumpulkan para perajin batik dan ukiran kayu Jepara. Nilai-nilai emansipasi perempuan berhasil ditanamkan Kartini kepada adik-adiknya.
Karya para pengrajin menjadi buah tangan korespondensi ketiga adik perempuan Kartini saat ke Belanda. Roekmini mendirikan sekolah perempuan di rumahnya bersama Sejarawan dan Asisten Residen Jepara, A Muhlenfeld.
Mereka juga ikut mengawal gerakan Boedi Oetomo pada 1908 dengan seruan kepada pemuda Jawa yang berpikiran maju untuk memulai organisasi dengan semboyan “Jawa Maju” demi kepentingan warga lokal.
4. Melawan perkawinan anak pada zamannya

Kartini menikah di usia 24 tahun. Pada masa itu menikah di usia 20-an bukanlah hal lazim. Masa itu memperbolehkan anak perempuan berusia 14 tahun untuk menikah. Pilihan Kartini di masa itu termasuk di luar zona nyaman.
Pilihannya untuk menikah di usia 24 tahun adalah sebagai bentuk perlawanan atas perkawinan anak. Meskipun pernikahan Kartini membuat beberapa impiannya tertunda, hingga Ia menutup mata dan meninggalkan dunia.