Mengenal Apa Itu Pecinan, Permukiman Orang China di Denpasar
Pernah dengar istilah pecinan? Kalau belum, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan pecinan sebagai tempat permukiman orang China. Pecinan tersebar di berbagai daerah se-Indonesia. Termasuk di kawasan Jalan Gajah Mada, Kota Denpasar.
Berdasarkan jurnal ilmiah “Perencanaan Jalur Interpretasi Wisata Warisan Sejarah Budaya di Pusat Kota Denpasar”, ditulis Derinta Entas dan AA Istri Putera Widiastiti, kawasan pecinan di Bali, satu di antaranya berada di kawasan Gajah Mada, Kota Denpasar. Seperti apa pembahasannya? Ini selengkapnya.
1. Kawasan historis
Menurut jurnal ilmiah Konsep Interpretasi Guna Melestarikan Tapak Sejarah di Pecinan Jalan Gajah Mada, Denpasar, Pecinan Jalan Gajah Mada adalah kawasan kota tua. Jurnal yang ditulis oleh Lury Sevita Yusiana ini juga mencatat, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, kawasan pecinan di Jalan Gajah Mada merupakan pusat perdagangan.
Sumber lainnya mengungkapkan, kawasan Pecinan identik dengan dominasi komunitas etnis China yang mayoritas bekerja sebagai pedagang. Ardhana dalam bukunya yang berjudul Penataan Nusa Tenggara Pada Masa Kolonial 1915-1950, menjelaskan ada etnis lainnya di kawasan Jalan Gajah Mada, seperti Arab dan India, di samping warga lokal Bali. Menurut Ardhana, kondisi tersebut merefleksikan pluralitas budaya di Bali dengan dominasi spirit Hindu Bali.
2. Ciri khas arsitektur
Arsitektur kawasan pecinan diulas Pratiwo dalam sebuah buku berjudul Masa Lalu dan Masa Kini, Arsitektur di Indonesia. Buku itu menjelaskan bahwa Pecinan Kota Denpasar dipenuhi beragam toko berlantai dua dan tiga.
Lantai atas menjorok sampai 2 meter di atas badan jalan, menciptakan sebuah gang berkanopi. Bagian depan rumah menampilkan ciri yang sama dengan rumah toko khas Pecinan di kota-kota lain di Indonesia.
Rumah dengan toko ini telah ada sejak masa Belanda menjajah Indonesia. Lebih spesifik, saat Denpasar menjadi Ibu Kota Bali wilayah selatan pada 1881. Dampaknya, kawasan Pasar Badung menjadi pusat perdagangan dan berkembang pesat.
3. Pengembangan aktivitas budaya

Keunikan kawasan pecinan di Jalan Gajah Mada, membuatnya jadi kawasan sejarah dan budaya. Interaksi sosial dan ekonomi di pasar serta arsitekturnya, menghadirkan ide-ide aktivitas budaya. Misalnya Festival Imlek maupun Gajah Mada Town Festival yang terlaksana di kawasan Jalan Gajah Mada.
Selain aktivitas budaya, perkembangan aktivitas ekonomi kreatif juga berkembang di kawasan ini. Beberapa angkringan dan kedai kopi mulai bermunculan dengan konsep beragam. Mereka menyuguhkan pengalaman santap malam yang sederhana sembari menikmati suasana malam di Jalan Gajah Mada.