Narsis Dianggap Sebagai Gangguan Kepribadian, Kenali Ciri-cirinya!

Mawas diri ya semeton

Narsis dalam dunia kedokteran termasuk dalam salah satu gangguan kepribadian atau mental. Kata narsis di kalangan masyarakat biasanya identik dengan gemar berswafoto atau selfie yang kemudian diunggah ke media sosial (medsos), terlebih seiring dengan berkembangnya teknologi digital. Namun rupanya istilah ini tidak diartikan sesederhana itu lho.

Dilansir dari laman Alodokter, narsis didefinisikan sebagai kondisi ketika seseorang secara berlebihan lebih mementingkan dirinya sendiri. Orang tersebut merasa lebih hebat dari orang lain dan memiliki self esteem yang berlebihan. Mereka cenderung kurang berempati terhadap orang lain. Saat orang–orang narsis mendapatkan kritikan dari orang lain, maka akan bersikap sensitif atau perasaannya mudah terluka.

Baca Juga: Mengenal PTSD, Gangguan Mental akibat Peristiwa Traumatis Masa Lalu

1. Mengenal ciri-ciri penderita narsistik

Narsis Dianggap Sebagai Gangguan Kepribadian, Kenali Ciri-cirinya!http://www.thelist.com

Penderita narsistik rentan terlibat dalam perilaku impulsive. Secara umum ciri-ciri narsistik dari sudut pandang ilmu medis adalah sebagai berikut:

  • Merasa paling hebat, unik, spesial, dan berharap orang-orang menganggapnya demikian
  • Sering memonopoli percakapan
  • Mengutamakan kepentingan dirinya di atas segala-galanya
  • Mengumbar prestasi dan bakatnya secara berlebihan
  • Selalu ingin dipuja atau diperhatikan sehingga jika hal ini tidak didapatkan, mereka akan tersinggung, marah atau terluka perasaannya
  • Memiliki anggapan bahwa banyak orang yang iri padanya
  • Mudah iri
  • Selalu mengharapkan perlakuan istimewa
  • Tidak mampu atau enggan memikirkan perasaan orang lain
  • Memiliki rasa percaya diri yang tinggi
  • Berperilaku arogan atau sombong
  • Sering berkhayal tentang hal-hal yang diimpikannya atau berfantasi tentang kehidupan yang sempurna namun tidak realistis
  • Suka mengambil keuntungan dari orang lain demi mencapai impiannya
  • Sulit menerima kritikan

2. Narsistik jangan dipelihara, mengapa?

Narsis Dianggap Sebagai Gangguan Kepribadian, Kenali Ciri-cirinya!economictimes.indiatimes.com

Dokter belum mengetahui penyebab orang menderita kepribadian narsistik. Namun masih diduga karena pola asuh orang tua, di antaranya terlalu memanjakan anaknya, memaksa anak untuk memiliki banyak talenta, maupun orang tua yang suka mengkritik anaknya.

Selain itu gangguan kepribadian ini diduga merupakan hasil kombinasi faktor-faktor interaksi sosial, faktor genetik, dan faktor psikologis.

Mereka dengan gangguan kepribadian ini memerlukan psikoterapi yang akan membantu penderita untuk menjalani hidup dengan lebih baik. Karenanya penting bagi para penderita narsistik untuk menemui psikiater atau psikolog.

Menangani gangguan ini memang memerlukan kesabaran. Karena bisa saja tiba-tiba muncul dalam proses psikoterapi sendiri yang kemudian berakibat terhentinya terapi ini sehingga setiap penderita disampaikan agar jangan cepat menyerah.

Narsis jangan dipelihara. Mengapa? Karena sifat narsis ini dapat memicu beberapa hal, di antaranya dikucilkan dari pergaulan, terjerumus dalam penyalahgunaan alkohol atau narkoba, depresi, atau yang lebih parahnya lagi memiliki pemikiran untuk bunuh diri.

3. Pengalaman para millennilans di Denpasar

Narsis Dianggap Sebagai Gangguan Kepribadian, Kenali Ciri-cirinya!Pexels/Stokpic

Bagaimana dengan semeton di Bali, apakah ada yang pernah mengalami hal seperti ini? Kadek Novi (26), seorang mahasiswa menyampaikan bahwa ia pernah merasa spesial. Hal ini ia lakukan karena keberadaannya ingin diakui. Ia sendiri juga pernah memiliki teman yang juga tergolong dalam kategori narsis.

“Menekan aja. Nggak umbar umbar. Pernah (punya teman), Dengerin aja. Haha,” ungkap Kadek.

Sedangkan Ayu Khania (23) pekerja swasta mengungkapkan bahwa ia merasa tidak termasuk orang yang narsis. Meskipun kadang merasakan down dan sensitif dalam kondisi tertentu.

“Tapi kalo ngerasa sering down saat apa yang diharapkan gak (tidak) sesuai dengan realitanya. Kadang sulit merima kritik pada suatu hal yang akunya terobsesi sama hal itu. Kadang gampang tersinggung kalau bahas soal hal-hal sensitif sih dan akunya dalam kondisi di bawah tekanan atau ada masalah,” ungkapnya.

Sedangkan Diah yang merupakan mahasiswi menyampaikan pernah berperilaku narsis. Saat menjelang ujian ia begadang hingga kemudian merasa pandai karena mampu menjawab semua soal-soal.

“Pernah. Pas habis ujian yang sebelumnya belajar sampai begadang. Paginya pas ujian soalnya keluar semua. Jadinya ke pede-an (percaya diri). Jadi merasa lebih rajin lebih pinter. Padahal nilainya standard wkwkwkwk,” ungkapnya.

Nah itu beberapa pendapat dari millenial di Bali. Apabila kamu ada merasakan ciri-ciri di atas dan merasa perlu untuk konsultasi, jangan ragu-ragu ke psikolog ya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya