Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Saat ini film bergenre horor berjudul Pamali sedang tayang di bioskop-bioskop Indonesia. Film tersebut diangkat dari video game Pamali: Indonesian Folklore Horror.
Film Pamali mengangkat kisah mengenai pamali atau larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan, dan akan mendatangkan hal-hal buruk jika dilanggar. Bicara soal pamali, Bali juga ada lho. Masyarakat Bali juga mempercayai beberapa pamali atau larangan hingga kini. Apa saja larangan tersebut? Berikut ini pamali di Bali.
Baca Juga: 7 Mantra Penangkal Leak, Bisa Digunakan Sehari-hari
Baca Juga: 5 Fakta Kekuatan Gayatri Mantra, Ibu dari Segala Mantra di Bali
1. Jangan berhubungan seks saat hari suci
Ilustrasi seksualitas. (unsplash.com/Womanizer Toys) Dalam melakukan hubungan seks terdapat hari-hari yang harus dihindari. Hari-hari tersebut biasanya terkait hari suci seperti purnama, tilem, kajeng kliwon, Saraswati, Galungan, dan lainnya.
Kalender Bali biasanya menyantumkan hari-hari yang tidak diperbolehkan untuk melakukan hubungan seksual. Hal ini berguna agar umat Hindu fokus untuk melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya selama hari suci.
2. Jangan menanam pohon bambu di halaman atau pekarangan rumah
Ilustrasi pohon bambu. (unsplash.com/CHUTTERSNAP) Lontar Taru Pramana menyebutkan "Tan wenang sarwa buku tinanem ring palemahan". Artinya, bahwa tumbuhan yang memiliki ruas tidak boleh ditanam di pekarangan. Contohnya tumbuhan bambu. Jika menanam tumbuhan ini di pekarangan, diyakini akan memberikan energi negatif kepada penghuni rumah.
Kalau dipikir secara logika, bambu akan menghabiskan tempat di pekarangan, dan juga bisa menyebabkan gatal karena terdapat bulu-bulu halus yang disebut medang. Bambu juga disenangi oleh ular, terutama kobra, untuk dijadikan sarang.
3. Jangan membentak tikus
hewan tikus. (unsplash.com/Joshua J. Cotten) Tikus dikenal sebagai hama yang sangat mengganggu. Namun masyarakat di Bali menghormati keberadaannya. Masyarakat bahkan memberikan gelar atau panggilan untuk tikus dengan nama Jro Ketut.
Masyarakat Bali percaya jika membentak atau mengumpat hewan pengerat ini, diyakini akan membuat tikus semakin berulah. Jadi mereka akan memanggil Jro Ketut jika melihat tikus sembari memintanya untuk tidak mengganggu di kebun, sawah, maupun rumah.
4. Jangan pulang sebelum pertunjukan Calonarang selesai
Adegan dalam dramatari Calonarang. (YouTube.com/Dharma Shanti Wisesa) Calonarang dikenal sebagai pertunjukan seni tari yang mengandung unsur gaib atau mistis. Dalam kepercayaan masyarakat di Bali, ada larangan yang masih dipercaya hingga sekarang. Yaitu tidak pulang sebelum pertunjukan Calonarang selesai.
Hal ini dipercaya bisa berakibat kurang baik. Karena selama pertunjukan Calonarang kerap berisi adegan mengundang para penekun ilmu hitam atau leak di lokasi acara. Masyarakat banyak beranggapan, jika nanti pulang, mereka akan bertemu atau terkena energi negatif dari para penekun ilmu hitam tersebut.
5. Jangan bermain di bawah pohon yang tinggi besar
Ilustrasi pohon. (unsplash.com/Jon Moore) Masyarakat di Bali percaya, bahwa pohon-pohon tinggi besar seperti pohon beringin, pole, dan sejenisnya adalah tempat yang disukai oleh makhluk gaib atau sering disebut dengan nama wong samar atau memedi. Oleh karena itu, seringkali orangtua menyuruh anak-anaknya untuk tidak bermain-main di sekitar pohon tersebut.
Hal itu dipercaya bisa mengganggu ketenangan dari mahkluk gaib yang berada di pohon tersebut. Jika mereka merasa terganggu, masyarakat percaya akan memberikan dampak yang kurang baik bagi anak-anak tersebut, bahkan bisa diculik atau disembunyikan oleh makhluk gaib tersebut.