TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peninggalan Gua Hasil Romusha Jepang di Klungkung, Dipenuhi Hal Mistis

#MenjagaIndonesia Jadi saksi bisu kekejaman romusha 

IDN Times/Wayan Antara

Klungkung, IDN Times - Kalau melintasi daerah Desa Banjarangkan di Kabupaten Klungkung, kamu akan melihat Gua Jepang ini. Letaknya tepat berada di pinggir jalan. Tim PM:AM IDN Times yang kerap menelusuri tempat terbengkalai bahkan pernah singgah di sini. Guanya hanya sedalam 14 meter tidak dan memiliki 16 lubang sebagi pintu.

Gua Jepang ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, dan dikembangkan menjadi objek wisata di Klungkung. Meski begitu, tempat saksi bisu dari penjajahan Jepang ini diyakini ada kejadian mistis. Sejumlah masyarakat setempat pernah melihat penampakan anak-anak bermain di area ini.

Bagaimana sih sejarah dan kisah mistisnya? Berikut ulasannya:

Baca Juga: Kisah Superhero Perempuan di Klungkung, Pembunuh Jenderal AV Michiels

1. Gua ini terletak di pinggir jalan. Namun dulunya dikerjakan oleh masyarakat setempat dengan sistem romusha

IDN Times/Wayan Antara

Gua Jepang di Desa Banjarangkan ini diinisiasi oleh tentara Jepang pada tahun 1941-1942 silam. Ketika itu, tentara Jepang menerapkan sistem romusha (Kerja paksa) kepada masyarakat setempat untuk membuat tempat perlindungan berupa gua.

"Tujuannya adalah sebagai lokasi perlindungan dalam upaya mempertahankan diri dari serangan tentara sekutu di masa perang dunia kedua," jelas Bendesa Pakraman Banjarangkan, Anak Agung Gede Dharma Putra.

Akhirnya sebuah gua dibangun di sebelah barat Tukad Bubuh. Kedalamannya 14 meter dan memiliki 16 lubang. Lubang antara satu dengan lainnya saling berhubungan. Gua ini berupa lorong memanjang dari utara ke selatan.

Baca Juga: Kisah Bocah Sakit-Sakitan Berganti Nama Jadi Karna

2. Tentara Jepang menjarah hasil panen masyarakat setempat di depan gua ini

IDN Times/Wayan Antara

Gua Jepang ini menjadi saksi tragedi yang memilukan. Kisah ini ini diceritakan secara turun menurun oleh penglingsir di Desa Banjarangkan. Tentara Jepang kerap menjarah hasil panen masyarakat setempat setelah gua itu selesai dibangun. Caranya juga sangat licik.

Yaitu masyarakat yang membawa hasil panen dari wilayah Kecamatan Dawan ke Kecamatan Banjarangkan dan sebaliknya, langsung dihentikan oleh tentara Jepang setiap melintasi gua ini. Masyarakat dipaksa masuk ke dalam gua dan meninggalkan hasil panennya. Begitu masyarakat masuk di dalam gua, tentara Jepang menjarah hasil panen tersebut.

"Sampai saat ini Gua Jepang masih tetap lestari dan sesuai alaminya," ungkap Dharma Putra.

3. Kerap ada penampakan dan harus membunyikan klakson di wilayah Gua Gajah

IDN Times/PM:AM

Selain ada sisi sejarahnya, wilayah ini juga terkenal mistis oleh masyarakat setempat. Mereka meyakini tempat tersebut dihuni oleh sosok makhluk tak kasat mata. Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, masyarakat setempat kerap melihat sosok anak-anak bermain di area gua. Bahkan masyarakat pernah melihat sosok pria misterius memakai topi dari kukusan, yang biasanya digunakan untuk menanak nasi.

“Beberapa orang konon sempat melihat sosok itu,” ujar Dharma Putra.

Tak hanya itu. Pengendara sepeda motor kerap merasa membonceng sesuatu dan bebannya terasa berat ketika melintasi Gua Jepang di malam hari. Namun begitu dilihat dari spion, ternyata ada sosok makhluk yang duduk di belakangnya. Setelah melewati gua tersebut, beban kendaraaannya kembali ringan.

"Maka itu, saat melintas di Gua Jepang diminta untuk menyalakan suara klakson kendaraan. Ini semacam permisi dengan mahluk yang juga diyakini tinggal di sekitar Gua Jepang," jelasnya.

4. Gua ini akan ditata sebagai objek wisata

IDN TImes/PM:AM

Setelah ditetapkan sebagai cagar budaya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klungkung juga akan menata kawasan Gua Jepang ini sebagai objek wisata secara bertahap. Melalui Dinas Pekerjaan Umum (PU), beberapa penataan telah dilakukan. Seperti pembuatan rest area, dan penataan taman. Penataan ini diharapkan menambah daftar destinasi di wilayah Klungkung daratan.

"Tentunya Pemkab yang saat ini tengah menata Gua Jepang, akan tetap terintegrasi dengan desa dinas dan desa pakraman setempat. Sehingga upaya ini bisa memberikan kontribusi positif baik kepada daerah maupun masyarakat sekitar," ungkap Dharma Putra.

Baca Juga: Cerita Angker Dam Oongan, Pondasi Dasarnya dari Tubuh Korban Belanda

Berita Terkini Lainnya