10 Potret Tradisi Mageret Pandan di Desa Tenganan Karangasem
Tradisi perang ini pakai daun pandan berduri lho
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Desa Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, dikenal memiliki tradisi unik bernama Upacara Makare-kare atau Mageret Pandan atau Perang Pandan. Biasanya tradisi ini disaksikan oleh ratusan warga lokal, wisatawan domestik, maupun mancanegara. Hanya saja karena pandemik COVID-19, tradisi ini untuk sementara ditiadakan.
Biasanya warga setempat menggelar upacara ini pada bulan kelima penanggalan Bali. Dimulai dari pukul 14.00 Wita di depan Bale Patemu. Selama mengikuti upacara ini, warga menggunakan pakaian adat Tenganan. Sebagaimana susastra yang tersimpan di Desa Tenganan Pegringsingan, upacara ini sebagai bentuk ujian ketabahan dan keberanian, serta memberi penghormatan kepada Dewa Perang.
Dilansir dari laman disbud.karangasemkab.go.id, Upacara Makare-kare atau Mageret Pandan merupakan bagian dari upacara “Sasih Sembah”. Warga menggelar upacara berupa perang dengan senjata daun pandan berduri dan tameng yang terbuat dari rotan.
Selama Mageret Pandan yang dilakukan satu tahun sekali ini, para laki-laki bertarung satu lawan satu menggunakan senjata dan tameng tersebut. Masing-masing mendapat waktu sekitar 3 menit. Semuanya dilakukan secara bergilir selama sekitar 3 jam dengan diiringi gamelan selonding. Berikut potret tradisi Mageret Pandan di Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem yang diambil sebelum pandemik melanda.
1. Beberapa pandan yang sudah disiapkan oleh warga ini akan diikat secukupnya sebagai peralatan perang
Baca Juga: Mengenal Yayasan Kebaktian Proklamasi Bali, Ikon Pahlawan Ngurah Rai