Kisah Organisasi Perjuangan Pemuda Pertama di Bali, Dibentuk 1945
Awalnya berpusat di Denpasar dan Singaraja
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Organisasi maupun komunitas selama ini dinilai sangat efektif untuk anak-anak muda yang mau mengembangkan dan mengekspresikan bakatnya. Dengan bergabung di dalam sebuah organisasi, seseorang dapat mengenal dan berbagi informasi bersama mereka yang mempunyai minat sama.
Belakangan ini organisasi dan komunitas anak muda di Bali semakin menjamur jumlahnya. Ada yang bergerak di bidang lingkungan, pendidikan, musik, sosial, maupun sains. Tidak sedikit yang merasakan bahwa dengan bergabung di organisasi, seseorang bisa belajar soal kepemimpinan dan bekerja sama dalam sebuah tim. Namun tidak sedikit juga lho hambatan dan tantangannya. Mengingat masing-masing anggota memiliki pemikiran dan karakter yang berbeda.
Hanya saja apabila kamu belum siap bergabung dalam organisasi, jangan memaksakan diri ya, pasti ada waktu yang tepat. Semuanya tentu perlu proses dan perjuangan. Nah, apakah kamu tahu organisasi perjuangan pemuda pertama yang ada di Bali setelah masa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia? Berikut kisahnya:
Baca Juga: Mengenal Yayasan Kebaktian Proklamasi Bali, Ikon Pahlawan Ngurah Rai
1. Gerakan para pemuda di Bali diawali dengan penempelan dan pengibaran bendera Merah Putih
Berbicara tentang organisasi perjuangan pertama di Bali, berarti harus kembali mengulik masa perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Sebagaimana diketahui selama ini, Proklamasi Kemerdekaan RI disampaikan oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945.
Namun karena keterbatasan sarana komunikasi, di mana yang ada hanya radio dalam jumlah terbatas, informasi tersebut baru sampai di Bali pada tanggal 23 Agustus 1945. Kabar tersebut diterima rakyat Bali bersamaan dengan ketibaan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mewakili Sunda Kecil (Nusa Tenggara), sekaligus Gubernur Sunda Kecil, I Gusti Ketut Pudja dari Jakarta. Akhirnya dibentuk Komite Nasional Indonesia (KNI) Sunda Kecil dan dipilih Ida Bagus Manuaba sebagai ketua.
Sebagaimana ditulis pada buku Peranan Gender dalam Perang Kemerdekaan Indonesia di Bali yang ditulis oleh Wayan Sudarta, disebutkan bahwa gerakan para pemuda pada masa itu diawali dengan penempelan bendera Merah Putih di setiap titik yang dianggap strategis. Bersamaan dengan itu, mereka juga berani menurunkan bendera Jepang dan menggantinya dengan Merah Putih. Gerakan ini terus berlanjut di seluruh wilayah Pulau Dewata. Semangat para pemuda kala itu sangatlah tinggi.