TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Upacara Untuk Janin yang Keguguran di Bali

Tradisi ini hanya ada di Bali

IDN Times/Imam Rosidin

Denpasar, IDN Times - Kelahiran, kehidupan, hingga kematian dalam ajaran Hindu dianggap saling berkaitan dan tak bisa lepas dari hukum Karma Phala. Terlahir sebagai manusia merupakan hal yang utama dalam ajaran Hindu. Untuk itu, baik kelahiran, kematian, dan proses kehidupan selalu diikuti dengan Yadnya Upakara.

Seperti yang nampak di Pantai Mertasari, Denpasar, pada Sabtu (13/4) siang yang terik. Ratusan umat Hindu lengkap dengan pakaian adat madya, membawa berbagai sesajenan datang dan khidmat mengikuti prosesi upacara Pangepah Ayu dan Warak Keruron.

Upacara itu diperuntukkan bagi orang-orang yang pernah keguguran atau aborsi. Seperti gimana sih prosesinya? Berikut ini ulasannya:

1. Apa tujuan diadakan upacara ini ya?

IDN Times/Imam Rosidin

Upacara ini dilangsungkan sejak pagi pukul 09.00 Wita hingga pukul 13.00 Wita. Mereka menjalani prosesi mulai dari menyiapkan sesajen atau banten hingga akhirnya dilarung ke Pantai Mertasari.

Koordinator Pinandita Sanggraha Nusan, Jro Mangku I Made Sudiartha, menjelaskan upacara ini diperuntukkan bagi siapa saja yang pernah keguguran atau aborsi.

IDN Times/Imam Rosidin

Selain Warak Keruron, upacara Pitra Yadnya massal ini juga menggelar upakara ngelangkir (Kematian bayi sebelum lepas tali puser) dan juga upakara ngelungah (Kematian bayi sebelum tanggal gigi). Untuk melayani umat Hindu yang akan melaksanakan ini, upakara dipuput oleh tiga Sulinggih (Tri Sadaka) yakni Ida Pedanda, Ida Rsi Bhujangga dan Ida Empu.

Dalam Hindu, bayi yang meninggal di bawah usia 42 hari setelah dikubur harus dilanjutkan dengan upacara Ngelungah. Tujuannya, agar roh anak-anak ini tidak menjadi Bhuta Cuil yang dapat mengganggu keharmonisan hidup orangtua dan keluarga.

2. Warga Denpasar Selatan masih banyak yang tak tahu

IDN Times/Imam Rosidin

Ada 350 umat Hindu yang mengikuti dalam ritus ini. Mereka berasal dari seluruh Bali, mulai dari Badung, Tabanan, Bangli, hingga Karangasem. Namun yang terbanyak adalah warga dari Denpasar.

Ia menjelaskan, upacara semacam ini wajib dilakukan. Namun ia mengaku di wilayah Denpasar Selatan, baru pertama kali diadakan secara massal. Sebab masih jarang yang tak tahu.

IDN Times/Imam Rosidin

Upacara ini katanya penting yang dilakukan umat Hindu karena matinya janin, baik sengaja maupun tak sengaja memiliki dampak niskala bagi yang mengalaminya.

Ia mencontohkan, ada yang ketiba sial, tak tenang pikirannya, mimpi sang janin, sakit, hingga merasa dikejar bayi setiap hari.

"Hampir semua merasakannya. Sehingga banyak yang ikut upacara massal ini," ungkapnya saat ditemui di lokasi, Sabtu (13/4).

3. Jero Sekar bercerita jika sepupunya selalu dimimpikan sang janin. Maka, ia mengajaknya untuk ikut upacara ini biar tenang

IDN Times/Imam Rosidin

Jero Sekar (30) misalnya. Perempuan asal Pedungan, Denpasar Selatan ini ikut mendampingi sepupunya yang mengalami keguguran empat tahun silam. Saat itu, janin dalam kandungan sepupunya berusia dua bulan dan tiba-tiba keguguran. Sejak saat itu, sang sepupu kerap kepikiran sang janin dan tak jarang memimpikannya.

IDN Times/Imam Rosidin

Untuk menenangkannya, sang sepupu ikut upacara tersebut. Menurutnya, janin tersebut harus diupacarai untuk menyempurnakannya.

"Masih kotor, ya udah gimana caranya biar bersih ikut sembahyang. Biar plong dan tenang pikirannya," katanya usai melarung.

Berita Terkini Lainnya