TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sejarah Pura Maospahit di Denpasar, Mirip Kerajaan Majapahit

Pura ini termasuk peninggalan dari Sri Kebo Iwa

Pura Maospahit. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana)

Penulis: Community Writer, Ari Budiadnyana

Tahu gak sih, di tengah-tengah Kota Denpasar terdapat sebuah pura yang memiliki arsitektur unik. Gaya arsitekturnya sangat mirip dengan bangunan dari Kerajaan Majapahit. Pura ini bernama Pura Maospahit.

Pura Maospahit adalah satu dari sekian pura di Bali yang menjadi Warisan Cagar Budaya Nasional. Pemerintah Kota Denpasar menetapkan Pura Maospahit sebagai Situs Cagar Budaya Peringkat Kota Denpasar berdasarkan Keputusan Wali Kota Nomor: 188.45/1460/HK/2019.

Berikut ini keunikan Pura Maospahit yang mirip dengan bangunan Kerajaan Majapahit.

Baca Juga: 7 Ramalan yang Akan Terjadi Tahun 2022, Waspada Investasi

1. Pura Maospahit termasuk peninggalan dari Sri Kebo Iwa

Jro Mangku, I Ketut Gede Sudiasna. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana)

Pura yang terletak di Banjar Grenceng, Jalan Sutomo, Kota Denpasar ini termasuk peninggalan dari Sri Kebo Iwa. Hal ini disebutkan dalam Babad Wongayah Dalem, bahwa Sri Kebo Iwa merupakan seorang ahli arsitektur bangunan yang terkenal.

Ia mulai membangun Candi Raras Maospahit yang merupakan pelinggih utama di Pura Maospahit sekitar tahun Saka 1200 (1278 masehi). Bentuk candinya berupa pelinggih gedong bata merah, dengan dua patung kuno yang mengapit pintu masuk pura.

Baca Juga: 5 Tempat Melukat di Bali untuk Menyambut Tahun Baru dan Healing

2. Pembangunan Candi Gedong Majapahit

Candi Raras Maospahit. (Dok. BPCB Bali)

Sesuai Babad Wongayah Dalem, Raja Bali mengirim utusan untuk menuju Kerajaan Majapahit di Trowulan. Utusannya adalah untuk mendapatkan sukat atau ukuran Candi Gedong. Misi ini sempat mengalami dua kali kegagalan. Baru pada misi ketiganya bisa mendapatkan sukat tersebut.

Kemudian utusan tersebut kembali ke Bali, dan dibangunlah Candi Gedong Majapahit. Candi ini terletak di sebelah Candi Raras Maospahit. Kedua Candi Gedong bata merah ini menjadi pelinggih utama di Pura Maospahit, di mana untuk Candi Raras Majapahit menghadap selatan dan Candi Raras Maospahit menghadap barat.

3. Perpaduan budaya Bali dan Jawa dengan konsep Panca Mandala

Jaba tengah Pura Maospahit. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana)

Biasanya pura-pura yang ada di Bali memiliki konsep Tri Mandala yaitu Jaba, Jaba Tengah, dan Jeroan atau Utama Mandala. Menurut Pemangku Pura Maospahit, I Ketut Gede Sudiasna, Pura Maospahit memiliki konsep Panca Mandala.

"Di Pura Maospahit terdapat Jaba Kembar, Jaba Renggat, Jaba Sisi, Jaba Tengah dan Jeroan (Utama Mandala)," tutur Jro Mangku Gede, sapaan akrabnya ketika ditemui di areal Pura Maospahit, Rabu (2/6/2021).

Jro Mangku Gede mengungkapkan, kalau konsep ini mengadopsi pertahanan yang ada di kerajaan. Yaitu pusat kerajaan diletakkan di tengah sehingga menjadi lebih aman dari serangan musuh.

Perpaduan Bali dan Jawa sangat terlihat dari penamaan masing-masing pelinggih seperti Candi Rebah, Candi Renggat, Candi Raras Maospahit, dan Candi Raras Majapahit.

4. Menghormati tiga kekuatan suci dari Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa

Ratu Ngurah Bayu (Kiri) dan Ratu Ngurah Paksi (Kanan) (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana)

Ida Sesuhunan yang dipuja atau disungsung di pura ini adalah manifestasi Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa. Di area Dwarapala terdapat Ratu Ngurah Paksi yang merupakan manifestasi Dewa Wisnu, dan Ratu Ngurah Bayu yang merupakan manifestasi Dewa Brahma.

Manifestasi Dewa Siwa dipuja di Candi Raras Maospahit, dan sering disebut sebagai Ratu Ayu Mas Maospahit. Sedangkan Candi Raras Majapahit yang disungsung adalah Ida Bhatara Lingsir Sakti sebagai manifestasi Dewa Brahma dan Dewa Wisnu.

Berita Terkini Lainnya