TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Sasih Kedasa di Bali yang Perlu Diketahui

Biasanya jadi hari baik untuk menikah

Foto hanya ilustrasi. (IDN Times/Diantari Putri)

Penulis: Community Writer, Ari Budiadnyana

Nyepi merupakan hari raya pertama di Tahun Baru Saka. Selain itu, Nyepi merupakan hari pertama Sasih Kedasa (Bulan kesepuluh dalam penanggalan Bali).

Sasih Kedasa atau waisaka biasanya jatuh sekitar bulan Maret atau April. Seperti apa umat Hindu di Bali memaknai sasih ini? Berikut 5 fakta Sasih Kedasa di Bali yang perlu diketahui.

Baca Juga: Bunuh Diri dalam Hindu dan Cara Pengabenannya

1. Sasih kedasa sebagai bulan tersuci

Foto hanya ilustrasi. (IDN Times/Wayan Antara)

Kedasa berasal dari kata kedas yang berarti bersih atau suci. Menurut Lontar Sundarigama, purnama (Bulan penuh) yang jatuh pada sasih ini atau Purnama Kedasa disebut sebagai inti dari purnama-purnama pada sasih lainnya.

Purnama Kedasa merupakan penghormatan kepada Sang Hyang Surya Amerta atau manifestasi Tuhan Yang Maha Esa dalam sifat menghidupkan yang bersemayam di kahyangan sakti, dan disucikan sejak dulu kala. Lontar Sundarigama juga menyebutkan, umat Hindu patut memuja leluhurnya yang bertempat di sanggah kemulan.

Baca Juga: Makna Ngaben di Bali Menurut Lontar Yama Purwana Tattwa

2. Sarana upacara pada Purnama Kedasa

Foto hanya ilustrasi. (IDN Times/Irma Yudistirani)

Umat Hindu menghaturkan sarana upacara atau banten di lingkungan rumah maupun pura selama Purnama Kedasa. Menurut Lontar Sundarigama, sarana upacara sederhananya adalah:

  • Suci
  • Daksina
  • Ajuman
  • Dandanan aprangkat
  • Ikan atau dagingnya serba suci
  • Canang wangi atau yang berbau harum
  • Reresik dan perlengkapannya.

Untuk sarana upacara yang dihaturkan ke bawah (palaba) adalah:

  • Segehan Agung
  • Segehan sasah 6 tanding, dengan bawang dan jahe.

Umat Hindu di Bali umumnya patut melaksanakan upacara Pamrayascita Luwih, Penyenen, dan Teenan untuk penyucian diri serta lingkungannya.

3. Hari baik untuk melangsungkan pernikahan dan upacara manusia yadnya

Foto hanya ilustrasi. (IDN Times/Wayan Antara)

Kamu memiliki rencana untuk mengajak pasanganmu ke jenjang pernikahan? Dalam ajaran Agama Hindu Bali, Sasih Kedasa termasuk bulan yang sangat baik untuk melangsungkan pernikahan.

Selain disebutkan dalam Lontar Sundarigama bahwa Sasih Kedasa atau Waisaka adalah bulan yang paling suci, Lontar Lebur Gangsa juga menerangkan Sasih Kedasa disebut sebagai musim semi atau musim panen.

Pada zaman dahulu, masyarakat akan memilih musim panen jika ingin melangsungkan upacara pernikahan atau manusia yadnya (Upacara Hindu untuk manusia) lainnya. Karena saat itu masyarakat memiliki stok pangan yang berlimpah. Selain itu, cuacanya lebih bersahabat dari bulan sebelumnya untuk melangsungkan upacara manusia yadnya.

Namun tidak semua hari dalam Sasih Kedasa bisa dipilih untuk melangsungkan pernikahan atau upacara manusia yadnya lainnya. Masyarakat Bali tetap harus menentukan hari baiknya berdasarkan perhitungan wariga Bali atau kalender Bali.

4. Hari baik untuk melangsungkan upacara Dewa Yadnya

Prosesi upacara dewa yadnya. (Unsplash.com/Ruben Hutabarat)

Selain baik untuk melangsungkan upacara manusia yadnya, Sasih Kedasa juga baik untuk melaksanakan upacara Dewa Yadnya (Upacara Hindu persembahan untuk para Dewata). Hari yang dipilih adalah pada Purnama Kedasa. Banyak umat Hindu Bali memilih hari tersebut untuk melangsungkan piodalan di lingkungan rumah, kantor, maupun pura.

Pura yang melangsungkan piodalan pada Purnama Kedasa adalah Pura Batur di Kabupaten Bangli, Pura Agung Jagatnatha di Kota Denpasar, Pura Dalem Tangsub di Kabupaten Gianyar, Pura Gaduh Sesetan di Kota Denpasar, dan upacara Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih Kabupaten Karangasem.

Baca Juga: Tempat Melukat untuk Anak dengan Gangguan Bicara di Mengwi Bali

Berita Terkini Lainnya