Jadi Warisan, Mengenal Permainan Megoak-goakan Ciptaan Raja Buleleng
Terinspirasi dari burung gagak
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tradisi Megoak-goakan di Banjar Dinas Kelod Kauh, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng menjadi satu dari 11 kebudayaan Bali yang berhasil ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (RI). Tradisi ini masih bertahan sampai sekarang dan menjadi media perekat persaudaraan antar sesama manusia.
Permainan beregu ini cukup menarik. Karena setiap regu harus berusaha meraih anggota terakhir (Ekor regu) dari regu lawan. Cara meraihnya pun cukup menantang. Karena permainannya dilakukan di tanah lapang yang sudah dibasahi air serta lumpur, sehingga becek dan licin. Berikut Fakta-fakta tentang tradisi Megoak-goakan:
Baca Juga: Mengenal Tradisi Unik di Bali, Ari-ari Bayi Digantung di Kuburan
Baca Juga: 4 Pesan Bijak Tetua Bali yang Tidak Boleh Kamu Lupakan
1. Tradisi Megoak-goakan dilakukan sehari setelah Hari Suci Nyepi untuk menghormati jasa seorang raja bernama Ki Barak Panji Sakti
Tradisi Megoak-goakan di Desa Panji Buleleng digelar setiap tahun untuk menghormati jasa dari Raja Ki Barak Panji Sakti. Pada masa Pemerintahan Kerajaan Buleleng, ia dikenal sebagai seorang raja yang baik hati dan memiliki jiwa kepemimpinan tinggi. Sebagai penguasa di Kerajaan Buleleng, nama Ki Barak Panji Sakti sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Bali, apalagi masyarakat Buleleng. Ialah pendiri Kerajaan Buleleng pada tahun 1660-an dan terkenal sakti.
Ki Barak Panji Sakti adalah orang pertama yang menemukan ide lahirlah tradisi Megoak-goakan tersebut. Tradisi ini tercetus ketika sang raja sedang melihat burung goak (Gagak) yang sedang melintas di hadapannya. Burung gagak tersebut mencuri perhatian Raja Ki Barak Panji karena menggunakan taktik menarik untuk menangkap mangsanya.
Terinspirasi dari sana, Raja Ki Barak Panji Sakti menuangkan taktik itu ke dalam permainan yang seru, yang hingga sekarang dikenal sebagai permainan Megoak-goakan. Oleh masyarakat Desa Panji, tradisi ini digelar setiap tahun tepatnya sehari setelah Hari Raya Suci Nyepi.
Baca Juga: Mengenal Ilmu Leak, Paling Ditakuti di Bali Tapi Diminati Orang Eropa