TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

12 Ogoh-Ogoh Terbaik Kota Denpasar 2023

Detail dan konstruksinya keren, ceritanya penuh makna

ogoh-ogoh di Kota Denpasar (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi, hampir di setiap banjar Kota Denpasar berlomba-lomba untuk mewujudkan kreasi ogoh-ogoh terbaiknya. Ogoh-ogoh ini mengambil wujud menyeramkan, dan mengangkat kisah atau cerita pewayangan, lontar, kitab suci, maupun legenda di Bali. Ogoh-ogoh ini nantinya akan dinilai, baik untuk tingkat desa, kabupaten/kota.

Berdasarkan surat dari Dinas Kebudayaan Denpasar dengan Nomor 431/442/Disbud, berikut ini 12 ogoh-ogoh terbaik Kota Denpasar 2023.

Baca Juga: 5 Fakta Hari Pengerupukan Nyepi di Bali

Baca Juga: Ogoh-Ogoh Bali 2023

1. 'Kala Citta Pralaya', ogoh-ogoh dari Banjar Dukuh Mertajati, Kelurahan Sidakarya

ogoh-ogoh 'Kala Citta Pralaya' (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Ogoh-ogoh ini merupakan wakil dari Kecamatan Denpasar Selatan. Ogoh-ogoh Kala Citta Pralaya bercerita tentang zaman Kali Yuga saat ini, yang sebagian besar dikuasai oleh perbuatan Adharma (tidak baik).

Ogoh-ogoh ini memiliki konstruksi dan detail yang sangat bagus. Selain itu, keunikan ogoh-ogoh ini adalah terbuat dari kulit jeruk, buah jeruh, daun pisang, serta bahan-bahan alami lainnya.

2. 'Nyapa Kadi Aku' adalah ogoh-ogoh dari Banjar Gaduh, Kelurahan Sesetan

ogoh-ogoh 'Nyapa Kadi Aku' (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Ogoh-ogoh ini memperoleh urutan nilai nomor dua di Kecamatan Denpasar Selatan. Nyapa Kadi Aku memiliki makna tentang sifat manusia yang sombong, egois, dan mau menang sendiri tanpa memperhatikan keadaan orang lain.

Sifat di atas, diwujudkan dalam ogoh-ogoh raja berwujud raksasa. Raja ini diceritakan sebagai sosok pemimpin yang tidak mau melihat penderitaan rakyatnya dan selalu menutup telinga untuk mendengarkan kritik maupun saran.

3. 'Teto Wilah Dahana' adalah ogoh-ogoh dari Banjar Sasih, Kelurahan Panjer

ogoh-ogoh 'Teto Wilah Dahana' (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Ogoh-ogoh ini mendapatkan nilai urutan nilai nomor tiga untuk Kecamatan Denpasar Selatan. Teto Wilah Dahana bercerita mengenai asal mula salah gading Ganesha yang patah. Ganesha merupakan putra dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati yang berwujud manusia berkepala gajah.

4. 'Sang Bhuta Langkir' adalah ogoh-ogoh dari Banjar Tegalkuwalon, Kelurahan Sumerta Kaja

ogoh-ogoh 'Sang Bhuta Langkir' (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Ogoh-ogoh ini mendapatkan nilai tertinggi untuk Kecamatan Denpasar Timur. Sang Bhuta Langkir merupakan Bhuta Kala (simbol kekuatan negatif) yang diciptakan oleh Dewi Durga. Sang Bhuta Langkir sebagai penguasa arah mata angin di selatan.

5. 'Kala Sapa' adalah ogoh-ogoh dari Banjar Yang Batu Kangin, Kelurahan Dangin Puri Kelod

ogoh-ogoh 'Kala Sapa' (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Ogoh-ogoh ini mendapatkan posisi kedua untuk wilayah Kecamatan Denpasar Timur. Kala Sapa bercerita tentang pertempuran Bima melawan para raksasa. Raksasa ini diciptakan oleh Dewa Baruna. Sebab Dewa Baruna marah ketika air laut menjadi kotor akibat Perang Bharata Yudha.

6. 'Guna Sangara' adalah ogoh-ogoh dari Banjar Batanbuah, Kelurahan Kesiman Petilan

ogoh-ogoh 'Guna Sangara' (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Ogoh-ogoh ini mendapatkan posisi kedua untuk wilayah Kecamatan Denpasar Timur. Guna Sangara berasal dari kata Guna artinya kemampuan yang dimiliki setiap manusia, dan Sangara berarti sakit berkepanjangan.

Ogoh-ogoh ini menyampaikan pesan bahwa Guna (kemampuan) yang dimiliki manusia bisa digunakan untuk kebaikan. Namun di lain sisi, kemampuan tersebut jika dibalut oleh sifat-sifat buruk seperti rakus, iri hati, malas, dan lainnya justru akan menimbulkan kesengsaraan bagi orang lain.

7. 'Kawisesan Parwati' ogoh-ogoh dari Banjar Sedana Mertha, Kelurahan Ubung

ogoh-ogoh 'Kawisesan Parwati' (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Ogoh-ogoh ini meraih nilai terbaik untuk wilayah Kecamatan Denpasar Utara. Kawisesan Parwati bercerita mengenai Dewi Parwati, yang merupakan istri atau sakti dari Dewa Siwa.

Dewi Parwati memiliki kesaktian atau kawisesan dahsyat tiada tanding. Ceritanya, Dewi Parwati berubah wujud menjadi sosok menyeramkan Dewi Kali saat diminta bantuan oleh para Dewata untuk membunuh raksasa sakti bernama Raktabija.

Selama berubah menjadi Dewi Kali, Dewi Parwati kehilangan kendali. Dewa Siwa turun ke dunia, dan tidur di jalan tempat Dewi Kali melangkah. Saat menginjak Dewa Siwa, Dewi Kali kembali tersadar dan meminta maaf kepada Dewa Siwa.

8. 'Bah Bangun', ogoh-ogoh dari Banjar Umasari, Kelurahan Dangin Puri Kaja

ogoh-ogoh 'Bah Bangun' (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Ogoh-ogoh ini mendapatkan urutan kedua untuk wilayah Kecamatan Denpasar Utara. Judul Bah Bangun diambil untuk embawa pesan agar setiap orang harus bekerja keras dalam menjalani kehidupan.

9. 'Dedauhan Baruna', ogoh-ogoh Banjar Tega, Kelurahan Tonja

ogoh-ogoh 'Dedauhan Baruna' (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Ogoh-ogoh ini mendapatkan posisi ketiga di wilayah Kecamatan Denpasar Utara. Dedauhan Baruna menggambarkan kemarahan Dewa Baruna sebagai penguasa laut atas ulah manusia yang merusak laut.

10. 'Siwa Paksha Bairawa', ogoh-ogoh dari Banjar Pengiasan, Kelurahan Dauh Puri Kaja

ogoh-ogoh 'Siwa Paksha Bairawa' (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Ogoh-ogoh ini menempati posisi pertama untuk wilayah Kecamatan Denpasar Barat. Siwa Paksha Bairawa merupakan ilmu kesaktian yang diberikan Dewi Durga kepada Mpu Barang dari Kerajaan Medang Kemulan.

Ilmu ini digunakan Mpu Barang untuk menyucikan jenazah-jenazah yang berserakan di kuburan Kerajaan Medang Kemulan. Ia menyucikan dengan cara memakan jenazah tersebut.

Namun kelakuan ini tidak disukai oleh Raja Medang Kemulan dan mengutus Patih Janapati untuk membunuhnya. Saat bertempur melawan Patih Janapati, Mpu Barang menunjukkan wujud menyeramkannya kepada Patih Janapati, dan memilih mengalah agar tidak ada korban dalam pertempuran tersebut dengan cara moksha.

11. 'Tumbal Rare', ogoh-ogoh dari Banjar Tegal Agung, Kelurahan Pemecutan Kelod

ogoh-ogoh 'Tumbal Rare' (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Ogoh-ogoh ini menempati posisi kedua untuk wilayah Kecamatan Denpasar Barat. Tumbal Rare mengisahkan tentang ruwatan Sapuh Leger, ditujukan untuk anak-anak yang lahir pada Wuku Wayang.

Walaupun dari konstruksinya terlihat sederhana, namun ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang dalang ini memiliki detail indah. Bentuk wajah, badan, maupun aksesorisnya dibuat sangat mirip dengan bentuk tubuh manusia.

Verified Writer

Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya