TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Makna Cetik Kerikan Gangsa, Racun Tradisional Bali

Orang yang terkena cetik jenis ini bisa sakit parah

Ilustrasi ilmu hitam. (Unsplash.com/freestocks)

Bali mengenal ilmu pengobatan tradisional atau sering disebut dengan istilah usadha, yang diwariskan secara turun-temurun. Ilmu pengobatan ini biasanya tertuang dalam naskah sastra kuno atau lontar.

Ada satu istilah yang populer dalam pengobatan tradisional Bali, yaitu cetik atau racun. Cetik Bali memiliki beragam jenis, satu di antaranya cetik kerikan gangsa. Efeknya bisa membuat seseorang sakit parah bahkan menyebabkan kematian. Berikut ini makna cetik kerikan gangsa.

Baca Juga: 7 Mantra Penangkal Leak, Bisa Digunakan Sehari-hari

Baca Juga: Makna Tari Rejang Renteng, Videonya Viral di Bali

1. Istilah cetik dalam usadha di Bali

Foto hanya ilustrasi. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Dikutip dari Jurnal Penelitian Agama Hindu berjudul "Studi Eksplorasi Pengobatan pada Usadha Pemunah Cetik Kerikan Gangsa", yang ditulis oleh Dwi Arymbhi Sanjaya dan Asthadi Mahendra Bhandesa dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali tahun 2019, cetik adalah istilah dalam Bahasa Bali yang memiliki berarti racun. Cetik terbuat dari bahan-bahan alami dan kimia.

Cetik termuat dalam Lontar Usadha Pemunah Cetik. Lontar ini membahas tentang bahan pembuatan, tanda-tanda terkena cetik, dan penawarnya.

2. Cetik kerikan gangsa punya kemampuan untuk menyakiti cukup tinggi

Ilustrasi penekun ilmu hitam. (unsplash.com/Aziz Acharki)

Satu di antara cetik yang punya kemampuan untuk menyakiti cukup tinggi adalah cetik kerikan gangsa. Kandungannya memakai unsur kimia. Gangsa adalah instrumen gamelan Bali dari bahan perunggu, yang merupakan campuran tembaga dan timah.

Kerikan memiliki makna sesuatu yang digosok secara kasar sehingga menimbulkan serpihan-serpihan halus. Karena cetik ini menggunakan bahan tersebut, maka disebut dengan nama kerikan gangsa.

3. Kandungan cetik kerikan gangsa

Ilustrasi gangsa pada instrumen gamelan Bali. (Unsplash.com/Shannia Christanty)

Seperti yang sudah disebutkan di atas, selain menggunakan logam perunggu, cetik ini juga menggunakan bahan alami. Bahan alami yang digunakan adalah medang (bagian halus atau merang) tiing gading (bambu kuning), dan tiing buluh (nama jenis bambu).

Perunggu, yang merupakan campuran dari dua logam tembaga dan timah, memiliki toksisitas atau tingkat kerusakan tinggi untuk tubuh. Seseorang yang keracunan logam ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan neurologi, fungsi ginjal, sistem hemopoitik hemolisis, hingga kematian. Sedangkan merang bambu bersifat iritatif terhadap tubuh.

Cetik kerikan gangsa ini dapat dicampur dengan labu kuning (waluh). Labu kuning dapat meningkatkan efek toksik karena mengandung tembaga yang sangat tinggi.

4. Gejala terkena cetik kerikan gangsa

Ilustrasi orang yang sedang sakit. (unsplash.com/Sharon McCutcheon)

Seseorang yang terkena cetik kerikan gangsa akan muncul gejala akut hingga kronik. Gejala akut dapat dirasakan dan diamati dalam kurun waktu 6 bulan. Gejala yang muncul di antaranya sesak napas, kejang, sakit perut, mual, muntah, muntah darah, dan terkadang napas penderita berbau seperti bawang putih.

Sedangkan gejala kronik akan muncul lebih dari 6 bulan. Gejalanya dapat dilihat secara spesifik, yaitu terdapat garis-garis horisontal bersusun di bagian kuku. Tubuh penderita akan terlihat semakin kurus, lemah, dan kulit berwarna kuning. Hal ini mirip seperti penderita gangguan hati dan ginjal.

Verified Writer

Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya