TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Asal Mula Kenapa Garuda Jadi Kendaraan Dewa Wisnu

Kamu sering lihat Patung GWK, kan? Itu ada legendanya guys

Ilustrasi Garuda sebagai kendaraan Dewa Wisnu. (unsplash.com/Marvin Meyer)

Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang sering kamu lihat di Bali ini punya legenda lho. Dewa Wisnu adalah satu dari tiga dewa utama atau yang disebut dengan Tri Murti dalam Agama Hindu. Dewa yang berfungsi untuk memelihara ini, selain memiliki kesaktian Dewi Sri atau Dewi Laksmi, juga punya kendaraan atau tunggangan berupa Burung Garuda.

Burung ini disimbolkan dengan sosok yang besar, kuat, dan berwibawa. Kenapa Garuda menjadi kendaraan Dewa Wisnu? Cerita ini terdapat dalam Purana (kesusastraan Hindu yang memuat mitologi, legenda, dan kisah-kisah zaman dahulu) yaitu Bhagawata Purana dan Garuda Purana.

Baca Juga: 6 Aktivitas di GWK yang Bisa Dilakukan dan Harga Tiketnya

Baca Juga: 6 Pamali di Bali yang Dipercaya Sampai Sekarang

1. Berawal dari kisah seorang Bhagawan Kashyapa

Ilustrasi Bhagawan Kashyapa. (YouTube.com/Dongeng Kita)

Pada zaman dahulu, ada seorang bhagawan yang terkenal sangat bijaksana bernama Kashyapa. Bhagawan Kashyapa memiliki dua orang istri bernama Winata dan Kadru.

Winata dan Kadru adalah saudara kandung, namun memiliki sifat yang berbeda. Winata memiliki sifat santun dan baik hati, sedangkan Kadru sifatnya licik dan pemarah.

Kadru tidak menyukai Winata. Karena Sang Bhagawan lebih menyukai Winata dibanding Kadru. Kadru selalu mencari cara untuk merebut hati Sang Bhagawan.

2. Winata dan Kadru memohon diberikan keturunan

Ilustrasi Winata dan Kadru. (YouTube.com/Dongeng Kita)

Suatu hari, Kadru mengajak Winata untuk menghadap Bhagawan Kashyapa. Kadru berencana untuk memohon keturunan dengan alasan mereka belum memiliki keturunan. Sang bhagawan mengabulkan permohonan mereka dengan memberikan telur yang harus dirawat hingga menetas. Sang Bhagawan pun menanyakan jumlah telur yang mereka inginkan.

Winata hanya menjawab dua butir, sedangkan Kadru dengan congkak dan pongahnya berujar menginginkan 1.000 butir telur. Hal itu ia lakukan dengan maksud untuk menarik perhatian Bhagawan Kashyapa.

3. Kadru memiliki 1.000 anak yang berwujud ular

Ilustrasi anak-anak dari Kadru. (YouTube.com/Dongeng Kita)

Setelah sekian lama dan dengan iringan doa dari Kadru, telur-telur yang ia pelihara dalam gua menetas. Telur ini menetaskan 1.000 anak ular.

Sedangkan telur dari Winata belum juga menetas. Karena tidak sabar, Winata kemudian menetaskan satu telur secara paksa. Telur tersebut melahirkan seekor Burung Garuda yang ia beri nama Aruna. Namun Aruna terlahir cacat di bagian kakinya. Hal ini membuat Aruna marah dan pergi meninggalkan ibunya. Sedangkan telur yang satunya belum juga menetas.

4. Kadru memperdayai Winata

Ilustrasi kuda suci Ucchaiswara. (YouTube.com/Dongeng Kita)

Suatu ketika Kadru berusaha untuk memperdayai Winata dengan mengadakan taruhan menebak warna kuda suci kahyangan bernama Ucchaiswara. Siapa yang kalah taruhan, maka ia akan menjadi pelayan di pihak yang menang. Winata menebak kuda suci tersebut berwarna putih, sedangkan Kadru menebaknya berwarna hitam.

Kadru lalu meminta anak-anaknya untuk mengubah warna kuda suci tersebut dengan cara menyemprotkan bisa atau racun ke sekujur tubuh Ucchaiswara, sehingga warnanya berubah hitam. Pada hari penentuan, Kadru dan Winata menuju ke tempatnya Ucchaiswara dan melihat kuda suci tersebut berwarna hitam.

Winata mengakui telah kalah taruhan meskipun menyadari kalau dirinya telah diperdaya oleh Kadru. Ia kemudian menjadi pelayan Kadru beserta seribu anaknya.

Aura kesedihan Winata terpancar dan langsung dirasakan oleh anaknya yang belum menetas. Satu butir telur itu lalu menetas menjadi manusia besar berkepala burung dan bersayap. Kelahiran manusia setengah burung ini mengakibatkan terjadinya petir, gempa, dan membuat dewa di kahyangan ketakutan.

Garuda memilih pergi ke kahyangan dan bertemu Dewa Indra, bermaksud untuk menanyakan keberadaan ibunya. Dewa Indra meminta Garuda untuk membersihkan diri di sebuah danau. Garuda menuruti permintaan itu, dan secara ajaib tubuhnya berubah menjadi manusia biasa setelah membersihkan diri di danau. Dewa Indra kemudian menunjukkan lokasi ibunya berada.

5. Garuda diminta untuk mencuri Tirta Amertha

Ilustrasi Garuda meminta Tirta Amertha ke Dewa Wisnu. (YouTube.com/Dongeng Kita)

Ketika sampai di lokasi yang ditunjuk oleh Dewa Indra, Garuda diadang oleh banyak ular, anak dari Kadru. Segerombolan ular ini mengajukan syarat agar Garuda bisa membawa pulang ibunya.

Syarat tersebut adalah meminta Garuda untuk mengambil Tirta Amertha atau tirta keabadian yang dijaga oleh Dewa Wisnu. Tanpa berpikir panjang, Garuda menuju lokasi Tirta Amertha dan menemui Dewa Wisnu.

Garuda kemudian mengutarakan maksudnya untuk mengambil Tirta Amertha. Karena iba, Dewa Wisnu meminjamkan tempat penyimpanan Tirta Amertha untuk dibawa ke anak-anak Kadru. Garuda mengambil wadah tersebut dan berjanji jika rencana ini berhasil, maka ia bersedia mengabdi menjadi kendaraan Dewa Wisnu yang siap mengantarkannya pergi ke mana saja.

Saat Garuda tiba di lokasi anak-anak ular, ia menunjukkan wadah Tirta Amertha. Garuda meminta mereka untuk membersihkan diri di danau, tempat dirinya membersihkan diri. Para ular terkejut karena tubuh mereka berubah menjadi kecil setelah membersihkan diri di danau.

Garuda kemudian menuangkan Tirta Amertha yang tersisa satu tetes ke area padang rumput. Para ular berebut untuk menjilat rumput-rumput itu dan berteriak karena lidahnya terbelah menjadi dua terkena pinggiran rumput yang tajam. Sejak saat itu tubuh ular tidak pernah besar dan lidahnya bercabang.

Verified Writer

Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya