TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fakta Pura Luhur Sri Rambut Sedana Jatiluwih, untuk Memohon Rezeki

Banyak didatangi oleh pengusaha dan pedagang

Pura Luhur Sri Rambut Sedana, Jatiluwih. (youtube.com/Gede Alit Tarsana)

Bali dikenal dengan pulau seribu pura karena terdapat banyak pura. Satu di antaranya adalah Pura Luhur Sri Rambut Sedana. Pura ini sangat erat kaitannya dengan pemujaan kepada Bhatara Rambut Sedana atau Hyang Rambut Sedana sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan.

Masyarakat Bali, khususnya umat Hindu memiliki hari suci untuk pemujaan kepada Hyang Rambut Sedana yang jatuh pada hari Rabu, Buda Wage, Wuku Klawu atau juga sering disebut dengan Buda Cemeng Klawu.

Bagaimana sejarah keberadaan Pura Luhur Sri Rambut Sedana Jatiluwih? Langsung disimak yuk di bawah ini!

Baca Juga: 10 Rekomendasi Pantai Kece untuk Menikmati Sunset di Uluwatu, Daebak!

1. Sejarah Pura Luhur Sri Rambut Sedana Jatiluwih 

Desa Jatiluwih, Penebel, Tabanan. (unsplash.com/Mathis Jrdl)

Pura ini terletak di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Letaknya berada di lereng Gunung Batukaru sehingga memiliki hawa yang sejuk dan dingin.

Pura Kahyangan Jagat ini berawal dari kisah kekalahan warga Buduk, Badung, ketika melawan Raja Mengwi. Warga Buduk yang kalah kemudian lari ke kawasan Desa Jatiluwih. Warga kemudian hidup di daerah tersebut dengan mengembangkan perkebunan.

Tanpa disengaja, warga menemukan tumpukan-tumpukan batu yang kemudian mereka yakini sebagai tempat untuk memohon keselamatan dan kemakmuran. Ketika warga menyembah tumpukan-tumpukan batu itu, secara ajaib warga mendapatkan rezeki.

Kejadian tersebut kemudian membuat banyak warga yang datang untuk memohon rezeki, sehingga tempat itu kemudian disucikan oleh warga. Tempat suci itulah yang kemudian dibangun menjadi sebuah pura yang bernama Pura Luhur Sri Rambut Sedana. Adapun yang dipuja di pura ini adalah Bhatara Rambut Sedana.

2. Memiliki konsep Nyegara Gunung

Salah satu pelinggih di Pura Luhur Sri Rambut Sedana, Jatiluwih. (youtube.com/ Baliculture channel)

Walaupun letaknya berada di lereng pegunungan, namun Pura Luhur Sri Rambut Sedana Jatiluwih memiliki konsep Nyegara Gunung yang artinya laut (nyegara/segara) dan gunung adalah merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Hal ini terlihat adanya bangunan pelinggih untuk penghayatan kepada Ida Betara Segara sebagai penguasa laut.

Pelinggih ini juga disebut sebagai penghyatan Ida Betara Batu Ngaus. Pelinggih penghayatan kepada penguasa laut ini untuk menghormati laut dan ikan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain untuk laut, terdapat juga pelinggih yang bernama Gerombong Nakaloka sebagai penghormatan kepada gunung dan hutan.

3. Menggunakan konsep Tri Mandala

Utama Mandala Pura Luhur Sri Rambut Sedana, Jatiluwih. (youtube.com/Gede Alit Tarsana)

Pura ini menggunakan konsep Tri Mandala (tiga konsep ruang atau tiga ranah bagian di suatu pura). Tri Mandala ini terdiri dari Utama Mandala (Jeroan), Madia Mandala (Jaba Tengah), dan Nista Mandala (Jaba Sisi).

Pada Pura Luhur Sri Rambut Sedana Jatiluwih ini, pada bagian Utama Mandala terdapat pelinggih utama yang merupakan pelinggih Bhatara Rambut Sedana. Di belakang pelinggih ini terdapat Jemeng Linggih Ida Bhatara Sri.

Selain itu terdapat pelinggih pasimpangan Ida Betara Batu Ngaus, Pelinggih Gerombong Naga Loka, Perimpangan Ida Bhatara Suranadi, Gedong Simpen, Gedong Jemeng, Gedong Suranadi, Pungsing Penyimpangan, Bale Piasan Ageng, dan Bale Pemelaspas.

Pada bagian Madia Mandala terdapat pelinggih Ratu Nyoman dan Ratu Wayan. Selain pelinggih ini, terdapat beberapa bangunan suci yaitu Bale Pasayuban Pemebek dan Apit Lawang. Pada bagian Nista Mandala terdapat beberapa bangunan seperti Bale Pesamuhan, Bale Kulkul, Bale Gong, Lumbung Agung, Dapur Suci, Bale Penegtegan, Bale Penegtegan, palinggih Ida Bhatara Surya, dan Ida Bhatara Candra.

4. Tata cara persembahyangan di Pura Luhur Sri Rambut Sedana Jatiluwih 

Salah satu pelinggih di Pura Luhur Sri Rambut Sedana, Jatiluwih. (youtube.com/ Baliculture channel)

Pura Luhur Sri Rambut Sedana Jatiluwih memiliki tata cara persembahyangan tersendiri. Pemedek atau warga yang tangkil ke pura ini pertama-tama harus bersembahyang di Pelinggih Ratu Nomyan dan Ratu Wayan yang bertujuan untuk memohon izin akan bersembahyang di pura ini.

Setelah itu dilanjutkan bersembahyang di Pelinggih Taksu untuk memohon kebijaksanaan. Setelah itu, barulah kemudian bersembahyang di pelinggih utama.

Verified Writer

Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya