Filosofi KB 4 Anak di Bali, Jadi Warisan & Penyeimbang Keluarga
Bali termasuk provinsi yang patuh sama program pemerintah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Denpasar, IDN Times - Gubernur Bali, IWayan Koster, memberi instruksi agar krama Bali dianjurkan memiliki empat anak. Instruksi tersebut lantaran semakin langkanya nama Nyoman (Anak ketiga) dan Ketut (Anak keempat) di Bali.
Kira-kira kampanye Keluarga Berencana (KB) Bali supaya memiliki anak empat ini berhasil direalisasikan di zaman sekarang?
1. Filosofi empat anak di Bali
Bendesa Agung Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Provinsi Bali, Jero Gede Putus Upadesha, menjelaskan bagaimana konsep empat anak sebagai warisan dan tradisi budaya Bali. Sebagai gambaran, di Bali memang umum dalam satu keluarga memiliki empat anak. Mereka diberi nama sesuai urutannya, yaitu Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut.
Jika dilihat dari sudut filosofinya, empat anak ini dikenal dengan nama catur warna di Bali: ada barat, selatan, timur, dan barat. Simbolnya adalah sebagai keseimbangan dan keharmonisan dalam setiap kegiatan di rumah.
"Kalau kita lihat filosofinya, itu kan hidup ini nyatur warna. Biar ada kelengkapan, merupakan suatu keharmonisan dalam setiap kegiatan yang dilakukan dalam rumah," jelasnya, Senin (1/7).
Ia menegaskan, empat anak yang diinstruksikan pemda tersebut bukanlah suatu kewajiban. Hanya sebagai suatu konsep agar dalam rumah ada yang menempati utara, timur, selatan, dan barat dalam rumah tangga.
Baca Juga: Polemik Anjuran Warga Hindu Bali Punya 4 Anak, Perlukah?