TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Filosofi KB 4 Anak di Bali, Jadi Warisan & Penyeimbang Keluarga

Bali termasuk provinsi yang patuh sama program pemerintah

Foto hanya ilustrasi. IDN Times/Rehuel ​Willy Aditama

Denpasar, IDN Times - Gubernur Bali, IWayan Koster, memberi instruksi agar krama Bali dianjurkan memiliki empat anak. Instruksi tersebut lantaran semakin langkanya nama Nyoman (Anak ketiga) dan Ketut (Anak keempat) di Bali.

Kira-kira kampanye Keluarga Berencana (KB) Bali supaya memiliki anak empat ini berhasil direalisasikan di zaman sekarang?

1. Filosofi empat anak di Bali

IDN Times/Diantari Putri

Bendesa Agung Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Provinsi Bali, Jero Gede Putus Upadesha, menjelaskan bagaimana konsep empat anak sebagai warisan dan tradisi budaya Bali. Sebagai gambaran, di Bali memang umum dalam satu keluarga memiliki empat anak. Mereka diberi nama sesuai urutannya, yaitu Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut.

Jika dilihat dari sudut filosofinya, empat anak ini dikenal dengan nama catur warna di Bali: ada barat, selatan, timur, dan barat. Simbolnya adalah sebagai keseimbangan dan keharmonisan dalam setiap kegiatan di rumah.

"Kalau kita lihat filosofinya, itu kan hidup ini nyatur warna. Biar ada kelengkapan, merupakan suatu keharmonisan dalam setiap kegiatan yang dilakukan dalam rumah," jelasnya, Senin (1/7).

Ia menegaskan, empat anak yang diinstruksikan pemda tersebut bukanlah suatu kewajiban. Hanya sebagai suatu konsep agar dalam rumah ada yang menempati utara, timur, selatan, dan barat dalam rumah tangga.

2. Sejak program KB nasional digaungkan di Bali tahun 1970-an, masyarakat mulai meninggalkan program empat anak

Instagram.com/kddevie

Namun seiring berjalannya waktu dan dimulainya program Keluarga Berencana (KB) sejak 1970-an, keluarga di Bali mulai perlahan-lahan meninggalkannya. Mereka dipaksa ikut program KB nasional agar dalam satu keluarga memiliki dua anak cukup. Program ini nampaknya berhasil dan menyebabkan nama Nyoman dan Ketut mulai langka.

"Iya, memang sejak digelontorkan dikumandangkan KB dulu itu yang anak dua, sekarang memang rata-rata rumah di Bali itu paling punya anak itu satu atau dua, kecuali masyarakat yang di pedesaan. yang belum paham itu," jelasnya.

3. Mengapa KB berhasil di Bali?

Instagram.com/happysalma

Ia juga menjelaskan mengapa program KB di Bali bisa dibilang sangat sukses. Dulu sejak awal dikampanyekan, program ini dilakukan melalui banjar-banjar. Mengingat masyarakat di Bali sangat kolektif, jadi apa yang jadi keputusan di banjar dan pemerintah akan diikuti.

"Masyarakat di sini masyarakat kolektivitas, kalau pemimpinnya bilang A, dia ikut, kalau pemerintah bilang dua anak ya cukup. Jadi sistem banjar," kata dia.

Selain itu, juga dibuat sebuah pararem atau awig-awig terkait KB tersebut sehingga masyarakat pun mengikutinya. Bahkan ia menyebut dulu sampai ada sanksinya. Misal, sanksi moral yakni harus meminta maaf karena tak taat aturan. Sementara untuk yang pegawai pemerintahan disanksi dengan penundaan kenaikan jabatan.

"Banyak dulu seperti itu (Awig-awig). Untuk sanksi moral minta maaf karena tidak mengikuti aturan yang dibuat desa adat dianggap membandel terhadap awig-awig," jelasnya.

Baca Juga: Polemik Anjuran Warga Hindu Bali Punya 4 Anak, Perlukah?

Berita Terkini Lainnya