Mengintip Pembuatan Kertas dari Kotoran Gajah di Taman Safari Bali

- Serat kotoran gajah mirip dengan serat kayu, mampu menghasilkan 10-15 lembar kertas A3 per hari dari 1-2 kg kotoran gajah.
- Pembuatan kertas dilakukan secara manual, dari pengumpulan hingga pencetakan dan pengeringan menggunakan sinar matahari.
- Kotoran gajah juga diolah menjadi produk lain seperti frame foto, namun inovasi ini masih perlu pengembangan lebih lanjut.
Gianyar, IDN Times - Berapa banyak jenis kertas yang pernah kamu lihat seumur hidupmu? Pernah terpikir kalau ada kertas yang terbuat dari campuran kotoran gajah? Yup, kertas unik ini diproduksi di Taman Safari Bali dan tidak dijual bebas. Teksturnya tebal dengan permukaan agak kasar, tanpa bau khas, dan justru tampak estetik untuk dijadikan karya seni.
Menurut Kurator Satwa, Ida Ayu Ari Janiawati, kertas ini sudah diproduksi sejak Taman Safari pertama kali dibangun. Proses serupa juga dilakukan di Taman Safari Bogor dan Prigen. Ida Ayu mengakui bahwa bahan utamanya masih didominasi kertas bekas yang diolah kembali, tapi inovasi ini jadi langkah pionir dalam mendaur ulang kotoran gajah yang bersifat organik agar bisa dimanfaatkan lagi, bukan sekadar dibuang ke septic tank.
"Sebenarnya kita mixed dengan kertas bekas juga. Kami kasihkan perekat juga, sama dengan sistem pembuatan kertas seperti biasa. hanya saja kita tambahkan sisa-sisa kotoran Gajah," terangnya.
1. Serat kotoran gajah memiliki kemiripan dengan serat kayu

Janiawati menjelaskan bahwa alasan utama pemanfaatan kotoran gajah sebagai bahan kertas adalah karena seratnya mirip dengan serat kayu yang biasa digunakan dalam pembuatan kertas. Dalam sehari, Taman Safari Bali mampu memproduksi sekitar 10–15 lembar kertas ukuran A3 dari kotoran gajah. Untuk menghasilkan jumlah tersebut, mereka hanya membutuhkan sekitar 1–2 kilogram kotoran dari satu ekor gajah saja.
"Kami tahu bahwa walaupun gajah makan banyak, cuma 40 persen yang diserap sehingga 60 persen keluar dalam bentuk serat," ujarnya.
2. Pembuatan kertas dilakukan secara manual

Tahap pertama dimulai dari pengumpulan kotoran gajah yang kemudian dikeringkan. Setelah itu, untuk mematikan seluruh mikroorganisme dan kuman, kotoran gajah direbus lalu dijemur kembali hingga kering. Proses dilanjutkan dengan mem-blender kotoran tersebut untuk mendapatkan serat terbaik, kemudian dicampur dengan bubur kertas bekas. Setelah itu, bubur kertas siap dicetak.
"(Kotoran) Hingga bentuknya kayak serabut-serabut tembakau ya kayak gitu bentuknya. Nah serabutnya itu langsung kita campur dengan kertas bekas," ungkapnya.
Setelah dicetak di frame berukuran A3, kertas dikeringkan secara manual dengan bantuan sinar matahari. Jika sudah benar-benar kering, kertas kemudian dikelupas dari frame dan siap digunakan.
3. Inovasi kertas kotoran gajah belum dimanfaatkan maksimal

Janiawati menambahkan, kotoran gajah tidak hanya dimanfaatkan untuk membuat kertas, tetapi juga diolah menjadi berbagai produk lain seperti frame foto dan kerajinan lain bekerja sama dengan vendor. Namun, ia mengakui inovasi ini masih perlu banyak pengembangan. Permukaan kertas yang belum rata dan ketebalan yang belum stabil membuat produk ini sementara hanya digunakan untuk keperluan internal.
"Kalau dijual kami belum jual ya (kertas kotorn Gajah). Kami kurang lebih ada sekitar 30 Gajah," tutup dia.