Kurang Inovasi Penyebab Desa Wisata di Tabanan Mandek

- Inovasi dari Desa Wisata masih kurang, terutama dalam kerja sama dengan BUMDes
- Beberapa desa wisata menunjukkan perkembangan positif, seperti Desa Wisata Jatiluwih dan Tajen
- Tren kunjungan wisatawan di Tabanan menurun akibat kurangnya promosi dan inovasi program
Tabanan, IDN Times-Jumlah desa wisata di Kabupaten Tabanan mencapai 34 unit, namun tidak semuanya berjalan dengan maksimal. Kepala Dinas Pariwisata Tabanan, AA Ngurah Agung Satria Tenaya mengungkap, sejumlah kendala utama yang dihadapi desa wisata tersebut.
Kendala-kendala tersebut, menurut dia, mulai dari belum aktifnya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), minimnya kunjungan wisatawan, akses jalan yang masih sulit, hingga kurangnya inovasi dari desa itu sendiri.
"Kami dari Dinas Pariwisata sudah melakukan berbagai upaya promosi melalui kanal digital seperti website, media sosial, Instagram, hingga YouTube. Bahkan, kerja sama dengan Badan Promosi Pariwisata, selain juga terus melakukan evaluasi agar promosi yang dilakukan tidak sia-sia," ujarnya, Jumat (20/6/2025)
1. Inovasi dari Desa Wisata juga dinilai masih kurang

Agung Tenaya menambahkan, faktor utama mandeknya perkembangan desa wisata adalah kurangnya inovasi dari pihak desa. Beberapa Pokdarwis tidak menjalin kerja sama dengan badan usaha milik desa atau BUMDes, sehingga tidak bisa menata dan mengelola kunjungan wisatawan, termasuk sistem tiket masuk.
“Pokdarwis diharapkan bersinergi dengan BUMDes. Setidaknya mereka bisa membuat sistem tiket atau paket kunjungan. Sekarang sifatnya masih mengandalkan donatur, jadi kurang bisa dikelola dengan baik,” ujarnya.
Ia melanjutkan jika desa wisata tidak aktif tentunya promosi yang sudah dijalankan sia-sia “Kami tidak ingin sampai promosi sudah jalan, tapi saat wisatawan datang ternyata desa wisatanya tidak aktif. Harus sinkron antara promosi dengan kesiapan desa,” imbuhnya.
2. Beberapa desa wisata di Tabanan sudah menunjukkan perkembangan positif

Meski kebanyakan desa wisata di Tabanan masih belum berjalan maksimal, namun menurut Agung Tenaya, ada beberapa yang menunjukkan geliat positif. Salah satunya adalah Desa Wisata Jatiluwih. Desa ini telah lama dikenal sebagai destinasi berkelas dunia, dinilai sudah bagus dalam pengelolaan dan menarik kunjungan wisatawan secara berkelanjutan.
Selain Desa Wisata Jatiluwih, juga ada Desa Wisata Tajen yang berstatus rintisan mulai menunjukkan perkembangan dengan mulai datangnya kunjungan wisatawan.
Sebaliknya, beberapa desa wisata lain seperti Mangesta, Biaung, Lumbung Kauh, hingga Tista masih menghadapi kendala sarana dan prasarana belum memadai. Tak sedikit pula desa wisata berstatus berkembang namun belum mampu menarik kunjungan akibat kurangnya promosi dan inovasi program.
3. Tren kunjungan wisatawan di Tabanan menurun

Berkembangnya desa wisata di Tabanan ini juga diperparah dengan adanya efisiensi anggaran di berbagai sektor, termasuk dampaknya terhadap tren kunjungan wisata. Agung Tenaya mencontohkan penurunan kunjungan rombongan domestik ke DTW Tanah Lot yang mulai terlihat, padahal tempat ini merupakan ikon pariwisata Bali.
Untuk mengatasi kondisi ini, Dinas Pariwisata Tabanan mendorong agar Pokdarwis aktif membangun sinergi dengan BUMDes. Melalui kolaborasi tersebut, desa wisata bisa lebih mandiri, memiliki sumber pendapatan jelas, dan mampu menata potensi lokal menjadi paket wisata menarik.