Warga Klungkung di Lokasi Bencana Enggan Mengungsi: Mau ke Mana?
BPBD diimbau tidak baru turun setelah bencana terjadi saja
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Klungkung, IDN Times - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena La Nina yang terjadi pada bulan November hingga Desember 2020 mendatang akan berdampak pada anomali cuaca, dengan prediksi curah hujan meningkat 20 sampai 40 persen.
Warga, khususnya yang tinggal di wilayah-wilayah berisiko bencana, mulai diminta untuk meningkatkan kewaspadaan. Seperti di wilayah Kabupaten Klungkung.
Baca Juga: Curah Hujan Akan Meningkat 50 Persen, Warga Bali Diminta untuk Waspada
1. Warga Klungkung yang tinggal di daerah berisiko bencana tetap bertahan dan belum berencana untuk mengungsi
Warga Klungkung yang tinggal di daerah berisiko bencana, seperti tinggal di bawah tebing maupun yang kediamannya di bantaran aliran Sungai Unda, mengaku tetap waspada dengan adanya potensi bencana ketika musim hujan.
"Kalau musim hujan seperti saat ini, memang ada perasaan takut dan waswas. Tapi kami mau tinggal di mana lagi," ungkap Suarta, warga Desa Selat yang beberapa waktu lalu kediamannya terkena longsor.
Meskipun khawatir dan takut, tapi dirinya memilih tetap bertahan di rumah dan tidak mengungsi.
"Mungkin kami bisa hanya waspada saja. Dengan tidur di bagian rumah atau kamar yang lebih aman," ungkapnya.
Hal serupa diungkapkan oleh Nengah Nata, warga asal Desa Tangkas. Jika terjadi hujan deras, ia khawatir rumahnya akan kembali longsor.
"Tebing ini masih labil. Saya khawatir nanti ada longsor lagi. Sanggah dan bangunan kamar saya di sisi selatan rawan amblas karena longsor. Apalagi hujan makin sering mengguyur," keluhnya.
Ia hanya berharap pemerintah segera memberikan bantuan, dengan membangun senderan di lokasi tanah yang sempat longsor di kediamannya beberapa waktu lalu. Sebab ia sendiri mengaku tidak bisa berbuat banyak.
"Kalau harus mengungsi, mau ke mana lagi? Karena rumah hanya di sini. Sementara kalau mau bikin senderan, tentu saya tidak mampu secara ekonomi," ungkapnya.
Baca Juga: Hai Mooi, Unyu Banget! Bayi Hyena Lahir di Bali dan Jadi yang Pertama