TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemerintah Dinilai Plin-plan, Pemuda Klungkung Ragu Buat Ogoh-ogoh

Mereka menilai tidak mungkin buat ogoh-ogoh dalam 2 minggu

Parade Ogoh-ogoh di Kabupaten Klungkung tahun 2018 silam. (Dok.IDNTimes/istimewa)

Klungkung, IDN Times - Gubernur Bali, I Wayan Koster, akhirnya mengizinkan masyarakat untuk Nyomya Ogoh-ogoh atau melaksanakan pengarakan ogoh-ogoh pada saat malam Hari Pengerupukan, Rabu 2 Maret 2022 mendatang. Koster mengatakan pertimbangan atas keputusan ini adalah untuk membuka ruang kreativitas anak-anak muda di Bali.

Dalam penerapannya nanti, masyarakat diminta untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. Peserta pengarak ogoh-ogoh dibatasi hanya 25 orang dan mereka harus sudah menjalani 2 kali vaksinasi, mengikuti swab antigen dan wajib mengenakan masker.

Bagaimana anak-anak muda di Bali merespons keputusan terbaru Gubernur Bali ini? Ternyata kabar ini tidak disambut dengan kegembiraan oleh pemuda di Kabupaten Karangasem maupun di Kabupaten Klungkung.

Sebagian besar pemuda di kedua kabupaten itu memutuskan untuk tetap tidak membuat ogoh-ogoh. Mereka menilai keputusan itu sangat terlambat dan sulit bagi pemuda untuk menyelesaikan ogoh-ogoh dalam waktu yang tersisa, yakni hanya 2 minggu.

Baca Juga: Kisah Mistis Desa di Renon yang Dilarang Membuat Ogoh-ogoh

1. Pemuda menilai sejak awal tidak ada kejelasan sikap pemerintah soal ogoh-ogoh

Parade Ogoh-ogoh di Kabupaten Klungkung tahun 2018 silam. (Dok.IDNTimes/istimewa)

Pemuda asal Desa Negari, Klungkung, Putu Wirawan mengatakan ia dan pemuda lain di lingkungannya sejak awal memutuskan tidak membuat ogoh-ogoh. Mengapa? Karena sejak awal pemerintah terkesan gabeng, tidak ada kejelasan terkait ketentuan pembuatan ogoh-ogoh di masa pandemik.

“Sejak awal sudah gabeng. Informasinya simpang siur. Dari pada kami rugi mending kami memutuskan untuk tidak membuat ogoh-ogoh,” ungkap Wirawan saat dihubungi melalui WhatsApp, Jumat (18/2/2022).

Terlebih pernah muncul informasi bahwa seluruh Bendesa di Klungkung menyatukan sikap untuk tidak membuat ogoh-ogoh. Hal itu membuat para pemuda semakin ragu untuk membuat ogoh-ogoh.

Pemuda lainnya asal Desa Nongan, Karangasem, Putu Suteja, juga mengaku tidak membuat ogoh-ogoh karena sedari awal tidak ada ketegasan dari pemerintah tentang pembuatan ogoh-ogoh.

“Kami memang tidak buat ogoh-ogoh karena sejak awal sikap pemerintah tidak jelas. Kalau kami buat, takutnya nanti rugi jika aturannya melarang. Namun baru sekarang ada keputusan diizinkan buat ogoh-ogoh. Sementara waktu yang tersisa kan lagi dua minggu. Tentu sangat sulit bagi kami buat ogoh-ogoh,” jelas Putu Suteja.

Ia pun menyayanngkan hal ini karena pemerintah terkesan plin plan dalam menyikapi permasalahan ogoh-ogoh.

2. Pemerintah Kabupaten Klungkung sempat mengalokasikan anggaran untuk parade ogoh-ogoh

Parade Ogoh-ogoh di Kabupaten Klungkung tahun 2018 silam. (Dok.IDNTimes/istimewa)

Sebagian besar desa di Klungkung memang memutuskan untuk tidak membuat ogoh-ogoh. Mereka menilai sejak awal ada kesan tarik ulur dalam kebijakan terkait ogoh-ogoh ini.

Pemuda asal Kelurahan Semarapura Tengah, Agung Suthayasa, mengatakan sejak awal ada kesan tarik ulur terkait dengan kebijakan pembuatan ogoh-ogoh. Pemerintah Provinsi Bali dari awal menyiratkan tidak mengizinkan pawai ogoh-ogoh yang dinilai dapat menimbulkan keramaian di masa pandemik. Padahal Pemerintah Kabupaten Klungkung tahun ini sempat mengalokasikan anggaran untuk parade ogoh-ogoh.

“Saat kami baca lagi di media, ternyata Kabupaten Klungkung mengikuti instruksi Provinsi Bali. Kami jadi ragu untuk buat ogoh-ogoh. Tapi sekarang baru ada kejelasan pembuatan ogoh-ogoh diizinkan. Sejak awal memang kesannya ada tarik ulur,” jelasnya.

Meskipun agak kecewa, namun pada malam Pengerupukan nanti ia tetap akan memanfaatkannya untuk menjalin silaturahmi dengan pemuda di banjarnya.

“Karena tidak membuat ogoh-ogoh, kami membuat acara makan-makan,” ungkapnya.

Berita Terkini Lainnya