TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Difabel yang Menekuni UMKM di Tabanan Terkendala Pemasaran

Mereka termasuk ulet dan tekun, namun...

Stand khusus penyandang disabilitas di pameran UMKM Tabanan (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Tabanan, IDN Times - Satu meja stand kuliner dalam pameran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah ) dan IKM (Industri, Kecil dan Menengah) di Gedung Mario, Kabupaten Tabanan cukup menarik perhatian. Sebab tulisan PENYANDANG DISABILITAS terlihat terpajang di meja tersebut. Valentino lalu datang menghampiri IDN Times dan berbicara menggunakan bahasa isyarat dengan didampingi oleh seorang penerjemah, Selasa (9/8/2022). Sesekali ia menulis di atas kertas menggunakan bolpoin.

Valentino dan istrinya, Suriani, adalah peserta yang dilibatkan oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Tabanan untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan RI ke-77. Acara ini digelar sejak tanggal 8 hingga 11 Agustus 2022.

Mereka satu dari sekian difabel yang menawarkan dagangannya di pameran tersebut, di antaranya menjual nasi kuning, minuman, hingga makanan ringan. Dari sini kita tahu, bahwa komunikasi bukan menjadi kendala bagi mereka yang menekuni UMKM, melainkan pemasaran.

Baca Juga: Penyandang Difabel di Bali Kerap Dipecat Sepihak, Disnaker: Laporkan 

Baca Juga: Desa Antosari di Tabanan Gelar Ngaben Massal Perdana

1. Jualan berjualan nasi kuning dari awalnya rumahan, kini memiliki warung kecil

Stand khusus penyandang disabilitas di pameran UMKM Tabanan. (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Valentino menjalankan bisnis kuliner nasi kuning sejak tahun 2015. Dari awalnya berupa bisnis rumahan, kini ia bersama istrinya, yang sama-sama tunarungu wicara, punya warung kecil di Jalan Tukad Balian Banjar Anyar, Kecamatan Kediri. Selain nasi kuning, mereka juga menjual beberapa jenis jajanan pasar dan minuman kekinian seperti es telang, boba, cappucino cincau, dan lainnya.

"Usaha ini adalah salah satu upaya saja untuk bertahan hidup," ujarnya.

Untuk pasarnya sendiri, Valentino menjangkau usaha secara offline dan online yang dibantu oleh kedua anaknya. Anaknya mendaftarkan bisnis orangtua di aplikasi ojek online.

"Kami menggunakan aplikasi yang sudah disesuaikan untuk orang dengan keterbatasan seperti kami," paparnya.

Meski tunarungu wicara, Valentino dan istrinya tidak menemui kesulitan dalam menjalankan bisnis. Karena Valentino telah memasang tulisan tentang kondisi mereka, sehingga aktivitas komunikasi bisa berjalan lancar.

2. Sepinya permintaan jasa pijat membuat Suardana menekuni bisnis snack

foto hanya ilustrasi (freepik.com/ajerbaij

Made Suardana adalah disabilitas sensorik netra yang setahun belakangan menekuni bisnis snack, setelah usaha pijatnya sepi selama pandemik. Bukan memproduksinya sendiri, Suardana membeli snack di Kelurahan Renon, Kota Denpasar, untuk dijual kembali di rumahnya Jalan Anyelir Nomor 19, Banjar Dukuh, Desa Peken, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan. Terkadang ada pelanggan yang datang sendiri ke rumahnya, ada juga dikirim ke rumah-rumah.

Selama berbisnis, Suardana kembali membuka jasa pijatnya meski tidak seramai sebelum pandemik.

"Dulu bisa melayani dua sampai tiga orang per hari. Tetapi sekarang mulai ada, meski satu sampai dua orang. Itu juga bisa dua sampai tiga hari baru ada permintaan pijat lagi," ujarnya.

Berita Terkini Lainnya