Lumba-lumba Mati di Hotel Daerah Buleleng, JAAN: Bukan Badut
Hotel ini punya izin lembaga konservasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Denpasar, IDN Times - Satwa liar seperti lumba-lumba sering kita temukan sebagai objek tontonan daripada hidup bebas di alamnya. Mereka biasanya dimasukkan ke dalam sebuah kolam, dan diminta melakukan atraksi dengan tujuan untuk menghibur penonton. Tapi nyatanya, pertunjukan semacam ini mendapat penolakan dari berbagai pihak.
Baru-baru ini, Balai Konservasi Sumber Daya (BKSDA) Provinsi Bali tengah melakukan analisa terhadap satu dari lima ekor lumba-lumba yang mati di sebuah hotel daerah Kabupaten Buleleng. Lumba-lumba jenis hidung botol itu diketahui mati, Sabtu (3/8) lalu sekitar pukul 09.00 Wita. Dari keterangan pihak BKSDA, lumba-lumba ini sudah ada sejak belasan tahun di hotel tersebut. Mereka dijadikan sebagai terapi untuk para pengunjung.
1. Lumba-lumba bukan badut
Founding Director Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Femke Den Haas, menyesalkan masih adanya praktik semacam ini. Ia mengungkap, lumba-lumba merupakan satwa liar yang seharusnya hidup di alam liar, bukan sebagai badut yang harus dipertontonkan.
"Ya kamu harusnya tahulah, kami merasa seperti satwa liar, kan harusnya hidup di alam liar. Lumba-lumba itu bukan badut, itu saja dari saya dulu," kata dia, Senin (5/8).
JAAN sendiri kini dilibatkan oleh BKSDA Bali untuk ikut memeriksa bangkai lumba-lumba tersebut.