9 Rangking Kabupaten atau Kota Penghasil Sampah Tertinggi di Bali
Coba tebak, daerah mana yang paling kecil?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Denpasar, IDN Times - Sampah masih menjadi masalah yang harus dicari jalan keluarnya. Apalagi kini hampir 30 persen dari total timbulan sampah di Bali merupakan sampah anorganik yang terdiri dari kertas, logam, kaca, plastik, dan karet.
Untuk itu, baik masyarakat atau pemerintah harus terlibat untuk mengurangi penggunaan plastik. Di Bali, beberapa komunitas telah bermunculan untuk mengampanyekan pengurangan penggunaan plastik.
Baca Juga: Bau Sampah Tercium Hingga Pesanggaran, TPA Suwung Mau Bangun Echo Park
Sampah plastik termasuk bahan yang membutuhkan waktu lama supaya bisa terurai. Karena itu, permasalahan sampah plastik kini jadi perhatian para komunitas anak muda berikut ini. Ialah Plastik Detox, merupakan satu dari banyak komunitas anak-anak muda yang konsen terhadap pengurangan sampah plastik.
Koordinator Plastik Detox, Luh De Dwi Jayanthi, mengatakan di Bali sudah banyak komunitas yang bergerak untuk mengampanyekan pengurangan sampah plastik, dan mereka sangat aktif.
"Dari beberapa kali ikut workshop Internasional dan Indonesia, pergerakan pemuda dan ikut komunitas pengurangan sampah plastik lumayan aktif," katanya, Sabtu (24/11).
Ia menyebutkan beberapa komunitas yang saat ini bergerak di bidang pengurangan sampah plastik. Misalnya Trash Zero yang bergerak untuk bersih-bersih pantai setiap hari Minggu. Ada juga Malu Dong yang melakukan edukasi ke sekolah-sekolah, lalu Trash Talk yang khusus bergerak di bidang seni artistik dan musik, mengedukasi ke mahasiswa-mahasiswa yang berhubungan dengan instalasi seni dari plastik, serta Blend your Tumbler yang konsen terhadap pengurangan botol plastik dengan membawa tumbler.
Sementara Plastik Detox sendiri khusus bergerak dalam pengurangan plastik di sektor bisnis seperti restoran, toko dan kafe.
"Jadi kita mengajak mereka mengurangi penggunaan plastik sepeti sedotan, tas kresek, dan styrofoam. Kami mengadakan pendekatan untuk mengurangi penggunaan tiga bahan tersebut," ungkap Luh De.
Hingga saat ini, komunitasnya telah memiliki 18 member terdiri dari toko, kafe, dan restoran yang terlibat dalam aksi ini. Mereka sudah tak lagi menggunakan bahan plastik yang sekali pakai.
1. Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai
Baca Juga: Penduduk Makin Padat, Denpasar Hasilkan 1200 Ton Sampah per Hari!
Data dari Kementerian Perindustrian, rumah tangga menyumbang timbulan sampah sebanyak 8300 meter kubik tiap harinya. Untuk itu ia mengajak masyarakat untuk lebih sadar terkait permasalahan sampah ini.
Caranya, dengan melakukan pemilahan sejak dari hulu. Masyarakat diajak untuk memilah mana sampah yang bernilai ekonomis, dan mana sampah yang harus dibuang untuk ditampung di TPA.
Langkah yang akan dilakukan adalah menggalakkan program 3 R (Reuse, Recycle, dan reduce). Lalu mendorong pengembangan sembilan desa unit percontohan untuk pengelolahan sampah. Hal ini karena masalah sampah bukan hanya ada di kota. Di Desa-desa juga menjadi persoalan sehingga perlu untuk menciptakan kesadaran lingkungan.
"Ini agar limbahnya bisa diolah dulu sebelum dibuang ke tempat penampungan sampah," katanya.
Lalu, Bali juga sedang merancang peraturan yang isinya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai seperti pipet dan styrofoam. Nantinya, dalam peraturan tersebut akan dijelaskan mengenai solusinya dengan mengganti barang tersebut. Contohnya, pipet bisa menggunakan dari bahan yang ramah lingkungan misalnya bambu.
"Ini masih dirancang dan masih dilakukan forum-forum diskusi untuk peraturan tersebut," katanya.
Kemudian lebih menggalakkan bank sampah dan pengelolahan sampah berbasis masyarakat. Artinya, masyarakat diajak untuk mengolah sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis.
Nanti di Bali juga akan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) yang berada di Suwung. Pembangunannya sendiri saat ini masih dalam proses pemilihan partner atau mitra.