Syarat Masuk Bali Semakin Ketat, Harga Tiket Lebih Murah dari Tes PCR
Jadwal keberangkatan pesawat juga sering berubah-ubah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Badung, IDN Times – Para pelaku perjalanan kini merasa semakin dipersulit dengan kian ketatnya persyaratan perjalanan selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Baik untuk perjalanan melalui jalur udara, laut, maupun darat.
Para pelaku perjalanan wajib menunjukkan sertifikat vaksinasi dan surat tes swab PCR maupun Rapid Test Antigen dengan hasil negatif. Aktivitas penumpang di jalur udara pun dirasakan kembali menurun drastis sejak diberlakukannya PPKM Darurat, mulai 3 Juli 2021 lalu.
Apakah yang dirasakan calon penumpang transportasi udara yang keluar maupun akan menuju Bali? Berikut suara hati mereka.
1. Ketatnya syarat masuk Bali dinilai menyulitkan masyarakat
Pemerintah Provinsi Bali melalui Surat Edaran (SE) Nomor 13 terbarunya menegaskan akan memperpanjang pemberlakukan PPKM level 4 hingga 9 Agustus mendatang. Karenanya, kebijakan dalam SE Nomor 12 masih diterapkan hingga beberapa hari ke depan. Begitu pula dengan persyaratan pelaku perjalanan yang diwajibkan menunjukkan sertifikat vaksinasi, surat keterangan negatif (PCR) dilengkapi Barcode/QRCode paling lama 2x24 jam bagi penumpang jalur udara. Sementara untuk pelaku perjalanan jalur darat dan laut, wajib menunjukkan sertifikat vaksinasi dan surat keterangan negatif (PCR atau Rapid Antigen) dilengkapi Barcode/QRCode paling lama 2x24 jam.
Bagaimana masyarakat merespons persyaratan perjalanan ini? Seorang warga perantau, Arnoldus, mengungkapkan bahwa Bali harus siap-siap dilupakan oleh masyarakat dan pelaku perjalanan karena ketatnya syarat masuk saat ini. Ia mempertanyakan kebijakan pemerintah terkait dengan hal tersebut. Apalagi mengingat harga tes Swab PCR bahkan lebih mahal dibandingkan harga tiket perjalanan.
“Sangat ketat itu menyulitkan masyarakat. Bagaimana orang ke Bali harus PCR? Harganya Rp700 ribu sampai Rp900 ribu. Bagaimana bisa tiket ke Jakarta lebih murah dari PCR?” ucapnya pada Rabu (4/8/2021).
Selain itu, menurutnya Bali juga gagal memanfaatkan momentum awal membangkitkan sektor perekonomian sejak syarat ini diberlakukan. Arnold menilai bahwa dalam kondisi saat ini seharusnya Bali bisa menjadikan momentum untuk menyelenggarakan pariwisata vaksin atau PCR.
Menurutnya, apabila tujuan pemerintah adalah untuk menurunkan effective rate, hal itu tidaklah efektif. Kondisi tersebut ia anggap tidak cocok karena Bali identik dengan pergerakan manusia.
“Sebaiknya ini momentum buat Bali supaya menyelenggarakan pariwisata vaksin, PCR atau antigen. Artinya, orang yang ke Bali itu gratisin aja PCR-nya (syarat PCR ditiadakan). Manajemen pengelolaan PCR harus diubah. Jangan sampai masyarakat dipersulit. Ini semakin lama orang akan melupakan Bali. Orang akan pindah ke tempat lain yang tidak ada syarat itu. Harusnya dimulai,” jelasnya.