TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemkot Denpasar Tetapkan Harga Jual Babi Hidup Jelang Galungan

Biar peternak babi di Bali tidak merugi. Semangat ya

Foto hanya ilustrasi. (Dok.IDN Times/Satpol PP Makassar)

Denpasar, IDN Times – Adanya kasus kematian ratusan ekor babi beberapa waktu lalu di wilayah Bali akibat diterpanya isu wabah ASF (African Swine Fever), menyebabkan anjloknya harga babi hidup. Peternak pun tidak memiliki daya tawar yang maksimal sehingga harus menanggung banyak kerugian. Lalu siapa yang diuntungkan?

Berikut penjelasan Kepala Dinas Pertanian Kota Denpasar, I Gede Ambara Putra, terkait hal itu:

1. Harga babi di Denpasar sudah ditetapkan menjelang Galungan agar peternaknya tidak merugi

IDN Times/Wayan Antara

Setelah menerima audiensi perwakilan dari GUPBI (Gabungan Usaha Peternak Babi) Kamis (13/2) lalu, I Gede Ambara menegaskan bahwa pihaknya tidak ingin peternak-peternak babi di Bali menanggung kerugian akibat anjloknya harga jual babi dengan adanya wabah ASF.

“Kami sepakat kemarin Denpasar harga babi berkisar Rp25 ribu sampai Rp28 ribu per kilogram hidup. Itu yang kami kemarin untuk membantu peternak-peternak kita. Ada karena dibilang penyakit kasihan nantinya peternak kan rugi. Yang untung kan jagalnya. Kan gitu,” terangnya kepada IDN Times, Jumat (14/2).

Pihaknya menegaskan bahwa harga yang ditentukan tersebut terbilang normal, sama seperti ketika belum adanya wabah ASF. Penentuan tersebut didasarkan kondisi ternak. Meski demikian, seharusnya harga menjelang Galungan bisa mencapai di atas Rp30 ribu per kilogram bobot hidupnya.

“Kalau naik kan lebih senang, peternaknya baguslah kalau begitu. Di Denpasar itu biasa Rp25 ribu, Rp26 ribu,” imbuhnya.

2. Prediksi kenaikan jumlah pemotongan babi di Denpasar jelang Galungan sebanyak 100 persen

IDN Times/Ayu Afria

Ambara memprediksi, kenaikan pemotongan ternak babi di Denpasar mencapai 100 persen dari jumlah semula saat perayaan Galungan. Dari pengamatannya sejak Januari 2020 hingga saat ini, jumlah pemotongan babi masih normal, dengan rata-rata untuk wilayah Denpasar 100 sampai 125 ekor per hari.

“Nah ini kalau pemotongan di RPH (Rumah Potong Hewan) tidak pernah turun. Bercampur kan di RPH. Ada datang dari Denpasar, Bangli, dari luar, dari mana kan ada yang punya peternak di sana. Kalau jagal-jagal di sini cepat Denpasar ada,” jelasnya.

Pihaknya mengimbau agar bagi masyarakat yang akan memotong ternaknya, agar segera memberitahukan ke Dinas Pertanian untuk pemeriksaan antemortem dan postmortem.

“Kami siapkan petugas dokter hewan. Tidak bayar itu. Gratis,” tegasnya.

Baca Juga: Pemprov Bali Tak Rekomendasikan Konsumsi Lawar Darah Mentah Babi

Berita Terkini Lainnya