Nasib Para Perantau di Bali: Sudah Lelah Jiwa dan Raga Hadapi Pandemik
Suara hati mereka yang luput dari bantuan pemerintah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Denpasar, IDN Times – Selama diterapkannya Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), pemerintah mengatakan telah terus memberikan bantuan untuk masyarakat. Namun kenyataannya di lapangan, masih ada kelompok masyarakat yang luput dari sasaran penerima bantuan tersebut. Padahal mereka juga sangat memerlukan uluran tangan.
Siapakah mereka? Ya, warga perantau yang saat ini memilih bertahan di tanah perantauan. Sejak awal pandemik melanda dan sektor pariwisata Bali lumpuh total, memang cukup banyak perantau yang memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Namun ada juga beberapa dari mereka yang walaupun telah kehilangan pekerjaan, namun tetap memilih bertahan dan berharap ada pertolongan, yakni kesempatan kembali bekerja.
Namun rupanya kebijakan dari pemerintah pusat pelan-pelan membunuh harapan mereka. Selain tidak ada pendapatan, bantuan pun tak kunjung diterima. Lalu bagaimana cara mereka bertahan di Bali? Berikut suara hati para perantau yang saat ini sangat memerlukan uluran tangan.
Baca Juga: Cerita Pedagang Canang Bali, Rawat 2 Putra Disabilitas dalam Kerabunan
1. Perabotan rumah tangga sudah terjual habis dan masih menunggak pembayaran sewa kos
Sepasang suami istri ber-KTP luar Bali yang tinggal di Kecamatan Kuta (identitas disamarkan), mengaku sering merasa kelaparan karena tidak memiliki uang sama sekali. Selama ini mereka juga masih menunggak pembayaran sewa kos. Mengapa mereka tidak pulang ke kampung halaman? Kepada IDN Times, mereka mengatakan tidak punya biaya untuk pulang sehingga memilih bertahan di Bali ala kadarnya.
Keadaan serba terbatas. Mereka kehilangan pekerjaan dan susah untuk mencari pekerjaan. Perabotan rumah tangga sudah habis dijual untuk menutupi biaya hidup selama pandemik ini. Keduanya juga tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah, bahkan sejak awal pandemik hingga saat ini.
“Sering mengalami kelaparan dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari pemerintah belum pernah sama sekali mendapatkan (bantuan),” ungkapnya.
Lalu bagaimana cara mereka untuk bertahan? Selama ini mereka mencari bantuan ke keluarga hingga teman-teman terdekat. Kadang juga meminta bantuan ke relasinya yang berada di luar negeri dan menerima dari beberapa donatur di Bali. Sebagian besar berupa makanan dan sembako.
“Biasanya ke teman-teman terdekat dan beberapa teman pengusaha atau relasi. (Berupa) uang dan sembako,” jawabnya.
Sang suami juga berusaha menjadi tukang ojek dengan mencari penumpang konvensional. Selain itu sempat berjualan nasi dan bekerja di warung temannya. Namun itu pun tidak bertahan lama. Kini keduanya kembali menganggur karena restoran dan bar tempatnya bekerja tutup.
“Harapan kami bandara international I Gusti Ngurah Rai Bali agar bisa segera dibuka. Dan tidak ada yang namanya PPKM, lockdown, dan persyaratan lain-lainnya,” ungkapnya pada Kamis (2/8/2021).