TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kampanye Kendaraan Listrik Makin Gencar, Warga Bali Sudah Siap?

Yayasan Wisnu lakukan survei di Kerobokan dan Peliatan

Bus listrik yang akan dioperasionalkan saat KTT G20. (IDN Times/Ayu Afria)

Badung, IDN Times - Pemerintah Indonesia semakin gencar mengampanyekan kendaraan listrik, baik berupa kendaraan umum maupun sepeda motor. Diharapkan nantinya bisa mendorong Indonesia menuju transportasi yang ramah lingkungan.

Sebuah yayasan di Bali melakukan penggalian minat masyarakat terhadap kendaraan listrik ini. Mereka mengumpulkan data secara door to door di 2 wilayah pariwisata di Bali, di antaranya di daerah pesisir Desa Kerobokan dan daerah pegunungan di Peliatan. Bagaimana hasil dari penelitian ini? Apakah warga Bali sudah siap dengan kendaraan listrik?

Baca Juga: 6 Fakta Pasien Meninggal setelah Ditolak 2 Rumah Sakit di Denpasar

1. Terkendala pendanaan untuk kredit kendaraan listrik

PLN menyiapkan kendaraan listrik dan juga Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk para delegasi G20. (Dok. PLN)

Hasil penelitian itu diungkapkan oleh I Gede Sugiartha dari Yayasan Wisnu, dalam diskusi Sustainable Transportation Forum 2022 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, pada Kamis (20/0/2022) lalu. Ia melakukan penelitian di dua wilayah yakni di Desa Kerobokan Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, dan di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Kedua daerah tersebut merupakan pusat pariwisata yang dipilih sebagai permodelan dalam penerimaan masyarakat terhadap kendaraan listrik.

"Kerobokan karena memang transisi pariwisata dan masyarakat pekerja biasa non pariwisata. Wilayah ini sangat luas. Itu yang kita pilih dan dekat pesisir. Gianyar (dipilih) karena terus terang aja daerah gunung. Jadi perbedaannya di mana antara masyarakat di pesisir dan gunung," ungkapnya.

Dari dua desa tersebut, diungkapkan rata-rata mereka memahami bahwa endaraan listrik sedang digalakkan saat ini. Mereka sudah memahami bahwa kendaraan listrik memiliki sifat ramah lingkungan dan tidak menghasilkan polusi. Ketertarikan rata-rata lebih dari 75 persen. Jadi dapat dikatakan masyarakat Desa Peliatan antusias menggunakan kendaraan listrik. Sementara warga di Desa Kerobokan, hanya 50 persen yang tertarik menggunakan kendaraan listrik.

Disebutkan pula bahwa di wilayah Ubud, masyarakatnya memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap lingkungan. Di Peliatan, ia menemukan bahwa para pengusaha rental mengatakan mereka bersedia menggunakan kendaraan listrik untuk disewakan kepada wisatawan. Namun mereka terkendala pendanaan untuk kredit kendaraan listrik tersebut.

2. Dinilai memang ramah lingkungan tapi berbahaya karena tidak bersuara

Sepeda motor listrik, (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Lalu bagaimana pendapat mereka terhadap keberadaan kendaraan bermotor dan listrik ini? Pada hasil survei, masyarakat Desa Kerobokan mengungkapkan bahwa kendaraan bermotor memiliki beberapa keunggulan, mulai pilihan harga bervariasi, pemeliharaan mudah, nyaman, bagus, dan menjadi tren. Namun kekurangannya, biaya operasional tinggi, polusi udara dan suara, serta harga jual merosot.

Sedangkan kesan masyarakat Desa Kerobokan terhadap kendaraan listrik di antaranya memiliki kelebihan ramah lingkungan dan perawatan murah. Namun kekurangannya dinilai berbahaya karena tidak bersuara, tidak bisa ngebut, hanya untuk jarak dekat, tergolong baru, dan belum teruji kualitasnya.

Lalu bagi masyarakat Desa Peliatan, kendaraan bermotor memiliki kelebihan dan kekurangan sama seperti yang diungkap oleh masyarakat Kerobokan. Kendaraan listrik ramah lingkungan, biaya servis rutin, dan biaya samsat murah, mengurangi sumberdaya fosil. Hanya saja, kekurangannya infrastruktur belum memadai, terutama tempat penukaran atau isi ulang baterai.

Berita Terkini Lainnya